Eleven

5.6K 505 20
                                    


Sebelas


Naruto tak percaya ia bisa begitu tenang. Naruto tahu cepat atau lambat dia harus menghadapi konsekuensi dari 'pernikahan' sebelumnya, tapi tidak sekarang. Didepan begitu banyak teman Sasuke. Sekalipun Sasuke bisa menerimanya, Naruto tak ingin Sasuke menjadi target gosip karena masa lalunya.

"Salah orang? Bagaimana bisa? Nyonya Sabaku pasti bercanda?" Hayate tertawa keras-keras.

"Selamat datang!" seruan keras penerima tamu hotel itu menarik perhatian semua orang. Sekelompok orang berpakaian rapi, mengikuti lelaki tampan yang memakai setelan mahal buatan tangan yang berjalan penuh percaya diri. Langkah kakinya tegap dan aura intimidasinya menguar kuat.

Tenten menyadari ada beberapa petinggi kampus di kelompok itu. Matanya menatap lelaki yang tengah berjalan paling depan, bertanya tanya orang macam apa yang mampu membuat para petinggi itu begitu kecil.

Melihat arakan itu, Hayate dengan bersemangat melambaikan tangannya mencoba menarik perhatian. "Presdir Sabaku. Istrimu ada di sini."

Medengar "Presdir Sabaku." membuat Tenten teringat akan seseorang, Sabaku Gaara, Presiden SOSO, yang sudah memberikan donaso sebuah gedung baru ke universitas.

Mendengar namanya di panggil Gaara langsung berbalik. Grup yang berjalan di belakangnya juga ikut berhenti. Setelah terdiam benerapa lama dengan langkah cepat ia mendekati tempat Hayate berdiri.

Mengabaikan Naruto yang berdiri dengan kikuk, Gaara dengan sopan menyapa Hayate. "Presdir Hayate, saya sudah berencana mengunjungi anda besok, tak saya sangka bertemu anda di sini."

"Kau sangat sopan, itu sebenarnya keberuntunganku untuk bertemu Presdir Sabaku, ngomong-ngomong ini nyonya Sabaku bukan? Dia bilang saya salah orang?" ujarnya sambil melirik Naruto dengan sudut matanya.

Gaara melirik Naruto sekilas kemudian tertawa. "Memang ada kemiripan. Tapi istri saya sedang liburan di belanda sekarang."

"Benarkah?" ucap Hayate dengan tak yakin tapi tak mendebat lebih jauh. Dengan sopan dia menunduk berkali kali ke arah Naruto. "Aku minta maaf telah berbuat kekeliruan. Nona saya minta maaf."

"Presdir Hayate, jika tak keberatan, mari bergabung dengan kami untuk jamuan sederhana."

"Tentu saja."

Sambil berbicara kedua orang itu berjalan menjauh, Naruto mendongak dan memyadari Sasuke menatap le arah Gaara, matanya tampak gelap dan tak terbaca membuat Naruto sulit membaca suasana hatinya. Merasakan kegelisahan Naruto, Sasuke menundukkan pandangan dan berbicara pelan pada Naruto. Nadanya lebih pelan daripada saat ia memarahi Naruto tadi di tepi jalan. Tapi tetap saja dia tampak sedikit serius.

"Pikirkan apa yang harus kau tulis untuk laporan refleksi dirimu ketika kita pulang kerumah."

"........" Naruto menatap kosong pada Sasuke, otaknya masih belum berfungsi sepenuhnya.

"Aku baru saja memberitahumu cara menyebrang jalan dengan benar. Kau sudah lupa?"

"........"

Gaara dan grupnya di bimbing ke lift hotel menuju VIP. Sedetik sebelum pintu lift tertutup ia dengan sengaja menatap ke arah Sasuke yang juga tengah menatapnya tajam.

Kejadian mengejutkan barusan membuat semua orang tak tahu harus bersikap apa. Tapi melihat Sasuke yang tampak tak terganggu, semuanya mulai bersikap normal lagi. Lagipula sulit sekali membayangkan Naruto dan Gaara pernah menjadi suami dan istri.

Beberapa saat kemudian manager hotel, menginformasikan mereka bahwa sudah ada meja kosong. Karena ini adalah kesalahan pihak hotel, sang manager memberi mereka diskon 20% untuk setiap makanan yang mereka pesan kecuali untuk makanan penutup. Ini membuat mereka dengan cepat melupakan kejadian barusan.

Oh, Baby! Onde histórias criam vida. Descubra agora