30

103K 4.5K 140
                                    

Dira berjalan cepat, mengejar Ilham yang menarik Flo menuju pohon-pohon rindang nan gelap didepan Villa.

Nafas Dira berderu cepat, ia tidak akan memaafkan siapapun yang sudah lancang menyakiti istri kecil nya.

Dijaraknya yang masih satu meter, Dira melihat Flo terbaring diatas tanah dibalik pohon sedangkan Ilham tengah sibuk melepas baju dan celananya.

"Brengsek! Berani-beraninya lo sentuh istri gue!" Dira melayangkan satu pukulannya diwajah Ilham saat kakinya sudah mencapai tempat Ilham berdiri.

Dira menarik kerah baju yang Ilham kenakan dibalik sweater nya. Kembali melayangkan bogeman-nya beberapa kali, membuat Ilham terus menerus tersungkur diatas tanah.

Ilham bangkit dan membalas pukulan Ilham secara membabi-buta. Membuat Flo berteriak histeris tanpa tau harus melakukan apa.

"Udah Ham! Cukup hiks." Flo meraih tangan Ilham yang hendak memukul Dira kembali walau pria itu sudah tersungkur ketanah.

"Jangan main-main sama gue!" Ilham menghentikan aksinya. Ia mengelap darah yang keluar dari sudut bibirnya dengan ibu jarinya kemudian melenggang pergi meninggalkan Flo yang tengah menangisi Dira.

"Ka... kamu gak pa-pa kan?" tanya Dira sedikit terbata karena menahan sedikit menahan sakit.
Ilham memukul wajahnya dan perutnya berkali-kali.

"A... aku gak pa-pa, sekarang kita pergi dari sini!" Flo membantu Dira bangkit, melingkarkan tangan kiri Dira dilehernya sedangkan dirinya merangkul pinggang Dira.

"Ra!" tak jauh dari mereka berdiri, Rama berlari menghampiri mereka.

"Dira kenapa Flo?" tanya Rama panik begitu dirinya sampai dihadapan Dira dan Flo. Flo sedikit memicingkan matanya menatap Rama, dirinya sedikit mengingat-ngingat wajah Rama.

Ah dia sahabatnya Dira, batin Flo.

"Nanti saya jelasin, tapi tolong bantuin Dira dulu." pinta Flo. Rama mengangguk dan mengambil alih Dira dari papahan Flora.

Mereka berjalan memasuki Villa yang Dira dan Rama tempati. Banyak pertanyaan yang muncul difikiran Flo. Mengapa Dira dan sahabatnya ada disini?

Rama mendudukan Dira disalah satu sofa didalam Villa, kemudian pria itu melenggang pergi untuk mengambil kotak P3K yang sempat dibawanya karena Dara yang memaksanya.

"Tunggu sini bentar, Flo. Saya ambil obat dulu untuk Dira." ujar Rama yang hanya diangguki oleh Flo.

Flo masih sedikit sesenggukan karena sempat menangis, nafasnya belum stabil sepenuhnya.

Rama kembali dengan membawa baskom berisi air hangat dan handuk kecil beserta kotak P3K.

"Sini, biar saya yang obatin!" ujar Flo mencoba meraih kotak P3K ditangan Rama.

"Gak usah, biar saya aja. Kayaknya kejadian tadi bikin kamu shock." tolak Rama. Pria itu mulai membuka kotak P3K-nya.

Flo menatap Dira seolah berkata tolong bilang dia, aku mau ngobatin kamu.

"Ram, biar Flo yang ngobatin gue!" ujar Dira kemudian membuat Flo sedikit tersenyum tipis dan mengambil handuk kecil yang sudah basah dan diperas.

"Yaudah, kalo gitu gue kebelakang dulu, takut jadi obat nyamuk." Rama bangkit dari duduknya kemudian melenggang meninggalkan Dira dan Flo.

"Awsh... sakit sayang." rintih Dira saat Flo mengompres lukanya tanpa hati-hati. Ia menahan tangan Flo untuk menghentikannya sejenak.

"Apa?" tanya Flo ketus. Flo sedikit kesal karena dengan bodohnya Dira tidak kembali membalas pukulan yang Ilham layangkan untuknya.

"Pelan-pelan, sayang." ujar Dira manja.

"Ditahan dong, pas dipukul aja gak meringis masa giliran diobatin cengeng! Lagian kenapa kamu gak balas Ilham lagi?" Dira tersenyum kemudian merintih karena luka disudut bibirnya sedikit tertarik.

