Bagian 11

86 11 14
                                    

“Jadi bagaimana Rio?” Arial bertanya ketika mereka mengadakan diskusi bersama, Rio membawa laptopnya dan menampilkan layar hologram besar.

“Kita akan berjalan menuju Adv Tower.” Rio menunjukkan peta menuju gedung periklanan dengan layar tersebut,

“Di lantai satu ada sekitar 2 penjaga yang biasa berjaga dan mengecek para pengunjung. Di lantai tiga sampai lantai sembilan, berisi puluhan tempat penyebaran iklan dalam bentuk Hologram newspaper, dimulai dari Todaynews, Co News, Earthnews, Nation Newspaper, dan Emergency News, tetapi ruang control ada di lantai enam. Di lantai sepuluh tempat di mana penyebaran iklan melalui Vision nation ruang control ada di sebelah barat dari pintu lift. Kita harus membagi tugas untuk menyebarkan semuanya dalam seluruh periklanan, termasuk International news and Advertising.” Rio memperlihatkan beberapa ruangan yang harus mereka masuki,

“Apa tidak memakai sandi dan kunci?” Tanya Astri, Rio tersenyum.

“Mereka memakai Id Card, dalam bentuk chip yang di tanam di bawah kulit jari mereka.”

“Sidik jari?” Bima bertanya kali ini, Rio menggeleng.

“Kau tahu kan Bima, pengamanan dengan sidik jari, mata dan bentuk wajah memiliki banyak kelemahan?” Bima mengangguk, Rio membuka tasnya, mengeluarkan sebuah chip tipis dan kecil.

“Mereka menanamkan ini di tanganmu, dengan aliran darahmu sebagai tenaga untuk mengaktifkannya. Ketika kau mati, maka ini tidak akan berfungsi. Itulah teknologi yang mereka gunakan, sehingga meskipun kita membunuh seorang karyawan di sana, kita tetap tidak dapat masuk kedalam.” Jina mengerenyit ngeri ketika Rio menjelaskan fungsi chip tersebut.

“Lalu apakah kita akan menanamkan chip itu di jari kita?” Arial buka suara, Rio menggeleng dan menunjukkan sebuah alat terbalut rapi.

“Kita menggunakan ini.” Luis berdiri dari tempatnya dan membagikan sebuah alat berbentuk jari telunjuk pada mereka,

“Saat kalian sudah memasuki ruang control, kalian akan menemukan komputer utama yang mengatur semua periklanan. Sambungkan ini kepada komputer utama itu!” Luis kembali memberikan sebuah flashdisk kepada masing-masing dari mereka.

“Siapa yang akan masuk dan siapa yang tidak?” Tanya Astri,

Astri berjalan di tengah kota layaknya seorang wanita muda dengan fashion yang amat tinggi, ia menggunakan pakaian elektronik berupa mantel tebal dengan bulu-bulu musang. Meski terlihat nyata, namun itu tetaplah pakaian elektronik. Pakaian yang sebenarnya hanya menipu mata namun tidak dapat dirasakan. Kacamata hitam yang ia kenakan membuat penampilannya sebagai wanita kaya semakin sempurna.

“Permisi nona, bisakah aku melihat tanda pengenalmu?” Tanya seorang penjaga yang bertugas memeriksa pengunjung yang akan masuk kedalam Adv Tower.

Astri mengangguk dan mengambil kartu identitasnya,
“Anda datang jauh sekali nona, apa yang membawamu kemari?” Tanya penjaga itu, Astri tersenyum dengan ramah.

“Kudengar jika kalian ingin menjadi seorang pengusaha besar, kalian harus mempelajari bagaimana cara berpromosi yang baik. Jadi aku datang kemari untuk itu.” Jawab Astri, penjaga itu mengangguk dan mempersilahkannya untuk masuk.

Astri berjalan memasuki perusahaan raksasa itu, ia melihat begitu banyak pembisnis ataupun calon pembisnis yang hadir untuk mengiklankan produknya.

