16. Ini Cinta. (Ending)

3K 295 59
                                    

Untuk pertama kali, tangan kami bertautan. Walau dengan alasan sebagai penebusan kesalahan, dengan yakin dia meraih tanganku untuk digenggam. Di dalam hatiku, ada sebuah rasa yang entah aku sebut apa.
Keterkejutan pertama yang berhasil membuat otakku lambat berpikir. Mencerna setiap detak jantung yang berpacu lebih cepat. Memompa lebih keras. Dan aku bisa merasakannya dengan jelas.

Dengan tersenyum aku menatap matanya, dan kami berjalan melewati orang-orang yang Yuki pikir sedang membicarakan kami.
Melangkah santai untuk membeli tiket, lalu setelahnya duduk di depan studio untuk menunggu.

Kami masih saling diam dengan tangan masih bertautan. Rasanya enggan untuk melepas genggaman ini. Yuki pun terlihat tidak masalah. Apa dia masih bepikir ini tindakan yang dia lakukan hanya untuk mengubah pandangan orang terhadapku?
Tidak masalah jika iya.

" Ale,,, "
Panggilnya, aku menoleh.

" Ya,, "

" Ini,,  " matanya mengarah pada tautan tangan kami.
" Aku mau ambil Hp.! "

" Oh,, " dengan sangat terpaksa dan tidak rela, aku melepaskan pegangan itu.

Dia merogoh tasnya dan mengambil benda elektronik persegi miliknya, Setelahnya, membuka kunci dan entah selanjutnya apa. Mataku tidak lagi melihatnya.

Tak lama, aku merasakan tangannya kembali meraih tanganku dan menggenggamnya seperti semula.

" Biar lebih meyakinkan! " ucapnya berbisik.

Aku tidak tahu bagaimana lagi mengungkapkan perasaan ini. Ah, aku memang sangat bodoh. Mendefinisikan hal semudah ini saja sulit. Bisakah aku sebut ini cinta?
Apakah aku, Aleandro yang dulu mati-matian mengatakan bahwa menaklukan Yuki hanya sebuah misi balas dendam ternyata sekarang memiliki rasa yang dinamakan cinta?
Apakah aku, Aleandro yang dulu menilai Yuki tidak masuk dalam kriteria wanita idaman, kini justru menyukai segala yang dia miliki walaupun tingkahnya tidak kusukai?
Apakah benar bahwa cinta itu buta?
Jika iya, ini memang benar-benar cinta. Tidak peduli seberapa buruk tingkahnya, aku masih tetap menganggap bahwa dirinya makhluk paling sempurna.

Bisa aku deklarasikan sekarang?
Aku cinta Yuki. Ya, aku mencintainya.
Tidak begitu cepat kan?
Ini juga sangat tidak terlambat kan?

" Yuki,, " panggilku.

" Ya, kenapa? E,,, - kamu terganggu ya aku pegang tangan kamu. Kalo keberatan, aku bisa lepas kok! " aku segera menggeleng. Bahkan menahan tangannya yang hendak terlepas.

" Bukan. "

" A,, aku mau ngomong sesuatu. Bisa?"

" Ngomong aja.! "

Detak jantungku kembali berulah. Berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Seperti akan mendapat pertanyaan yang tidak pernah aku pelajari.

" A,, aku,, --"

"Pintu theater dua, telah dibuka. Bagi para penonton yang telah memiliki karcis, dipersilakan memasuki ruangan theater,, "

Gagal. Tak apa, kesempatan lain masih ada.

" Le, udah dibuka tuh. Yuk! " ajaknya. Dia berdiri dan menarikku.

" Oh ya, emang tadi mau bilang apa sih?"
Yuki bertanya setelah kami memberikan tiket dan mulai berjalan memasuki theater.

Aku menggeleng, " Nanti aja setelah filmnya selesai! " ucapku.
Sedikit kesal sebenarnya, hanya saja tidak nampak.

*****

Satu jam lebih film diputar. Mataku tidak pernah benar-benar fokus pada layar. Entah kenapa. Lagi. Wajah Yuki lebih menarik daripada apapun yang ada di sini.

Mission (✔)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن