3. Kencan Pertama

2.5K 282 15
                                    

Aku berkaca. Sepertinya aku melihat sepasang tanduk bertengger tepat di atas kepalaku, kemudian asap menyebar luas. Wajahku terlihat memerah.
Aku kesal.

Si AleAle itu mengerjaiku?
Bukankah semalam dia menolak perjodohan kami?
Lalu apa maksudnya mengatakan hal demikian?
Untuk membuat ayah dan ibuku terkesan?

Oh tidak, aku pikir Si Ale itu lugu, tapi kenyataanya dia licik. Sekarang, dia sudah mengambil kepercayaan orang tuaku, dan mungkin setelahnya, dia akan membuat aku menjadi biang permasalahan yang terjadi. 
Rencanaku harus rapi agar Ale yang terlihat bersalah.

Uhh, aku harus memikirkan sesuatu.
Harus lebih extrim dari kemarin.

Otak, pikirkan sesuatu.

Aha,,, Kencan.

Setidaknya dengan alasan kencan, aku mempunyai waktu yang cukup banyak untuk menanyakan tujuannya. Mengapa dia seolah berubah haluan.

*********

Pukul tujuh malam aku sudah siap untuk kencan pertama kami.
Kencan yang aku usulkan sebagai alasan pendekatan.

Ibu dan Ayahku tentu saja mengizinkan kami.

Ah, kau memang pintar Yuki.

Suara mobil terdengar seiring dengan munculnya kendaraan beroda empat berwarna merah itu masuk di pekarangan rumahku. Tentu saja itu si Ale,
Warna mobil cerah yang tidak begitu aku suka.

Aku berdiri di depan pintu yang sudah terbuka untuk menyambutnya. Setidaknya ini juga upaya membuat kedua orang tuaku yakin jika aku memang berniat mengajak Al untuk dating.

Dia turun dari mobil itu.
Tapi, tunggu.
pakaiannya.
Hufth,,, tidak menarik. Aku heran, apa dia sengaja membuat aku mengeluh jika melihat dia nanti?

Aku harus memasang tampang bahagia apapun yang terjadi.

Aku jelaskan,
Saat ini dia memakai celana denim panjang dengan balutan kaus putih. Itu saja.

Tidakkah dia berpikir apa yang akan orang tuaku pikirkan?
Ya, ini kencan pertama, dan point paling penting yang menurutku aneh adalah aku memakai balutan gaun.
Sangat tidak cocok. Apa aku harus mengganti pakaiannku menjadi casual saja?

Tapi sebenarnya, di satu sisi bukankah itu menguntungkanku?
Ayah dan ibuku bisa menilai keseriusan si Ale ini.

" Hai Yuki, udah lama nunggu? " tanyanya basa basi.

" Nggak juga " jawabku singkat masih dengan tampang semanis gula jawa.

Hah.

Aku menyuruhnya masuk untuk meminta izin pada kedua orang tuaku yang ada di ruang tengah. Mereka sedang menonton sambil membahas apapun di depan televisi.

*******

" Aku nggak mau basa basi lagi. Kenapa kamu minta maaf kemaren? Harusnya kamu nggak lakuin itu Ale.! "

Dia menoleh ke arahku, " Ale?! " tanyanya seperti orang bingung.
Ada yang salah dengan 'Ale'?

" Aku Al. Bukan Ale. Kamu pikir aku minuman cup yang punya banyak rasa itu? "
Dia komplain. Aku hanya tertawa saat menyadari jika Ale ale memang sebuah merk minuman cangkir yang memiliki beragam rasa.
Tunggu, banyak rasa. Ya, tentu saja dia memang demikian.
Kadang polos, kadang licik.

Hey, bukankah aku bahas tentang jodoh?

" Aku lebih suka manggil kamu Ale. Masalah?! "

" Iya dong. Al. Itu cukup " jawabnya lugas.

