Chapter 4

25.6K 1.8K 39
                                    

Di dalam ruangan OSIS, sudah ada puluhan siswa anggota OSIS yang tampak bosan menunggu sedari tadi, ketua OSIS yang baru belum juga datang.

"Maaf, telat!" Arra meringis tanpa berdosa lalu melangkah masuk dan duduk di kursi terdepan, di belakang meja dengan papan nama 'Ketua OSIS'

Setelah beberapa kali sempat mengadakan rapat dengan MPK, Majelis Perwakilan Kelas, kali ini Arra mengadakan rapat OSIS yang pertama dengan beberapa kebijakan yang sudah disetujui ketua dan para anggota MPK.

"Baiklah, karena gue nggak suka basa-basi...." ucap Arra terpotong.

"Gue?" Dahi Azka mengernyit.

Arra melirik Azka sebentar. "Gue rasa rapat ini nggak perlu terlalu formal. Kita buat enjoy ajalah! Bener nggak?" Arra melihat ke arah anggota OSIS dari kelas IPS.

"Bener bener!" Semua anggota OSIS dari kelas IPS mengangguk, membenarkan apa yang dikatakan Arra.

Arra mengeluarkan beberapa kertas dari dalam tasnya. "Sekretaris, tolong bagikan kertas-kertas ini ke semua anggota!"

Melly menghentakkan kaki kesal saat berjalan menuju Arra. Dengan kasar, ia meraih lembaran-lembaran kertas dari tangan Arra kemudian membagikannya ke seluruh anggota.

Mata Azka melebar setelah membaca kebijakan-kebijakan baru yang diciptakan Arra. Dia mengangkat kepalanya lalu menatap Arra heran.

"Oke, gue nggak mau lama-lama di sini. Kita langsung voting aja siapa yang setuju dan yang tidak setuju," papar Arra.

"Kebijakan apa ini?" tanya Bella sinis.

Arra berpura-pura tidak mendengarkannya. "Baiklah, siapa yang setuju kebijakan nomor satu dilaksanakan, angkat tangan!"

Sebagian besar anggota mengangkat tangan kecuali anggota dari kelas IPA. Bagaimana tidak? Anak IPS dan anak Bahasa memang memiliki notaben kepribadian yang hampir sama, tidak ingin terlalu dikekang dengan aturan-aturan yang begitu ketat. Itulah sebabnya anggota dari kelas Bahasa selalu sepakat dengan Arra, karena ternyata mereka memiliki tujuan yang sama dengan kelas IPS.

"Baiklah, siapa yang setuju kalau kebijakan nomor dua dilaksanakan?" Tambah Arra.

Lagi, sebagian besar anggota OSIS mengangkat tangan. Azka tidak bisa berbuat apa-apa, tangannya mengepal, rasanya ingin sekali dia memberi pelajaran pada gadis yang bertingkah seenaknya sendiri itu.

Tak sampai dua puluh menit, rapat OSIS telah selesai. Semua anggota satu per satu keluar ruangan hingga tinggal Arra dan Azka yang masih duduk di tempat masing-masing.

"Puas?" Kata Azka.

Arra berhenti memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas. Ia menoleh ke arah Azka.

"Puas kamu menghancurkan tradisi?" Sambung Azka dengan ekspresi datarnya.

Arra tak mendengarkan Azka. Ia kembali mengemasi barang-barangnya ke dalam tas lalu bergegas pergi.

***

Mulut Azka menganga ketika melihat papan mading yang bertengger di tembok sekolah. Matanya masih membulat tak percaya. Bagaimana bisa anak-anak kelas X-D membuat mading seperti ini, pikirnya. Ya. Minggu ini piket mading berasal dari kelas X-D.

"Bagaimana menurut elo? Bagus kan?" Kata Arra yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.

Azka menoleh ke samping. "Apa ini? Kenapa mereka membuat mading semacam ini?"

"Nggak tau." Arra mengedikkan bahu. "Mungkin inilah yang dikatakan kreativitas."

"Kreativitas?" Alis Azka terangkat sejenak. "Kamu gila!"

Flower Five [COMPLETED]Where stories live. Discover now