Seven

6.6K 544 18
                                    


Tujuh

Malam ketiga setelah pernikahan, Naruto terdiam di ruang tamu. Menatap kosong pada barang- barang miliknya yang akhirnya selesai ia pindahkan dari apartemen rumahnya. Sebagian telah ia tempatkan di dapur juga ruang kerja.  Ada juga peralatan photographic jadi dia butuh kamar gelap.

Dimana juga ia harus menaruh bajunya? Kamar utama? Atau kamar tamu?.

Haruskah dia menelepon Sassuke. Ujarnya dalam hati sambil menatap smartphone ditangannya. Setelah beberapa lama Naruto membuat panggilan. Tidak lama lelaki itu menjawab.

"Halo."

"Halo Sasuke. Ini aku." balas Naruto canggung.

"Ada masalah apa?"

"Aku hanya ingin bertanya apakah aku bisa menggunakan gudang untuk kamar gelap?"

"Terserah. Apa ada hal penting lain?"

"Ya..... Hmb, dimana aku harus menaruh barang-barangku?"

Untuk sesaat Sasuke terdiam, untuk kemudian dia mendengus. "Nyonya Uchiha, suamimu masih sehat secara fisik dan mental jadi untuk waktu yang akan datang dia tak berencana hidup terpisah." ucap Sasuke sarkatis.

Menyadari mood Sasuke yang jadi buruk Naruto sadar  menelepon Sasuke benar-benar langkah yang buruk. Dengan menahan rasa jengkelnya ia bertanya. "Kapan kamu akan kembali?"

"Jum'at malam."

"Baiklah, aku akan menunggumu." Naruto berkata tanpa berkata tanpa berfikir, setelah ia mengucapkannya dia baru sadar ucapannya memiliki banyak arti. Muka Naruto berlahan memanas.

Hening kembali, dan kemudian Naruto mendengar nada sibuk di seberang. Naruto terdiam, Sasuke mengakhiri telepon seperti itu. Benar-benar tidak sopan.

°°°°°°°°°°°°°°°

Sasuke mengantongi smartphone miliknya , membuka pintu dan berjalan keruangan. Ketika Chief Hayate dari perusahaan pengiriman asing melihatnya, dia buru-buru berdiri dan menawari minum.

"Uchiha San, darimana anda pergi? Kemarilah dan habiskan minuman ini. Negoisasi hari ini benar-benar hebat."

Sasuke tersenyum sopan,mengangkat gelas dan menghabiskan semuanya dalam sekali teguk.

Satu jam kemudian, Chief Hayate yang mulai mabuk berkata "Sasuke san, setelah ini bagaimana kalau kita pindah tempat."

Yang lain tampaknya langsung paham dan tertawa renyah. Tanpa di jelaskan Sasuke langsung paham tempat yang dimaksud dan buru-buru menolak.

"Ayolah, tuan Sasuke. Ini masih terlalu awal untuk kembali ke hotel."

"Istriku dirumah sangat mudah cemburu. Dia baru meneleponku beberapa waktu lalu untuk bertanya ini itu.  Nanti jika dia telepon dan aku tidak ada di hotel, aku khawatir begitu pulang tidak akan ada ketenangan."  ujarnya dengan senyum di paksakan.

Mereka langsung menampakkan ekspresi kasihan. Ah, punya suami setampan itu pasti tak akan membuat istri tenang.

°°°°°°°°°°°°°°°

"Naruto, Naruto. Kita teman jadi kau akan membantuku bukan?" tanya Ino begitu Naruto berjalan menuju halte. Tangannya mencengkram lengan Naruto erat, membuatmya meringis. "Apa kau lihat?" tanyanya lagi sambil menyerahkan secarik kertas pada Naruto.

Naruto mengenyit, di atas kertas, ada dua kata 'shopping list.' dan dibawahnya ada banyak daftar berbagai merek untuk sepatu, baju, tas, kosmetik dan kamera digital.

Oh, Baby! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang