Bagian 7

117 17 10
                                    

Gelap yang kini Rio tangkap dari pengelihatannya setelah terserang sengatan rendah dari electric gun yang tadi ditembakkan oleh salah satu penjaga, saat ini dirasakan sebuah benda menutupi kedua matanya dan besi yang mengunci pergerakan kedua tangannya di belakang, ia yakin bahwa kini ia sedang berada dalam ruang intropeksi.

Ruang di mana semua tahanan atau pelaku kejahatan ditanyai dengan berbagai macam pertanyaan.

“Rio, itukah namamu?” tanya sebuah suara yang dapat ia dengar, kepalanya menengok kearah kiri dan kanan memastikan posisi seorang yang bertanya tersebut.

“Aku bukan penjahat!” bukan sebuah jawaban yang diharapkan yang keluar dari mulut pemuda ini.

“Lalu siapa kau?” tanya orang itu kembali seraya menahan tawanya, mendapat jawaban demikian.

“Aku hanya ingin menyelamatkan Dunia!” jawabnya dengan tegas, orang tersebut memajukan wajahnya pada pemuda yang diikat di hadapannya itu.

“Membuat Alarm palsu, merusak pagar pembatas, memukul anggota kedisiplinan, melakukan penyadapan cctv ilegal, memecahkan kaca Aula, kabur dari sekolah dan melanggar aturan sekolah? Apa kau pikir kau bisa menyelamatkan Dunia dengan segala pelanggaran itu?” inilah yang Rio katakan sebelumnya, semua pelanggaran yang menjadikan mereka seorang penjahat.

“Kau tidak mengerti!” ucap Rio dengan geram, lelaki berbadan besar itu kembali menegakkan badannya dan menghela nafas sedikit lelah.

“Suruh saja seluruh temanmu menyerahkan diri, maka hukuman kalian akan lebih ringan.” Lelaki itu berjalan meninggalkan Rio.

“Mereka tidak akan membiarkanmu!” teriak Rio membuat lelaki tersebut diam di tempatnya dan kembali berbalik menatapnya.

“Apa maksudmu?” tanya lelaki itu kemudian,

“Dunia akan berakhir dan mereka tidak akan membiarkanmu ataupun semua orang mengetahuinya.” kini Rio berucap dengan nada yang sedikit pelan.

“Siapa mereka? Dari mana kau tahu akan hal itu? Apakah kau seorang peramal? Haha, jangan bercanda nak! Kau sedang berhadapan dengan seorang polisi disini, dan kami serius!” ucap lelaki itu dengan tegas.

Rio menegakkan badannya yang duduk diatas kursi tersebut, “Sekolah Alam dan seluruh lulusannya! Aku bukanlah peramal, tetapi aku tahu karena aku adalah seseorang yang mempelajari ilmu Alam. Dan aku serius akan hal ini!” jawaban itu sukses membuat polisi tersebut diam.

“Jika kau masih tidak percaya, izinkan aku mengajukan beberapa pertanyaan padamu!"

"Kapan terakhir kali kau melihat pepohonan? Kapan terakhir kali kau melihat Spesies kupu-kupu? Kapan terakhir kali kau meminum air dari tanah? Dan satu hal lagi! Kapan terakhir kali kau merasakan buah-buahan?” lelaki itu mematung mendapat bertubi-tubi pertanyaan dari Rio, pasalnya ia belum pernah merasakan sama sekali seluruh hal yang Rio tanyakan padanya.

Pohon? Di mana ia melihat pohon kini? Hanya beberapa poster dan pohon sintetis yang ia lihat. Kupu-kupu? Serangga yang telah punah itu tentu saja belum pernah ia lihat kecuali gambar dan fosilnya di museum.

Air tanah? Tanah kini sudah rusak dan tentu saja air yang terkandung di dalam nya pun berbahaya. Buah-buahan? Tentu saja sulit sekali untuk mendapatkannya karena pohon kini sudah jarang di temui.

“Jika Bumi ini dalam keadaan baik, tidak mungkin seluruh hal yang kusebutkan tadi tidak ada." keduanya terdiam.

"Aku hanya membutuhkan kepercayaan dan dukungan untuk menyelamatkan Bumi ini, Bumi kita yang sudah rapuh.” Rio kembali terdiam setelah mengatakan hal yang ia harap dapat membantunya.

Lelaki itu mengangguk kecil dan menekan tombol merah yang menempel didinding, seketika tangan dan mata Rio terbebas dari benda yang menguncinya.

Perlahan Rio membuka kedua matanya, menatap lelaki berseragam polisi yang tersenyum padanya.

“Aku akan membantumu!”

~•~•~•~•~
Astri, serta ketiga temannya mengikuti seluruh rencana yang telah dijelaskan oleh Arial. Hanya pemuda itu yang kini harus mereka percayai agar dapat membebaskan Rio.

“Bagaimana persiapanmu Astri?” tanya Bima yang menghampirinya, Astri melirik dan memperlihatkan seluruh benda yang berada di dalam tas merah yang akan ia bawa. Sebuah tali, pisau lipat, dan beberapa peralatan lainnya.

“Kssstt... Bagaimana keadaan kalian semua?” talkie box yang disimpan di atas meja tiba-tiba saja berbunyi, suara Rio terdengar di telinga kelimanya. Bima yang paling dekat posisinya dengan talkie box itu segera saja mengambilnya.

“Rio?! Apa kau baik-baik saja?” tanya Bima pada talkie box yang menghubungkan mereka dengan Rio, Arial terlihat berdiri dan menghampiri Bima.

“Aku baik-baik saja, beritahu aku keberadaan kalian. Kita akan bertemu dan aku ingin memperkenalkan seseorang pada kalian.” Bima melirik pada Arial seolah meminta persetujuan dari pemuda tersebut, Arial mengambil talkie box yang tengah digenggam oleh Bima.

“Apa kau bersama seorang polisi?” tebak Arial,

“Arial? Kau sudah bersama dengan teman-temanku?” Rio terdengar terkejut mendengar suara Arial yang bertanya,

“Jawablah pertanyaanku tadi Rio, apakah orang yang akan kau kenalkan pada kami adalah seorang polisi?” Arial kembali bertanya, Astri berdiri dari posisinya dan menghampiri Bima seraya memegang pundak pemuda itu.

“Ya, aku bersama dengan seorang polisi yang akan membantu kita.” Jawaban Rio sukses membuat raut wajah Arial kesal, dan itu dapat terlihat oleh keempat orang yang berada dalam kamar hotel tersebut.

“Kau bersama seorang polisi? Apakah dia dapat kita percaya? Rio bukankah kau harus pintar-pintar mempercayai seseorang?” Bima menyipitkan matanya, mendengar pertanyaan Arial yang diiringi dengan sedikit emosi.

“Jangan berburuk sangka Arial, dia berada di pihak kita dan aku yakin itu.” jawab Rio,

“Apa jaminannya?” tanya Luis kembali,

“Jaminan? Untuk apa sebuah jaminan? Dengan aku menghubungi kalian saja bukankah itu sudah menjadi suatu bukti? Orang yang kini bersamaku adalah orang baik dan aku tau itu.” jelas Rio dengan nada yang mulai meninggi,

“Kau dapatkan dari mana rasa keyakinanmu itu Rio? Bisa saja dia berpura-pura baik dan pada akhirnya kita semua tertangkap!” Luis berjalan menghampiri pemuda itu,

“Kami percaya pada Rio.” Ucap Luis menatap Arial yang juga menatapnya dengan tajam, Talkie box itu ia berikan pada Luis.

“Jika seperti itu, aku tidak akan ikut bersama kalian! Berjuanglah tanpa ku, karena aku tidak dapat dengan mudahnya percaya pada seorang polisi.” Arial bergegas merapikan seluruh barangnya, keempat orang yang berada dalam ruangan itu hanya diam mematung.

“Arial?!” Rio terkejut mendengar semua ucapan teman semasa kecilnya tersebut, Bima segera menghampiri Arial yang sudah berjalan kearah pintu keluar kamar itu.

Tahun Baru Akhir DuniaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora