Dream Sugar : 3

13.2K 721 5
                                    

Dirga POV

Gue pun beranjak ke kelas dan berpas-pasan dengan Ninzzy adek kelas yang satu eskul dengan gue. Sudut bibir gue terangkat dan tersenyum pada Ninzzy. Ninzzy membalas senyuman gue dengan senyuman tipis. Tak lama berpas-pasan dengan Ninzzy gue menabrak seseorang dan pantat gue sukses nyium pantai.

"Doo, jalan pake mata dong!"gerutu orang yang gue tabrak. 

Gue mengangkat satu alis,gak semudah itu gue menerima tuduhannya. Gue beranjak dari posisi jatuh gue yang ga banget.

"Sejak kapan jalan pake mata?"tanya gue sekaligus menyindir. 

Cewek tersebut bungkam. Kayaknya gue kenal nih cewek.

"Eh iya lupa. Hehehe,"Dia terkekeh malu sembari menggaruk tengkuknya dengan gugup. Saat dia menoleh ke arah gue, matanya melotot.

"Lah, elo Dir. Gue sangka siapa. Alay lo!"seru dia---sksd? 

Sumpah gue gak tau nih cewek tapi gue pernah liat.

"Jangan bilang lo gak kenal gue? Gue Zendaya plis. Temen sekelas lo,"

Gue masih bingung. Kalaupun dia temen sekelas gue yang baru gak mungkin gue dan dia udah se akrab gini.

"Kita sering ketemu kok. Gue yang selalu sama Tama. Inget?"Dia masih berusaha untuk mengembalikan ingatan gue yang rada pikun ini.

"Lo pacarnya Tama?"tanya gue memastikan setelah tersadar kalau selama ini gadis yang bersama Tama adalah cewek yang sekarang ada di hadapan gue. Gue emang ga terlalu deket sama dia tapi seenggaknya gue pernah ngobrol. Dan itu dulu, udah lama banget.

"Bravo. Ingatan lo mayan lah,"komentar Zendaya sembari menepuk punggung gue akrab.

"Eh gue ke bawah dulu ya. Bye Dirga!"pamit Zendaya sembari melambaikan tangan ke arah gue. Gue tersenyum tipis lalu kembali melangkah menuju kelas.

"Dia bakal jadi temen sekelas gue selama satu tahun,"

*

Sugar POV

Aku memandang tumpukan buku lks dengan ragu. Ini barang yang di perintahkan pak Abu untuk membawa ke kelas? Kayaknya salah deh.

"Tam, kayaknya kita salah jalur deh. Mana mungkin kita disuruh bawa tumpukan buku yang segede gaban gitu,"tuturku dengan polos dan memutar arah menuju tempat yang menurutku lebih benar. 

Tama memegang puncak kepalaku lalu memutarnya 90 derajat. Wajahku dan dia hanya berjarak berapa centi. Bahkan hembusan nafasnya dapat kurasakan dengan jelas.

"Ngawur lo. Kita emang di suruh bawa buku ini ke kelas!"Tama pun meluruskan pikiranku lalu segera membawa setengah dari tumpukan buku tersebut.

"Sisanya gue yang bawa nih?"Dengan begonya aku bertanya pada Tama. Padahal Tama sudah menjelaskannya.

"Semerdeka lo deh,"pasrah Tama yang mulai beranjak meninggalkanku. 

Tak mau ditinggalkan sendiri di gudang penyimpanan buku, aku segera berlari mengambil sisa tumpukan buku lalu membawanya dengan konsentrasi yang penuh. Nasib-nasib.

"Tam lo ga keberatan apa bawa buku banyak gitu?"tanyaku saat aku berhasil mengejar langkahnya. Tama mengangkat alis tanpa menjawab pertanyaanku.

"Dih bukannya jawab malah pamer alis,"umpatku melempar pandangan ke arah lain.

"Gue denger apa yang lo bilang Sug,"sahut Tama dengan ekspresi yang tak tertangkap olehku. 

Cuih, nih orang pendengarannya peka banget sih. Namun, mataku mendadak keluar saat melihat anak tangga yang berjejer rapi di hadapanku. Itu berarti aku harus menaiki tangga dengan membawa tumpukan buku ini? OH GOD...bayangkan?! Tama yang menyadari perubahaan ekspresi ku langsung tersenyum evil.

{1} Sugar : Dream SugarWhere stories live. Discover now