4. Takdir kah?

6K 462 5
                                    

"Kak, kok lama banget ya, bangunya?"

"Mati mungkin"

Sang kakak menjitak kepala kedua adik yang terlampau nakal itu.

"Aduhhh, kenapa aku kena pukul"

"Aku juga"

"Udaah kalian ini, menggangu aja bisanya" kata sang kakak.

"Sebaiknya, kalian keluar cari tanaman lafter (imajinasi sendiri). Cepat sana" Usir sang kakak.

"Iya iya"

PoV Alenta

Apa aku sudah mati, semuanya tampak gelap dan itu membuat ku takut, tapi ada yang aneh deh.

Kok, aku mendengar ada yang bicara ya, kayaknya ada tiga orang. Berarti aku masih hidup, tapi aku tidak sadarkan diri. Setelah itu, aku tidak mendengar suara lagi.

Aku mencoba membuka mataku, tetapi sulit sekali rasanya mataku dikasih lem aja. Akhirnya aku bisa membuka mataku, setelah beberapa saat.

Aku mengerjabkan mataku beberapa kali, menyesuaikan mata ku yang terasa bekunang - kunang.

"A-ir" pinta ku lemah.

Aku melihat orang (mungkin), memberikan segelas air kepada ku, kerongkongan ku merasakan segarnya air, seolah - olah aku tidak pernah minum sebelumya.

Aku belum bisa melihat dengan jelas siapa yang memberikanku minum. Mungkin penglihatan ku masih belum pulih.

"Sebaiknya nona istirahat dulu" kata orang tersebut.

Aku hanya mengangguk lemah dan mencoba tidur.

***

Aku mendengar suara ribut - ribut, siapa sih menggangu orang tidur aja, pikir ku. Baru saja aku mau membuka mataku. 'dukk', kepala aku kena timpuk benda yang cukup keras membuat ku mengaduh.

Aku langsung bangkit dari tidur ku dan ingin melihat siapa yang berani - beraninya nimpuk aku. Mataku membulat penuh dengan keterkejutan, melihat tiga mahluk aneh yang di depan ku sedang melihat ku bangun. Ini kan mahluk yang sama saat aku berada di jurang.

"Tuh kan dia jadi bangun, gara - gara kau sih"

"Enak aja, kau kan yang lempar, ya pasti kau"

"Kau"

"Kau"

"Aduhh, kenapa sih kak aku kena pukul, sakit tau"

"Aku juga, yang pagi tadi masih sakit tau"

Aku tidak tau harus berekspresi apa, melihat ketiga mahluk aneh ini saling berinteraksi, inginnya sih berteriak meminta tolong, tapi ku urungkan melihat pertengkaran dua mahluk aneh itu, lucu juga.

"Maaf kan kedua adik ku ini"

"Maafkan aku kak"

"Aku juga"

Aku bingung sendiri melihat mahluk aneh ini meminta maaf kepada ku. Kelihatanya mahluk aneh ini baik meskipun tampangya menyeramkan.

"Tidak apa - apa, lagi pula tidak sakit kok" kata ku bohong, padahal lumayan sakit.

"Kok kakak bisa mengerti apa ucapan ku"

"Apa kakak penyihir dari kerajaan deimos?"

Aku mengernyit bingung, penyihir, deimos? Apa itu, aku saja baru saja di bawa ketempat aneh ini, mana mungkin aku tau.

The Singer And 4 Prince ImmortalWhere stories live. Discover now