12: Redusir

2.2K 155 14
                                    

selesai ditulis
6 nov 2017

Fash, gw ke rumah lo yah?
Gw ajak ke luar?

FASHYA membalas pesan dari Keenan. Menyatakan bahwa Fashya menerima dengan lapang dada kedatangan Keenan. Lalu, dirinya berjalan ke almari untuk mencari baju. Mengganti baju yang sekiranya pantas dikenakan untuk keluar sekadar mencari makan. Matanya membulat ketika mendapati balasan dari Keenan.

Gw udah di bwh sm tante dewi. Ga usah danda lama2

Buru-buru Fashya membawa kuncir rambutnya, mengenakan jaket, menyambar ponsel, dan membawa beberapa uang. Dikenakannya sandal jepit yang selalu dia taruh di kamar. Lalu dengan tergesa dirinya menuruni anak tangga. Dilihatnya Keenan dengan pakaian kasual, sehingga membuatnya nampak segar dan..... tampan?

"Ya elah, lama banget sih, lo!" kata Keenan mencibir saat mendapati Fashya turun dengan tergesa.

"Lah, elo nya yang nggak selaw. Di mana-mana tuh tanya pas belum berangkat. Ini pas udah sampai baru bilang 'gue ke rumah lo, yah'. Masih untung gue ada, coba kalau enggak." kata Fashya panjang lebar dengan bibir yang mencabik kesal.

"Dasar bawel. Kalau lo nggak ada ngobrol aja sama Tante Dewi. Ya nggak, Tan?" tanya Keenan menggoda Dewi sambil menaik-naikkan alisnya, Dewi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Keenan.

"Ya udah, ayo!" ajak Fashya mencium tangan Dewi.

"Mau ke mana?" tanya Dewi.

"Lo mau ke mana?" Keenan ikut-ikutan.

"Ish. Tadi katanya lo mau ajak keluar!" protes Fashya sebal.

"Hahahaha, iya iya." kata Keenan, mengikuti Fashya--mencium tangan Dewi.

"Hati-hati yah." kata Dewi, dibalas anggukan dari Fashya dan Keenan.

"Kita berangkat dulu yah, Tan." pamit Keenan, dijawab anggukan Dewi.

"Jangan malam-malam ya, pulangnya." pesannya.

Fashya mengiyakan, lalu menutup pintu depan. Dewi yang melihatnya hanya mampu tersenyum. Biarlah mereka berdua yang mengurai benang-benang rumit itu sendiri. Peran Dewi di sana hanya sekadar menasihati, bukan memerangi.

***

"Fash, mau jagung bakar berapa lo?" tanya Keenan kepada Fashya yang tengah duduk di depan kopi, sambil menggosok tangannya teratur.

"Ya elah, Keen. Satu aja kali. Lo pikir gue ayam apa." jawab Fashya, dijawab anggukan Keenan.

Fashya mengamati pemandangan di depannya. Ribuan lampu kota menari indah di bawah sana. Seakan menampar telak Fashya, menyadarkan bahwa Tuhan selalu sempurna menciptakan yang dikehendakiNya. Erangan-erangan angin yang meniup lembut wajah Fashya membuatnya semakin terbuai. Inilah resep terbaik semesta; konspirasi mungil antara lampu kota, bau jagung bakar yang menguar, dan mediasi angin malam. Sempurna.

"Nih, jagungnya." Keenan membawa piring berisi tiga buah jagung, diletakkannya di depan Fashya.

"Waaah!" seru Fashya dengan mata berbinar, siap mengeksekusi jagung tak berdaya itu.

Sweet PoliceWhere stories live. Discover now