Dream Sugar : 1

43.5K 1K 30
                                    

"Gue ga sekelas sama Dirga! OMG!"pekikku histeris saat memandang kertas kelas di mading. Untunglah koridor di jam 6 pagi masih sepi jadi teriakanku tidak akan jadi masalah.

"Berisik woi! Pagi-pagi udah heboh," komentar Chocho sembari menoyor kepalaku. Matanya pun beralih pada kertas di mading.

"Kita sekelas lagi pren,"ujarku sembari merangkul Chocho akrab. Chocho mencibir.

"Bisa depresi gue sekelas sama lo terus,"cibir Chocho disambut dengan jitakan di kepala.

Chocho mengaduh kesakitan. "Btw, si Voila juga sekelas sama kita. Ayey!"ungkapku pada Chocho yang mulai angkat kaki dari mading.

"Yowes, tambah gila gue kalo sekelas ama lo berdua," komentar Chocho memutar bola matanya.

Aku hanya joget-joget gak jelas karena beruntung sekelas dengan sahabatku di kelas 10. Namun, yang menjadi masalah bagiku, aku gak sekelas dengan Dirga a.k.a gebetanku. Sambutlah dengan air mata. CROOT *eh salah sound effect*

*

Aku menyesap es teh manis yang berada di tangan kananku. Aku menyisir setiap sudut kantin. Yep, siapa lagi kalau bukan mencari Dirga. Chocho yang ada di sampingku sibuk membuka bungkus permen. Wajahnya keliatan menikmati setiap tahap membuka bungkus permen.

"Lo ngapalin tahap membuka bungkus permen di google ye?"semprotku gemas dan menyambar permennya untuk membukanya.

Chocho tersenyum lebar melihat permennya yang sudah terbuka dengan sempurna.

"Makasih Sug. Muah!"Chocho pun memasukkan permennya ke dalam mulut lalu menjilatnya.

Aku memandangnya geli. Nih anak udah kayak gak ketemu permen berabad-abad.

"Abis ini kita disuruh ngumpul di lapangan ya?"tanya Chocho yang pandangannya tetap tertuju pada permen lollipop nya.

Aku mengernyitkan dahi heran."Ngapain? Panas-panas begini disuruh ngumpul di lapangan. Hadehh,"

Bukannya menjawab pertanyaan Chocho aku malah mengeluh dengan malas. Bayangin saat matahari lagi berkobar-kobar kita disuruh ngumpul di lapangan? Oke ini mulai terdengar alay.

"Yaa, penyambutan tahun ajaran baru dodol," sahut Chocho dengan gemas.

Saat ini juga aku ingin mati sementara. Itu pun kalau bisa.

TEET TEET TEET

Suara bel yang dapat membuat seantero sekolah mendadak tuli berbunyi nyaring. Aku hanya mengendikkan bahu cuek dan mengisyatkan pada Chocho untuk segera bergegas menuju lapangan.

"Si Voila belom dateng tuh anak! Emang ngaret sejati deh, "Chocho berargumen sambil menggelengkan kepalanya serius.

Aku hanya menanggapi ucapannya dengan menganggukan kepala. Fyi, si Voila emang ngaret sejati. Kalau ada janjian pasti dia yang datang paling telat.

"Yodeh, buru ke lapangan. Gue males denger si Pak Kepsek ngomel. Kan lo tau sendiri kalo pak kepsek ngomel ludahnya muncrat kemana-mana," Saat di kalimat terakhir aku sengaja memelankan suaraku dan memperhatikan keadaan sekitar.

Jangan sampe ada yang mendengar omonganku.

"Wakakak. Ohiye bener juga yak. Yaudah cepetan!"Sekarang malah Chocho yang mendahului ku berjalan.

Aku jalan mengekor Chocho dari belakang. Udah kayak anak sama induk dah.

*

Aku mengibaskan tanganku ke wajah. Lumayan ada angin sepoi yang dapat mengurangi hawa panas. Aku memicingkan mata ke arah pak kepsek yang sedang berkomat-kamit di mimbar. Voila baru aja datang tak lama setelah pak kepsek memberi sambutan-sambutan. Dia berdiri di baris paling belakang sedangkan aku malah berdiri di baris tengah. Apalagi di tempat yang aku pijaki hawa panasnya sangat terasa. Aku merasa diriku yang paling banyak memproduksi keringat.

{1} Sugar : Dream SugarDonde viven las historias. Descúbrelo ahora