“Fokus terhadap tugasmu Astri.” Ucap suara di balik mikro earphone yang terpasang di telinga kanannya. Ia mengangguk mengalihkan pandangannya pada sebuah pintu yang ada di samping tangga, bertuliskan staff only.

“Gothca! Itu lift nya.” Astri segera menekan tombol yang ada di ujung atas kacamata miliknya, sebenarnya dalam kacamata itu terdapat fitur kamera yang dapat mengabadikan setiap hal yang diinginkan penggunanya dan juga dapat mengirimkan foto tersebut langsung melalui email.

Tidak ada orang yang tahu, karena Astri hanya terlihat seperti membenarkan kacamata hitamnya saja.

“Bagus! Bima dan Rio akan segera kesana.” Ucap Luis yang ada di balik suara tersebut, Astri mengangguk kecil dan mulai berbaur dengan pengunjung yang ada.

~•~•~•~
“Bersiap untuk menjadi umpan Rio?” tanya Luis pada Rio yang saat ini mengendarai mobil bersama dengan Bima di sampingnya.

Keduanya memakai kaos penutup kepala, persis seperti dua orang perampok.

“Kurasa kami selalu menjadi umpan.” Ucap Bima yang duduk di sampingnya, ia mengeluarkan sebuah shoot gun dari dalam tas.

“Mungkin sudah menjadi takdir kalian.” Ucap Jina yang ikut menimpali Bima melalui earphone tersebut.

Rio menginjak gasnya dengan kencang saat mereka hampir sampai, “Berpegangan!” ia terus melajukan mobilnya kearah penjaga.

Klakson terus Rio bunyikan agar semua orang menyingkir dari jalannya, dan tentu mereka berlari ketakutan terutama kedua penjaga itu. Saat sebelum mobil itu akan menabrak pintu masuk Adv Tower Rio membanting stirnya ke arah lain, hal itu sontak membuat keributan baik di luar maupun di dalam.

Banyak dari para pengunjung berbondong-bondong keluar untuk melihat apa yang terjadi. Sebenarnya rasa keingintahuan manusia, selalu mengundang mereka kedalam hal yang membahayakan. Akan tetapi, Rio dan Bima tidak se membahayakan itu. Mereka hanya ingin memancing rasa keingintahuan orang-orang agar Arial dan Jina dapat leluasa masuk kedalam.

“Jadi, ketika orang-orang termasuk para pengunjung tertarik dengan kejadian di luar. Arial dan Jina dapat menyelinap memasuki ruang staff.” Ucap Luis saat mereka menyusun rencana beberapa jam sebelumnya.

Dan kini, keduanya berhasil masuk lift. Arial menekan lantai enam dan sepuluh, keduanya sempat terkejut ketika beberapa staff ikut naik lift tersebut, namun tak ada yang mencurigai mereka.

Benar apa yang dikatakan Luis sebelumnya, mustahil para staff mengenali mereka karena karyawan Adv Tower sangatlah banyak. Jadi mereka tidak akan saling mengenal kecuali dengan atasan dan rekan kerja satu ruangan saja.

Saat lift berhenti di lantai enam, dan pintu terbuka, seketika para staff yang sebelumnya berbincang terdiam dan saling menatap.

Arial berbisik pada Jina dari jarak dekat “Keluarlah dan biar aku yang menangani para staff ini.” Jina mengangguk dan berjalan keluar seraya melepaskan tangan Arial yang sudah ia genggam sejak para staff itu masuk.

Salah satu staff berdehem, dan menatap Arial ketika lift kembali tertutup. “Boleh kita berkenalan?” tanya orang itu pada Arial, dengan santai Ia menjabat tangan yang sebelumnya terjulur lebih awal itu.

“Romi, International news devision.” Ucapnya seraya memperkenalkan bagian dari pekerjaannya. Sial dia bawahanku pikir Arial.

“Edward, Vision nation control.” Dengan santai Arial mengenalkan dirinya sebagai staff kontrol. Dapat ia lihat, wajah orang yang menjabatnya kini terlihat tegang.
“Hahaha, tidak perlu tegang. Santai saja!” Arial menepuk pundak orang itu yang wajahnya mulai memucat.



Tahun Baru Akhir DuniaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