Aku mengabaikan, " Whatever, sekarang jawab pertanyaan aku tadi! " tanyaku menuntut.

" Aku lebih memilih untuk menurut pada orang tuaku, apa itu salah?! "
Jawabnya dengan tampang polos.
Aku tahu itu hanya tipuan. Apa dia pikir akan mempan. Aku itu pantang dibohongi, jika sudah terjebak oleh kebohongan, maka jangan harap aku akan percaya.

" Jujur Ale. Aku bisa bedain mana yang jujur, dan bohong. Ayo jawab kenapa?! "

Dia membuang tatapannya ke arah lain lalu menghela napas.

" Rahasia itu nggak akan jadi rahasia lagi kalo dikasih tau. Jadi aku nggak akan ngasih tau apapun sama kamu! "

" Rahasia? "

Dia mengangguk.

Aku melihat sekeliling tempat ini.
Cukup ramai oleh muda mudi yang tengah menunggu studio dibuka. Seperti kami saat ini.

Kami sedang di bioskop berniat untuk menonton film terbaru yang sudah tayang seminggu lalu. Film sequel ke delapan yang dimainkan oleh Vin Diesel dan kawan-kawan.
Dan syukurnya aku sudah mengganti pakaianku yang sebelumnya tidak nyambung dengan lelaki di sampingku ini.

Aku duduk bersedekap lengan dan membuang muka darinya. Memikirkan hal gila apalagi untuk membuatnya memberitahu yang dia sebut rahasia itu.

Oke, permainan dimulai.

" Kamu jahat Ale, kamu tega selingkuh saat hari pertunangan kita tinggal menghitung hari. Apa kamu nggak mikirin perasaan aku?! "
Ku lihat ekspressinya mulai terkejut dan bingung.

" Eh kamu kenapa Yuk? "

" Kamu jangan pura-pura lagi. Apa kamu pikir aku nggak tau kalo ajakan nonton ini buat nutupin rasa bersalah kamu? "

Aku menangis. Tangisan buaya. Karena pada kenyataannya, aku kini sedang bahagia melihat reaksi dari beberapa orang yang mulai melihat kami.
Pancinganku berhasil.

" Yuki, ini ajakan kamu. Dan selingkuh? Siapa yang selingkuh? "

Ale mulai panik.
Aku semakin tertawa melihatnya.

" Cukup Le. Aku capek kamu bohongi. Apa selama ini cinta aku kurang buat kamu? Apa karena aku nggak seksi, makanya kamu cari yang bisa puasin kamu? "

" Yuki cukup. Kita pulang! "

Kami sudah menjadi tontonan.
Bahkan aku mendengar bisikan-bisikan para gadis membicarakan Si Ale.
Drama yang memalukan sebenarnya, tapi ini akibat dari Ale yang tidak mau memberitahuku apapun.
Aku sudah bilang, aku ini pintar dalam hal mengelabui bahkan bisa mempermalukan siapapun.

Dia menarikku hingga parkiran.

" Kamu apa-apaan sih? Malu-maluin tau nggak?"
Aku hanya santai menanggapi ocehannya.

" Gara-gara kamu banyak orang nilai aku sembarangan. Dan gara-gara kamu juga, aku batal nonton film itu! "

" Hahahha, kalo mau lanjutin nonton silakan aja Le. Nih tiketnya. Aku mau pulang! "
Aku berjalan menjauhinya setelah memberikan tiket nonton kami.

" Oh ya, itu akibat kamu nggak mau cerita. Kamu bisa bayangin kalo seandainya kamu buat aku kesal lagi? "

Dia menggeleng.

" Bagus.! "
Aku kembali melanjutkan langkahku.

" Selamat malam Ale ale! "

Lambaian tanganku mengakhiri kencan indah malam ini.




Tbc

Sadis ya si Yuki.

Hayo,, siapa yg ga mlm mingguan?

Kita sama btw.

HAhahah

Mission (✔)Where stories live. Discover now