Chapter 7

19.9K 1.6K 28
                                    

Di ruang OSIS, Arra sudah duduk di atas lantai sambil melihat-lihat beberapa artikel buatan anak-anak divisi majalah. Ia membaca artikel-artikel tersebut dengan seksama, lalu memilah dan memilih beberapa di antaranya.

"Kamu sedang apa?" Tanya Azka.

Arra mendongak, melihat wajah tampan yang selalu membuatnya kesal. "Sedang milih artikel yang cocok buat majalah sekolah!" Jawab Arra judes lalu kembali fokus melanjutkan pekerjaannya.

Azka kemudian duduk berjongkok, melihat sekilas artikel yang berserakan di atas lantai. Arra terlihat sangat sibuk, tidak ada yang membantu gadis itu. Entah mengapa dia merasa iba.

"Perlu bantuan?" Kata Azka tiba-tiba.

Arra tercekat, ia menatap heran cowok sombong yang selalu menganggunya. Apa ini hanya ilusi?

"Sepertinya tidak perlu," kata Azka setelah beberapa saat menunggu sahutan dari Arra.

"Eh eh!" Arra memegang lengan Azka ketika cowok nerd itu hendak meninggalkannya. "Perlu. Gue perlu bantuan lo kok!"

"Ooohh..... jadi perlu?"

"Nggak usah songong kayak gitu deh jadi orang! Lo itu wakil ketua OSIS! Jangan harap bisa duduk manis dan nggak kerja apa-apa!"

"Oke, kamu perlu bantuan apa?" Azka kemudian duduk bersila di atas lantai.

"Gue perlu lo buat ngoreksi typo yang ada di artikel-artikel ini."

"Ngoreksi typo? Memangnya kamu tidak bisa?"

Arra tersenyum kecut. "Gue nggak bisa."

Alis Azka terangkat. Sungguh ia tak menyangka kalau Arra tidak bisa mengkoreksi typo. Azka pikir, Arra hanya tidak bisa dalam pelajaran olahraga saja. Itu berarti, Arra juga memiliki kekurangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Gadis jenius itu sepertinya tidak bisa menggunakan EBI, Ejaan Bahasa Indonesia dengan baik.

"Baiklah. Yang mana yang harus aku koreksi?" Tanya Azka.

"Ini." Arra mengambil beberapa artikel yang ia pilih tadi. "Dan ini," lanjutnya sambil memberikan artikel-artikel tersebut pada Azka.

Tak terasa sudah satu jam Arra dan Azka berada dalam satu ruangan. Terlebih lagi hanya berdua. Diam-diam Azka mencuri pandang melirik Arra yang tengah sibuk membaca beberapa artikel yang tersisa.

"Arra?" Panggil Revan di ambang pintu ruang OSIS.

Seketika itu Azka langsung mengalihkan pandangannya, dan kembali fokus mengkoreksi typo yang ada di dalam beberapa kertas yang ia pegang.

"Revan?" Arra menoleh ke ambang pintu, tempat di mana Revan berdiri. "Ada apa, Van?"

"Lo belum makan kan?" Revan memasuki ruang OSIS sambil membawa sekotak pizza. Dahinya mengernyit ketika mendapati Arra tidak sendiri. Gadis itu bersama dengan Azka.

"Wuuuaahh! Lo bawa pizza?" Mulut Arra langsung menganga. "Iya, nih! Gue belom makan!"

"Kenapa si nerd bisa ada di sini?" Tanya Revan heran.

Arra berdiri dari lantai kemudian ia langsung menyambar pizza dari tangan Revan. "Pertanyaan lo nggak penting! Lo lupa kalau dia wakil ketua OSIS? Tentu saja sangat wajar jika dia nimbrung di ruang OSIS. Dasar Revan bego!"

Revan meringis malu. Ia menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya yang tak terasa gatal. Sementara itu, Azka masih diam. Hatinya memanas saat Revan datang dan mengganggu aktivitasnya bersama Arra.

Arra kembali duduk di atas lantai, Revan mengikutinya. Ia pun membuka kotak pizza lalu mengambil sepotong kemudian ia berikan pada Azka. Mata Azka membelalak. Azka melihat sebentar pizza dari tangan Arra kemudian melirik sejenak kotak pizza yang terletak di atas lantai.

Flower Five [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang