Special 4.3 (Satsuki POV)

5.2K 381 40
                                    

Desclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : Sasufemnaru

Warning : Ooc, Gaje, Gender bender, so much typo

Dont like, dont read.


Beberapa hari setelah aku mendengar tentang kepergian Naruto, Sasuke menghubungiku dan berkata dia ada di depan asramaku. Sejujurnya selama beberapa hari aku merasa takut bahwa kepergian Naruto ada hubungannya dengan ucapanku hari itu. Apa Sasuke akan marah padaku?. Apa Naruto sudah memberitahukan semuanya pake Sasuke?.

Dengan terburu-buru aku keluar untuk menemui Sasuke. Dia tampak dingin seperti biasanya tapi entah kenapa penampilannya terkesan sedikit berantakan, dan sorot matanya tampak sendu.

"Satsu..." panggilnya pelan.

"Ada apa." tanyaku dengan waswas.

"Apa kartu perpustakaan Naruto ada padamu?" setelah diam beberapa saat Sasuke bertanya.

"Apa?" tanyaku tak yakin.

"Beberapa waktu lalu, dia memakai kartunya untuk membantumu meminjam bebarapa buku. Dan aku ingat dia meletakannya di dalam buku yang kau pinjam."

"Hm." dengan kepala kosong aku berlari kembali ke kamarku. Mengambil buku yang dulu belum sempat kukembalikan ke Naruto. Dan kartu itu memang masih disana entah kenapa aku tak memperhatikan sebelumnya.

Di foto itu, Naruto tersenyum seperti biasa, dengan matanya yang membentuk bulan sabit dan sepasang lesung pipit yang membuatnya tampak seperti anak kecil.

Selama beberapa saat aku ingin membuang kartu ini, dan berkata aku tak bisa menemukannya, tapi pada akhirnya aku menyerahkan kartu itu ke Sasuke dan memperhatikan lelaki itu menyimpannya demgan hati hati ke dalam tas.

Melihat sosok Sasuke yang menjauh tanpa kata kata, membuatku seolah menelan empedu.

Dia sudah pergi Ujarku dalam hati. Cepat atau lambat Sasuke pasti akan melupakannya.

Paling tidak Sasuke sudah tampak tenang sekarang.

Aku yakin cepat atau lambat dia akan melupakan Naruto.

Satu hari aku pergi ke asrama Sasuke dan untuk kali pertama melihatnya dan teman-teman sekamarnya benar-benar mabuk. Tapi aku tak tahu kenapa aku tak bisa menahan air mataku melihat dia seperti itu.

Dia tak pernah seperti itu, Sasuke selalu bisa mengontrol dirinya dengan sangat baik. Jauh disudut hatiku aku ingin meyakinkan diriku, itu normal untuk seseorang seusia Sasuke, itu cuma untuk merayakan ulang tahun temannya dan bukan mabuk untuk menghilangkan rasa sakit hatinya. Tapi ia tampak sangat kesepian dan menyedihkan, membuatku gagal membohongi diri sendiri.

Dan entah bagaimana potongan-potongan kejadian masa lalu yang sengaja kuacuhkan mulai satu persatu bertambah jelas.

Tentang bagaimana mata Sasuke yang tampak berbinar ketika ia mengolel tentang Naruto.

Biasanya ketika Naruto sedikit terlambat, dia akan berubah tak sabar dan khawatir, juga tak peduli betapa cerobohnya Naruto Sasuke hanya akan mendelik dan menyelesaikan semua masalah Naruto.

Dan beberapa kejadian yang terjadi. Kenapa aku bisa tak menyadarinya sebelumnya?

Tanpa sadar, air mataku berjatuhan, hanya saja kali ini aku tahu menangis untuk siapa. Tampaknya Sasuke berusaha keras untuk tampak tenang dan biasa, sekarang ketika ia mabuk, ia tak bisa lagi menutupinya.

Setelah hari itu, Sasuke yang lama entah bagaimana kembali, tapi aku tetap merasa ada yang berbeda.

Hubungan kamipun tetap seperti dulu. Dan aku cukup puas dengan status ini. Walaupun sejujurnya aku hanya tak berani mengambil inisiatif lebih dulu, hanya bisa menunggu suatu hari Sasuke akan berpaling dan menatapku.

Dan empat tahun kuliah berlalu secepat kedipan mata. Saat pesta kelulusan, aku sangat terkejut dengan satu teman sekamarku yang tangan kirinya memegang sertifikat kampus dan satunya adalah buku nikahnya. Seusai pesta kelukusan dia mengadakan jamuan pernikahan dadakan dan itu menjadi bahan pembicaraan selama beberapa saat.

Ketika aku menceritakannya pada Sasuke ketika aku mentraktirnya makan malam dia tampak menimbang beberapa saat sebelum berkata.

"Aku juga pernah berencana menikah setelah lulus kuliah."

Aku menatapnya dengan terkejut. Seakan baru tersadar akan apa yang diucapakannya, dia tampak melamun dengan sedih.

Selama beberapa waktu, kami berdua saling terdiam. Sampai kami berdua menghabiskan seluruh makanan di meja, entah kenapa aku tak berani lagi berbicara.

Ketika tengah menunggu kembalian dari pelayan, Sasuke pergi ke toilet. Sampai saat pelayan menyerahkan kembaliannya padaku, Sasuke belum juga kembali. Aku melihat dompet Sasuke masih diatas meja dan aku mengambilnya untuk menaruh kembaliannya di sana.

Dan lagi-lagi aku tertegun, disana aku melihat foto Naruto. Foto yang sama yang di ambilnya dari kartu perpustakaan Naruto dulu. Dan dengan belum sempat aku memasukan uang kembalian itu Sasuke kembali.

"Ah, aku hendak memasukkan uang kembaliannya." ujarku pelan.

"Hm." Sasuke cuma mengangguk dan mengambil dompet di tanganku.

Saat itulah aku sadar, mengapa Sasuke tampak begitu tenang selama ini. Itu karena dihatinya, dia telah membuat keputusan untuk menunggu. Dan selama bertahun tahun ini dia tak benar-benar sembuh. Luka yang menyakitkan dan tak bisa di lihat dari luar.

Hari itu untuk terakhir kalinya aku menangis untuk Sasuke. Untuk kesepian yang dengan keras kepala ia pertahankan.

Satu hari ada satu teman kuliahku yang sudah lama tak bertemu menghubungiku. Dia dengan suara malu-malu bertanya padaku apakah Sasuke sampai sekarang belum punya pacar.

Aku dengan cepat menjawab dia sudah punya pacar di Amerika.
Dia terdiam cukup lama dan dengan suara yang terdengar kecewa bertanya.

"Hubungan jarak jauh? Bukankah mereka akan putus cepat atau lambat?"

"Tidak juga. Aku yakin mereka akan tetap bersama." ujarku yakin. "Dia akan kembali."

"Satsuki kenpa kau bisa begitu yakin?"

Bagaimana bisa Naruto tak kembali. Sasuke selalu menunggunya disini. Menunggu adalah hal yang sangat mengerikan. Kamu tak bisa tahu kapan itu akan berakhir seperti apa.

Satu tahun.

Dua tahun....

Enam tahun....

Pada satu hari di tahun yang ketujuh, ketika aku mendengar suara keras berdebum. Aku berbalik penasaran dan aku melihatnya.

Naruto,

Akhirnya dia kembali.

End


I Miss You

Satu kali Naruto pernah harus bekerja di luar negeri. Karena suatu insiden rencana yang hanya 4 hari harus diperpanjang hingga sepuluh hari lamanya. Ketika malamnya Naruto menelepon Sasuke, Naruto bisa tahu suaminya itu benar-benar tak senang dan terus mengeluh lagi dan lagi. Saat itu Naruto yang tengah sibuk membersihkan kameranya, mulai mengomel balik, menuduh Sasuke tidak peduli dengan perasaanya.

"Kau juga tak peduli dengan perasaanku." serunya tegas untuk kemudian berbisik. "I miss you."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 07, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Oh, Baby! Where stories live. Discover now