"Ah rupanya kamu pengen aku menghabisi temanmu itu?"

"Bukan. Setidaknya kamu memberi Ilham pelajaran sekali lagi!"

"Aku tidak akan menghabisi seluruh tenagaku hanya untuk menghabisi bocah ingusan sepertinya, sayang."

"Ah bilang aja kalo kamu gak bisa berantem. Aku tau!" sindir Flo dengan tangannya yang masih terampil mengompres luka-luka diwajah Dira.

"Aku sengaja tidak membalasnya, sayang. Aku masih berbaik hati mengijinkannya untuk masih menghirup nafas, tapi sekali lagi dia melakukan itu padamu, aku berjanji tidak akan pernah membiarkannya hidup!" Dira berucap, mendengar itu, Flo memeluk Dira erat. Bayangan perlakuan Ilham yang hampir membuatnya kehilangan kehormatannya beberapa menit lalu kembali berputar diotaknya. Flo kembali menangis, tanpa suara.

"Sudahlah, sayang. Sekarang kamu baik-baik aja, aman bersamaku!" Dira membalas pelukan Flo seraya mengusap rambut Flo yang tergerai indah.

"Malam ini, aku tidur di Villa ini yah? Besok kita harus pulang ke Jakarta. Aku bener-bener gak mau balik ke Villa itu." Flo mendongakan kepalanya, menatap wajah Dira yang saat ini tengah penuh dengan luka dan lebam.

"Iya, itu lebih baik," Dira tersenyum samar, untuk saat ini bibirnya tidak bisa ia gerakan sesuka hati.

"kalo begitu, ayo obati lukaku lagi." pinta Dira. Flo tersenyum kemudian mengecup wajah Dira beberapa kali.

"Biar sakitnya lebih cepat hilang!" seru Flo saat Dira menatapnya terkejut. Kemudian mereka sama-sama tersenyum.



***

Ilham memasuki Villa dengan tergesa-gesa, ditambah beberapa luka diwajahnya membuat teman-temannya--ah bukan, mereka adalah teman kelas Flo--menatap Ilham bingung.

Pria itu memasuki kamar yang ia tempati bersama beberapa anak laki-laki lain, kemudian kembali dengan membawa tas ranselnya.

"Ham! Lo mau kemana? Terus muka lo kenapa?" tanya Fika akhirnya. Ilham menatap Fika sinis, tatapan tak suka.

"Ini tanda kalo gue beneran cowok!" teman lelaki yang berada disana sedikit terkekeh.

"Oh rupanya Ilham baru jadi laki! Eh tapi, Flo mana?" tanya Anggi angkat bicara.

"Mana gue tau! Sama suaminya kali! Gue mau balik!" seru Ilham. Wait! Suami? Ucapan Ilham tadi berhasil mengejutkan teman-temannya yang tengah berkumpul--kecuali Alicia yang memang sangat sudah mengetahui bahwa Flo telah bersuami--.

"Ahaha ngelantur lo! Flo nikah? Ahaha." tawa Andine menggelegar, membuat teman-teman yang lain pun ikut tertawa. Konyol sekali ucapan Ilham barusan.

"Tapi, lo beneran mau pergi?" tanya Edo yang diangguki mantap oleh Ilham.

"Ini udah jam setengah 12 malam, bro!" sahut Fajar yang disetujui teman-temamnya yang lain.

"Jalanan pasti sedikit macet." timpal Adit.

"Apa peduli gue?" sinis Ilham. Ilham mulai menggendong tasnya dan berjalan keluar. Pria itu mengenakan helm-nya sebelum menancapkan gas motornya.

Ilham memang pergi menggunakan motor, kelima mobil yang dikendarai mereka sudah terisi penuh karena menyesuaikan jumlah murid kelas 12 MIPA 1.

Alicia yang menatap kepergian Ilham hanya melihatnya bingung. Sebenarnya apa yang terjadi pada Ilham? Wajahnya kenapa? Lalu dimana Flora? Bukankah tadi dirinya sempat melihat Ilham menarik Flo? Entahlah Alicia tidak tahu, ia akan menanyakan semuanya saat--mungkin--sudah pulang dari Puncak.





---
Ah kurang gereget yah? Kalo gitu nyanyi lagu Geregetan punya Sherina aja😅 wkwk eh enggak deng, iya maaf kalo kurang geregey, soalnya gue gak bisa bikon adegan fighting, belum pernah ngerasain dibogem sih😂



Love,
Agnes

FLORA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now