Bagian 6

130 24 2
                                    

“Jadi Rio sudah tertangkap?” tanya Jina setelah mendengar segala hal yang Astri ceritakan, Astri menggelengkan kepalanya tidak tahu.

“Kami belum memastikannya, Bima mengajakku untuk bertemu kalian terlebih dahulu.” Astri menatap Bima dan Luis yang tengah berbincang tanpa ingin diganggu.

Ya itulah mereka, jika ada suatu hal yang gawat keduanya ataupun ketiganya berserta dengan Rio selalu tidak ingin Astri dan Jina tahu. Entah karena mereka meremehkan kedua gadis ini atau mereka tidak ingin kedua gadis ini merasa takut dan panik.

“Jika Rio benar-benar tertangkap bagaimana?” Jina bertanya kembali, wajahnya ia tundukkan dengan sedih. Astri terdiam berharap hal itu tidak benar-benar terjadi pada Rio, ia menatap kearah kedua lelaki yang masih terlihat bingung disana.

“Bima...” panggil Astri pada pemuda itu, keduanya menoleh menatap Astri yang memperlihatkan kegundahan Jina.

Bima menghampiri gadis yang bahunya perlahan bergetar, ia mengusap kepala itu “Tenanglah, yang Astri dengar adalah hal yang belum pasti dan teruslah berdo’a agar Rio baik-baik saja.” ucapnya pada Jina yang akhirnya menangis juga, setelah sebelumnya berusaha menahan tangis.

Suara ribut tiba-tiba terdengar begitu nyaring ditelinga keempatnya, bahkan ditelinga para pengunjung dan pelayan restoran yang mereka datangi.

Seluruh pandangan tertuju pada jendela menampakkan keadaan luar yang terlihat kacau, Bima dan Luis berfikir mungkin saja itu akibat dari kegagalan sistem pemeriksaan kartu identitas atau bisa jadi itu adalah sirine peringatan bahwa ada identitas palsu yang terdeteksi.

“Astri cepat pakai topimu! Luis!” Bima menggerakkan sedikit kepalanya, memberi kode pada Luis agar pemuda itu memastikan apa yang terjadi diluar sana. Tanpa banyak membuang waktu, Luis berjalan keluar dari restoran seraya memakai Talkie box yang masih dibawanya.

Setelah melihat kepergian pemuda itu, Bima menarik lengan Astri dan memapah Jina untuk berjalan kearah belakang restoran.

“Permisi Nona, bisakah kami melewati jalan belakang? Teman kami sakit dan mobil kami, ku simpan di belakang restoran ini.” ucap Bima pada seorang pelayan restoran, pelayan tersebut sempat menyipitkan matanya melihat Jina yang ditunjuk Bima sebagai teman yang sakit.

Melihat warna kulit Jina yang pucat, pelayan tersebut mengiyakan dan membukakan pintu belakang restoran tersebut.

“Astri pesankan mobil sekarang!” ucap Bima, Astri terlihat kebingungan.

“Tapi Handphone ku sudah ku buang.” Jawabnya. Bima mendecak kesal, Ia baru menyadari bahwa sebelumnya Handphone beserta kartu identitas mereka diperintahkan untuk dibuang.

Sebuah mobil hitam berhenti tepat didepan ketiganya, kaca itu perlahan terbuka seorang pemuda yang tidak mereka kenali membukakan pintu mobil otomatis. “Cepatlah masuk atau kalian akan tertangkap!” ucapnya, Bima mengerutkan dahinya sebelum akhirnya masuk kedalam mobil mewah itu.

“Siapa kau?” tanya Bima menatap sang pengemudi kendaraan,

“Bisakah kita bahas itu nanti? Sekarang kita harus menjemput teman mu yang keluar lewat pintu depan.” Pemuda tadi memutar stir mobilnya dan berbalik arah menuju pintu depan cafe, disana mereka melihat Luis yang berjalan diantara kerumbunan orang.

“Suruh dia kembali dan masuk kedalam mobil ini!” ucap pemuda tadi, Bima mengangguk dan segera menggunakan Talkie boxnya.

“Luis, berbaliklah dan masuk kedalam mobil hitam yang terparkir diantara kursi jalan dan lampu.”

“Sip!” mereka melihat Luis berbalik dan berjalan setengah berlari kearah mobil, dengan santai pemuda itu membuka jendela dan menyuruh Luis untuk duduk didepan. Raut wajah keheranan yang Luis perlihatkan pada ketiga temannya saat mobil tersebut sudah berjalan.

Pemuda itu terlihat menekan tombol otomatis dan memutar kursinya menghadap kearah Bima, Astri juga Jina.

“Baiklah ini saatnya aku memperkenalkan diriku. Namaku Arial, aku adalah seorang pelajar yang mempelajari tentang ilmu geografi kemanusiaan. Rio dan aku adalah teman saat masa sekolah dasar, jadi aku tahu rencana yang akan kalian jalankan.” Bima terlihat was-was dengan pemuda ini, begitupun dengan Luis yang duduk disampingnya.

“Tenanglah, aku satu suara dengan kalian. Aku akan membantu kalian menyelamatkan Bumi dan tentu saja kita, tapi masalah yang kita miliki saat ini adalah Rio.” Arial menatap keempatnya dengan serius.

“Apa yang terjadi padanya? Apa dia benar-benar tertangkap?” tanya Luis dengan cemas, Arial mengangguk dan menunjukkan sebuah foto yang diambil dari jarak jauh.

“Aku tidak sempat menolongnya, para penjaga itu sudah lebih dulu menembaknya dengan electric gun.” Jina dan Astri terlihat histeris ketika melihat foto Rio yang tergeletak tak berdaya ditengah kerumbunan para penjaga.

“Jadi apa yang harus kita lakukan? Apa kau mempunyai ide?” tanya Bima pada Arial,

“Kita jemput dia, dan bebaskan dia!”

“Bagaimana caranya?” Astri menatap penuh harap pada pemuda itu, sebuah peta elektronik ia keluarkan dari tasnya dan terlihat sebuah lokasi yang ditandai dengan panah merah.

“Aku tahu keberadaannya.” Keempatnya menatap Arial yang tersenyum seolah memberikan angin segar ditengah padang gersang.

Tahun Baru Akhir DuniaKde žijí příběhy. Začni objevovat