Five

6.8K 555 21
                                    


Lima

Naruto tidak mengerti, apa yang terjadi hingga Sasuke pun berfikir begitu juga?

"Sampai hari ini, aku ragu kata-katakulah yang membenarkan kau untuk pergi begitu jauh?" ucap Sasuke dengan pelan, tapi tiap kata yang diucapkannya menghujam ke hati Naruto.

Bagaimana bisa Sasuke berkata begitu? Naruto ingat dengan jelas kejadian hari itu. Setelah mendengar oengakuan Satsuki, Naruto langsung pergi menemui Sasuke. Lelaki itu tak pernah berbohong padanya. Jika ia berkata tidak, itu artinya tidak. Naruto pasti akan percaya padanya. Tapi bagaimana jika ia menyukai Satsuki, apa yang harus dilakukannya?

Dalam perjalanannya kesana, skenario terburuk yang difikirkannya adalah Sasuke akan bilang ia juga mencintai Satsuki. Tak pernah terbayang dia akan menghadapi tatapan tajam penuh kebencian dan kata-kata menyakitkan setajam silet.

'Pergi. Aku tak mau melihatmu!.'

'Naruto. Aku harap tak pernah bertemu denganmu.'

Naruto bahkan masih bisa mendengar kata-kata itu di kepalanya, menyisakan kepahitan di hatinya. Sekarang ia dengan berani mengatakan Narutolah yang membuangnya? Benar benar keterlaluan.

"Apa maksudmu?" tanya Naruto, tak mau memandang Sasuke gadis itu memilih menekuri ujung sepatunya.

Mereka berdua kini berdiri di tengah para pejalan kaki jadi mereka mulai menarik perhatian orang-orang. Sasuke menarik tangan Naruto ke tempat yang lebih sepi, dan mulai menyalakan rokoknya.

Bagaimana menjelaskan padanya? Sejujurnya? Sasuke tidak bisa melakukannya.

"Hari itu ayahmu datang menemuiku." Melihat wajah terkejut di depannya, Sasuke makin yakin dengan keputusannya. Ia akan menyimpan kebenaran itu sendiri. "Kamu tak menyangka bukan? Ah!aku juga tak menyangka pacarku adalah putri dari seorang walikota."

Wajah Naruto bertambah pias. Putri walikota! Putri walikota! Benar-bebar panggilan yang menggelikan. Dia dan Sasuke berasal dari kota yang sama, penemuan yang mengejutkan ini bisa di bilang takdir dan kebetulan, tapi sekarang Naruto hanya bisa merasa malu. Jika ia tahu Naruto anak dari Namikaze Minato, berarti ia juga tahu bahwa......

Dengan terbata-bata Naruto bertanya. "Kau juga tau apa yang terjadi pada ayahku?"

"Ya." Saduke menganggukkan kepalanya. Kasus korupsi Namikaze Minato menggegerkan seluruh kota. Dia menerima jutaan dolar uang suap. Ketika akhirnya kasus itu terbongkar Minato memutuskan bunuh diri di dalam selnya.

Naruto menutup matanya, mengusir bayangan menyedihkan itu dari kepalanya. "Apa yang ayahku katakan padamu?"

Sasuke menurunkan pandangannya. Dia masih dengan jelas ingat apa yang diucapkan Minato hari itu. 'Kau lelaki yang sangat berbakat. Little Naruto sangat menyukaimu. Aku tidak akan mengganggu hubungan kalian. Jika kau setuju untuk pergi ke Amerika dengan anakku kau tak perlu memikirkan biaya, visa, kuliah, rumah dan lain-lain...'

Benar-benar tawaran yang menggiurkan.

Tapi kini Sasuke mengucapakan dengan dingin. "Aku mahasiswa miskin yang bergantung pada gaji kerja paruh waktu dan beasiswa untuk bertahan hidup. Jadi menurutmu apa yang ia katakan?"

Naruto terus diam karena ia tahu betul bagaimana sang ayah. Dia selalu menyingkirkan orang yang tidak ada gunannya baginya. Naruto mampu membayangkan kata-kata seperti apa yang di ucapkannya pada sasuke.

Tapi kenapa si kepala dingin Sasuke melampiaskan amarah padanya.

"Maafkan aku." jujur Naruto masih tak tahu harus bereaksi apa. Kenyataan yang terjadi tidak sesuai yang difikirnya selama ini.

Oh, Baby! Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon