Bagian 13

1.4K 184 62
                                    

Kematian Kobori membuat perasaan sesak hinggap di dada [name]. Dewi batin [name] menyenandungkan lagu pilu, simfoni penuh rasa berkabung.

Akashi menatap [name] yang tengah meringkuk dan berkabung dengan intens, batinnya ikut terusik dengan pemandangan yang menyakitkan seperti itu. Helaian crimson-nya tertiup angin, tatkala Akashi bergerak untuk duduk di samping [name] dan mengusap puncak kepala sang gadis.

Tak ada protes yang biasa dia dengar dari bibir ranum [name].

Kliennya itu rapuh sekarang, Akashi sangat memahaminya—walau dia sendiri biasanya tidak mau susah-susah memikirkan orang lain. Tapi entah kenapa berbeda rasanya kalau sudah bersangkutan dengan [name].

Cklek

Midorima keluar dari ruangan intensif. Manik hijaunya bersirobok dengan iris crimson milik sahabat karibnya yang seolah-olah menyerangnya dengan pertanyaan.

Midorima menggelengkan kepalanya perlahan dan menghela napas.

"Maaf, [name]. Aku tak bisa—"

Tangisan [name] pecah. Kobori merupakan salah satu penghubung yang ia miliki agar bertemu dengan kakak kandungnya, selain surat itu. Juga, Kobori merupakan orang yang dekat dengannya dan Kasamatsu Yukio.

"Kenapa bukan aku?" ujar [name] di sela isakannya. "Kenapa Koji-nii?"

Akashi menatap [name] dengan lembut, membuat [name] yang merasa sedang ditatap seseorang pun mendongakkan kepalanya—

Akashi bisa melihat jelas lelehan air mata di pipi [name]. Tangan besarnya refleks tergerak untuk menghapus air mata itu.

"Tenangkan dirimu sebentar. Memang sejak kita keluar dari kompleks itu, yang diincar adalah Kobori Koji—kemungkinan, orang yang mengincar itu tidak mau info dari Kobori sampai ke siapapun, atau ke kakakmu."

Midorima mengerjapkan matanya, sedikit menaikkan posisi kacamatanya seperti biasa.

"Sejak awal diincar? Tapi cahaya merahnya mengincar [name]."

Akashi menghela napas, bersiap dengan penjelasan panjang yang setelah ini akan terlontar dari bibirnya.

"Atasan Susa tidak mungkin orang bodoh, dia jenius. Dan mungkin dia memastikan kondisi [name] dahulu—tapi sebenarnya itu hanya pengecoh, sudut tembakan dan kaca mobil yang pecah sudah menjadi bukti kalau Kobori yang diincar, bukan [name]," jelas Akashi panjang lebar.

Manik crimson-nya bergulir kembali, menatap [name] yang terdiam mendengar penjelasannya.

"Kau akan bertemu kakakmu tak lama lagi, tenanglah."

Setidaknya, kata-kata Akashi membuat [name] kembali menghirup napas lega sedikit demi sedikit.

[][][]

Kagami tersentak mendengar perkataan Aomine.

Memang benar, berdasarkan informasi yang ada, sebelum Kagami memijak posisi jabatan di kepolisian sekarang, seseorang yang menjabatnya dipecat secara tidak hormat. Jujur saja, Kagami baru di kepolisian, akan tetapi karena sepak terjang dan daya juang yang tinggi membuatnya bisa meraih posisi seperti sekarang.

"Orang ini?" tanya Kagami. Pria berambut merah gelap itu mempersiapkan pistolnya dalam kondisi aktif dan siap tempur.

Aomine mengangguk.

"Kalau bisa jangan membunuhnya. Tapi kalau kau terpaksa—"

Susa menarik kaki Aomine dan membuatnya terbanting ke tanah. Sontak, Kagami langsung menindih tubuh Susa, menahan pergerakannya lebih jauh.

RED FATEWhere stories live. Discover now