Dream Sugar : 18

7.7K 592 35
                                    

A/N : Rekor nih gue ngetik sampe 1800 kata lebih. HAHAHA. Cepet kan lanjutinnya? Yoi. Soalnya gue berniat bakal ngabisin nih cerita sebelum UUB.

Ohiya. Just Fyi nih, nanti kalau Dream Sugar abis. Gue mau bikin side story nya Chocho, Voila dan Zendaya. Cerpen sih lebih tepatnya. Menurut readers gimana? Ciailah.

Okey sampai sini aja. Dua part lagi dream sugar abis. YAY! Enjoy~

*

Sugar POV

Aku memijat pelipisku perlahan dan melirik dua orang di hadapanku yang menampakan ekspresi meminta jawaban. Pikiranku kacau. Memikirkan siapa yang harus dipilih. Dan aku baru menyadarinya, situasi ini sudah sampai di titik dimana aku harus memilih.

"Hhh, oke. Gue ikut kalian berdua,"putusku pada akhirnya. 

Dapat kulihat Tama dan Dirga menghela nafas. Helaan nafasnya dapat kuartikan; helaan nafas kecewa.

Aku melirik kaki Tama yang mulai menjejakkan kaki ke atas permukaan lantai kamarku. Dengan sengaja aku menginjak kakinya membuat dia meringis kesakitan.

"Siapa suruh lo masuk ke dalem?"tanyaku sadis. 

Tama memutar bola matanya dengan bete.

"Tunggu sini!"perintahku sembari menutup pintu perlahan namun sebuah tangan mencegahnya. Mataku menjurus pada pergerakan tangan Tama.

"Mau ngapain?"tanyanya dengan watados.

 Aku mendecak kesal.

"Mau ganti baju dodol. Gimana sih?!"cetusku dan langsung membanting pintu dengan keras.

Kenapa sih punya temen bolot-bolot banget?

*

Gimana perasaan kalian saat kalian jalan diapit dengan dua cowok yang masuk ke dalam jajaran the most wanted guy? Sumpah ini awkward banget. Kami menjadi sorotan umum di pantai.

"Kita mau kemana sih sebenarnya?"tanyaku sarkastik. 

Sedari tadi kami hanya mengitari pantai tanpa ada obrolan yang mengiri.

"Yah abisnya gue bingung mau ngajak lo kemana kalau ada Dirga,"ceplos Tama lebih terdengar seperti ngambek?

HAHAHA. Ngambek. Bocah banget.

"Maksud lo apa Tam?"sindir Dirga dengan lirikan matanya yang menyeramkan. 

Namun tampaknya Tama tak menghiraukan lirikan mata Dirga.

"Ya maksud gue itu,"jawab Tama tanpa minat. 

Aku melirik Tama yang menampakkan ekspresi wajah bete. Tampangnya kayak anak kecil yang gak dikasih balon. Anggap dia 'ngambek'.

"Ambigu lo. Coba diperjelas!"desak Dirga membuat Tama mencak-mencak gak jelas.

"WOI! BERISIK TAU!" 

Pada akhirnya aku angkat bicara untuk melerai mereka yang akan berujung pada perdebatan. Dan aku terlalu malas untuk mendengar debatan mereka.

Pada waktu yang bersamaan mereka mendengus kesal. Gak ngerti lagi sama jalan pikiran mereka deh.

"Oke kalau gak jelas gini. Mending gue balik,"cetusku lalu berjalan berlawanan arah.

Tak sengaja tubuhku tertabrak sesuatu sehingga aku nyaris terjungkal kalau saja tidak ada yang menahan tubuhku. Mataku terkunci pada tatapan Tama yang ugh-entahlah sulit untuk dijelaskan. Aku buru-buru berpindah dari posisi tadi. Tama tersenyum tiga jari sedangkan aku menahan kupu-kupu di dalam perut yang mulai berterbangan. Perasaan ini muncul lagi.

{1} Sugar : Dream SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang