Bagian 9

88 13 3
                                    

Kota C.O,
Kota megah dengan segala fasilitas terbaru berdiri dengan kokohnya diatas sebuah gedung yang bernama Paradise Tower.

Disanalah segala teknologi canggih tersedia, dimulai dari teknologi transportasi hingga mikro teknologi yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

"Akhirnya kita sampai disini, dimana mimpi semua orang akan menjadi kenyataan hanya dengan uang!" ucapan Arial terdengar seperti sindiran pada apa yang ada di kota ini, semuanya hanya tentang uang.

"Jangan terlalu senang dulu Arial, langkah kita masih jauh!" gerutu Rio seraya menepuk bahu kanan Arial dengan kencang sehingga pemuda tersebut sedikit meringis.

"Aku tidak senang, aku hanya mengatakan 'pada akhirnya kita sampai' dan bukan berarti aku senang." Bela Arial, Bima hanya menggeleng melihat kelakuan dua pemuda yang mempunyai otak encer itu.

"Tidak ku sangka, ternyata kalian berdua sangat tidak dekat." Sindir Bima pada keduanya, lantas ia mendapatkan dua tatapan tajam dari dua pemuda disana. Astri, Jina dan Luis hanya tertawa puas menertawakan ketiganya.

Sebuah mobil meluncur dengan cepat di hadapan mereka, sehingga angin berhembus kearah mereka, membuat keenamnya terbatuk keras.

"Kurang ajar sekali! Apa dia tidak melihat ada kita yang berdiri disini? Untung saja bukan genangan air yang mengenai kita!" umpat Jina mengibas-ngibaskan tangannya dan menutup hidungnya.

"Ayo lebih baik kita memesan sebuah tempat untuk beristirahat!" Bima berjalan kearah sebuah hotel yang di lengkapi dengan keterangan lima bintang yang dimilikinya.

Lantai berselimutkan karpet merah tebal membentang di sepanjang lobby hotel, sambutan membahana dari alunan musik klasik memanjakan telinga siapa saja yang datang kesana.

Beberapa orang berjas rapi berdiri tegak menyambut mereka, salah satu diantaranya menyodorkan sebuah nampan berisikan minuman segar. Tanpa merasa segan atau malu, Astri dan Luis mengambil minuman itu, melepaskan dahaga yang mereka rasakan.

"Ada yang bisa saya bantu?" tegur seorang wanita yang berdiri di balik meja resepsionis. Bima dan Rio menghampiri dan mengurus beberapa persyaratan untuk memesan kamar disini, semenatar Arial asik mendengarkan musik yang di mainkan langsung oleh beberapa orang di sisi kiri lobby.

"Apa harus kita beristirahat disini Astri?" Jina menghampiri Astri yang menikmati minumannya, wanita itu sedikit berbisik agar tidak di dengar oleh orang lain termasuk Luis yang berdiri di dekat sana.

"Apa harus, kau berbisik dengannya di hadapanku?" tanya Luis beranjak dari tempatnya dan pergi, Astri dan Jina hanya melihat Luis yang berjalan menjauh.

Kedua wanita itu tertawa bersama. Dari ujung ruangan, mereka tidak menyadari seorang penjaga hotel terus memperhatikan gerak gerik meraka.

"Baiklah, kita harus menata rapi semua file nya. Setelah itu kita akan berangkat menuju kantor negara, disana aku akan meminta agar kita bertemu dengan kepala negara. Pakailah pakaian yang sopan dan rapi." Rio berucap seraya mengeluarkan beberapa barangnya dari dalam tas, Arial memperhatikan dengan baik barang-barang berwarna merah yang berbeda bentuk tersebut.

"Apa ini?" Arial mengambil sebuah tabung kecil, Rio hanya melirik barang tersebut kemudian kembali merapikan barang lainnya.

"Jangan sentuh itu, itu akan menghasilkan daya ledak tinggi jika kau menekan tombolnya." Arial terkejut dan segera meletakan benda itu dengan sangat hati-hati.

Luis menatap kearah jendela dengan diam, sementara Astri dan Jina merapikan file yang akan mereka bawa.

"Ada apa Luis?" Bima mendekati Luis yang masih menatap kearah jendela, tangan pemuda itu terjulur menunjuk sesuatu yang ganjil menurutnya.

Dengan penasaran Bima mengikuti arah tangan itu, melihat lima buah pesawat militer datang dari jauh. Perasaannya mulai tidak, segera ia menarik Rio dan menyuruhnya agar melihat kearah pesawat itu.

"Aku mempunyai firasat buruk tentang itu." ucap Bima, Rio mengangguk dan segera mengeluarkan laptopnya, memperbesar layar hologram sehingga dapat mereka lihat bersama.

Mencoba memasukan beberapa rumus dan kata sandi yang sulit di mengerti, Bima segera mengeluarkan laptop miliknya dan menghubungkannya dengan laptop milik Rio. Membantunya untuk melakukan penyadapan terhadap hotel maupun pesawat tersebut.

"Lantai 18 tuan, mereka menempati kamar no 1878. Kumohon jangan merusak fasilitas yang kami miliki." terlihat seorang resepsionis memegang telephone dan berbicara dengan seseorang.

"Ikuti saja perintah negara, agar hotelmu tidak di anggap sebagai pihak yang mencoba menyembunyikan para pelaku kriminal!" di layar samping itu terlihat seorang pilot yang sedang berkomunikasi dengan resepsionis tadi memberikan sebuah perintah.

"1878 itu bukankah kamar ini?" Jina menatap seluruh temannya dengan wajah yang terkejut tercampur takut. Rio mengangguk dan segera membereskan seluruh barangnya, meihat gerak-gerik itu Jina dan Astri melakukan hal yang sama.

Bima segera membuka pintu masuk dan melihat siapa yang ada di lorong lantai tersebut, Luis dan Arial mengeluarkan senjata yang sebelumnya di berikan oleh Rio.

"Aku merasa kita benar-benar seorang kriminal sekarang!" ucap Luis, Arial hanya tersenyum kemudian mengikuti langkah Rio yang berjalan keluar terlebih dahulu.

"Cepat!" ucap Bima ketika mereka berlari meninggalkan kamar itu, ia menggenggam sebuah Keyboard yang mempunyai layar hologram, menampilkan beberapa jalan untuk keluar dari hotel itu dan posisi seluruh militer yang sudah ada di sana.

"Matikan seluruh sistem pengaman hotel!" ucap Arial ketika menyadari banyaknya kamera yang terpasang di lorong itu.

Bima mengangguk dan dengan cepat ia berusaha menyadap sistem pengamanan hotel, beberapa sandi dan waktu muncul di layar tersebut.

"Belok kearah kiri!" Bima berteriak, tentu saja Rio yang berlari di depan mengikuti perintah itu. Namun belum jauh dari ia berbelok, sebuah tembok besar berdiri dengan kokohnya.

"Jalan buntu?" Rio berbalik dan menatap Bima yang masih sibuk dengan penyadapannya.

"Tunggulah sebentar Rio!" pinta Bima, layar yang tertera menunjukan hitungan mundur dalam detik. 5... 4... 3... 2... 1... Successful layar tersebut memperlihatkan kata-kata System has been turned off.

"Berhasil!"

"Ayo... sekarang waktunya kita berlari ke arah yang sebenarnya!" Bima berlari kearah sebelumnya, Rio hanya menggelengkan kepalanya ketika ia berlari.


Sorry for the slow update, ^^

Tahun Baru Akhir DuniaOnde histórias criam vida. Descubra agora