Bunyi Peluit

4.6K 364 65
                                    

Kamu masih menunggu pada stasiun yang sama setiap peluit berbunyi panjang. Menunggu dipinggiran peron dengan gigi bergemelatuk kedinginan. Kamu tersenyum lembut sembari menghempaskan diri pada kursi besi sehitam arang.

Hey, bukankah kamu tahu bahwa tindakanmu sia-sia? Seakan menunggu paradoks untuk dipahami dengan sendirinya, kamu menunggu dengan sabar dalam ketidakmungkinan.

Namun, apalah itu segala teori yang ada, apabila senyummu yang kian melebar tatkala peluit itu berbunyi kian nyaring bagai kontradiksi yang tak pernah dimengerti.

Wahai kamu yang menunggu keajaiban dari sebuah bangunan tua yang tak lagi dioperasikan, apakah kamu pernah berharap bahwa kereta itu akan berhenti sebentar saja?

"Tidak." jawabmu kala itu. Masih dengan tubuh bergelayut lemah pada besi kokoh yang menopang sendi-sendi tubuhmu.

Kamu terdiam ketika semilir angin berhembus nakal memainkan helaian rambutmu. Kamu menikmati usapan jemari sang angin yang mengusap lembut kulit wajahmu.

Kamu menunggu, membiarkan kereta senja itu kembali melintasimu seperti biasanya. Lalu kamu akan bangkit, berdiri diatas rel besi yang dingin beku, seperti orang bodoh berteriak pada sang besi raksasa yang tak akan pernah menjawab.

"Sayang, aku menunggumu pulang!" Entah berapa kali lagi aku harus mengataimu bodoh. Namun kamu hanya tersenyum lebar, menunjukkan persegi panjang itu padaku dengan bulan sabit memikat pada rupamu.

Kemudian kamu pergi ketika bulatan matahari hinggap di penghujung sungai, merahnya memantul hingga lautan berubah menjadi darah. Kamu pergi ketika senja pencabut nyawa matahari menampakkan diri. Seolah begitu ketakutan akan fakta bahwa tak selamanya kamu akan melihat warna menyedihkan ini.

Lalu seperti repetisi, kamu akan kembali lagi pada warna oranye keesokan harinya. Kembali menunggu peluit kereta berbunyi memekakan telinga. Kamu membawa selembar kertas, diterbangkan hembusan nakal hingga sampai kearahku. Begini bunyinya ;

Teruntuk kamu yang berdiri diantara desau

Bagaimana kesanmu di dunia antah berantah yang sampai sekarangpun tak pernah aku pahami?

Bagaimana rasanya menembus senja yang kau kagumi ; dengan membawa ribuan nyawa yang tak kau kenali?

Hey, katakan alasanmu pergi dengan pasti kali ini. Katakan padaku, apakah kamu bahagia? Ataukah kamu menyesal?

Apa yang akan kau lakukan setelah impianmu tercapai? Apa yang akan kau lakukan setelah mampu berdiri gagah dengan besi bodoh yang kau banggakan mengikut dibelakang?

Cepatlah kembali ; karena aku tidak tahu sampai kapan aku akan bertindak bak orang bodoh yang berdiri melankolis

Dari si bodoh yang tersenyum lebar ketika bunyi kereta menggerung kencang

Lucu. Aku melihat senyummu ketika aku menghentikan sang besi raksasa. Tawaku pecah seketika, ketika kamu masih dengan tingkah bak orang linglung berlari kearahku.

Sayangku, aku menangkapmu dengan tangan terbuka lebar. Kita tertawa bersamaan namun aliran air mata ini tak bisa kita hentikan.

Sayangku, kali bukan hanya kamu orang yang bertingkah bodoh ; akupun begitu. Kamu mencengkram seragamku kuat-kuat, padahal ribuan orang menyaksikan kita.

Sayangku, aku tidak tahu kenapa mereka yang menatap hanya bisa tersenyum lebar ; padahal perjalanan mereka tertunda karena ulah kita.

Sayangku, kali ini aku menyadari ; betapa bodohnya kita berdua selama ini. Wahai kamu si bodoh yang kucintai, bagaimana bila kamu ikut merasakan dunia antah berantah yang tak pernah kau pahami?

Kamu ; Kim Taehyung

Aku ; Jeon Jungkook

Selesai

Kookv Drabble CollectionWhere stories live. Discover now