5. Damai

2K 247 19
                                    

Karena si Ale sudah menolongku dari kejaran mantanku, aku akan berdamai dengannya. Maksudku, aku akan melakukan tindakan apapun yang lebih 'layak' dari sebelumnya. Tapi ya, tergantung pada sikapnya pula.

Menjadi gadis tenang dan murah senyum itu sudah jadi makananku jika duduk bersama orang tua Ale.

Ya, saat ini aku beserta bundanya, sedang duduk dengan perbincangan ringan. Membahas apapun tentang kami.
Aku tahu bundanya itu mengharapkan banyak dariku, terlebih kami ini sama-sama anak tunggal.
Mengharap aku bisa jadi mantu yang baiklah, pandai mengurus keluarga atau jadi kebanggaan mereka.
Aku tidak keberatan, hanya saja untuk saat ini, sungguh, aku belum siap untuk menikah.

Oh ya, tentang kejadian kemarin. Hari ini adalah alasan kenapa aku bisa datang ke rumah Ale.
Ayah Ibuku menginginkan aku menjenguk si Bodoh itu.

Uh, apa aku menyebutnya bodoh?
Ya dia memang layak.

Datang tiba-tiba bak jagoan neon, melawan Roy yang jago Taekwondo. Dia sehebat apa coba?
Hufth,,, bukankah harusnya aku berterima kasih padanya?
Dan meminta maaf juga.

" Sayang, emang kejadian kemarin itu seperti apa sih? Tante ikut kesel loh sama mantan kamu itu! "
Suara lembut bundanya mengintrogasiku,

" Yuki juga bingung Tan pas Ale tiba-tiba dateng saat tangan Yuki ditarik paksa! Ya, mantan Yuki itu emang kurang sopan. Mungkin Ale juga ngerasa harus lindungi Yuki, makanya dia dateng nolongin! "

" Ale? "

Aku mengangguk bingung. Kok Bundanya malah oot ya? Kan lagi bahas mantan?

Lalu ekspressinya berubah lagi.

" Oh gitu. Iya, sampe Al minta kompresin pipinya yang abis kena tonjok itu. Ayahnya bahkan hampir mau laporin ke polisi, tapi sama Al nggak boleh! "

Idih, manja amat minta kompresin. Tapi baik juga dia ngebiarin si Roy bebas.

" Jadi sekarang keadaan Ale gimana Tan? Udah mendingan kan?! "

Bundanya tersenyum.

" Mungkin akan lebih baik lagi setelah ketemu kamu sayang. "

Bundanya ini bisa saja.

Aku dibawa ke kamar Ale untuk melihat keadaannya langsung.
Dia tertidur dengan mulut sedikit terbuka.
Aku tertawa hingga Bundanya berkomentar.

" Al tuh gitu kalo tidurnya nyenyak. Tapi dia nggak pernah buat pulau di bantalnya. Kamu tenang aja.! "

Apa maksudnya mengatakan seperti itu?
Oh iya, bukankah menurutnya aku ini calon istri Ale. Sudah pasti bundanya ini tidak ingin aku merasa ilfeel dengan tingkah tidur anaknya.
Baiklah, satu aib Si Ale aku ketahui. Lumayan untuk jadi bahan ejekannya suatu saat nanti.

Hihihihi

" Tan, Yuki keluar aja deh ya. Nggak enak ganggu Ale tidur. "

Bundanya mengangguk setelah beberapa saat. Mungkin dia juga berpikir bahwa Ale butuh istirahat.

Saat ingin keluar, tanpa sengaja aku menyenggol benda yang menghasilkan suara cukup keras dan membuat Ale bangun seketika karena terkejut.

" Kamu nggak papa sayang? "

Bundanya ini sangat perhatian sampai bertanya begitu khawatir.

" Nggak papa Tan, justru Yuki nggak enak karena udah mecahin barang Ale. Maaf! "

Bundanya menggeleng, " Nggak papa, yang penting itu kamu baik-baik aja! " ucap bundanya lagi.

Uh Bunda, baik bener dah. Tapi sayang, waktunya belum tepat.

" Al, ini ada Yuki mau jenguk kamu! "

Bunda menarik tanganku mendekat pada ranjang.

Si Ale itu tidak tahu kondisi sekali, kenapa harus menguap lebar dengan santainya sambil mengucek mata. Sungguh, jika aku menganggap Ale ini benar-benar calon suamiku, aku sudah merasa sangat ilfeel.

Ieuhh,,,

" Eh Yuki. Ada apa?!"

Dia mencoba duduk dengan bersender pada bantal yang sudah dia tempel pada kepala ranjang.

Aku sedikit tertawa saat melihat bibirnya yang sedikit bengkak. Lukanya memang sudah kering, tapi bekasnya masih terlihat jelas.
Aku mendekat dan duduk pada kursi yang aku tarik.

" Tuh, Yuki kan calon istri yang baik, jadi dia dateng jengukin calon suaminya udah sehat apa belum.! "

" Ya udah ya Yuki, Tante tinggal. Kalo butuh apa-apa, Tante ada di dapur "

Bundanya berlalu, lalu aku mulai memperhatiakan Ale dengan seksama.

" Gimana keadaannya sekarang?" tanyaku sok perhatian.

" Kamu liatnya gimana?"

Aku iseng, lalu menekan telunjukku pada sudut bibirnya.

" Awww "
Ringis Ale.

" Oh, masih sakit! " aku menganggukan kepala tanpa dosa.

" Ih Yuki, kamu tuh gila ya. Parah banget. Astaga.  "

" Kan aku cuma cek doang Ale. Le, aku minta maaf ya karena gara-gara nolongin aku, kamu luka gini! "

Ucapanku tulus, hanya saja ada niat di baliknya. Ya, apalagi jika bukan niat untuk damai. Bekerja sama menggagalkan perjodohan maksudnya.

Dia menghela napas. Apa maksudnya?

" Al. Bukan Ale ataupun Le.  Kenapa sih suka banget panggil aku Ale? "

" Iya kan nama kamu Aleandro, aku panggil depannya! "

" Kamu sadar nggak kalo dua nama itu kamu panggil ulang jadi apa?"

Aku berpikir.
Kalau Ale, jadi Ale ale, kalau Le?

" Hahahah,, Lele. "

Aku tertawa karena geli, lalu menepuk kursi berulang seperti kemarin saat aku menceritakan dia dengan temanku sebelum Roy datang.

" Yuki stop. Apa itu lucu? "

Protesnya membuat aku semakin terbahak. Lihatlah ekspresi kesalnya.

Sungguh menggelikan.

Aku mengatur napas dan mulai menghentikan tawaku.

" Ya ya, aku panggil kamu Al. Tapi kalo kamu mau kerja sama! "

Dia mengernyit.

" Ishh, kerja sama yang saling menguntungkan. Batalin perjodohan kita! "

" Nggak! "

Kenapa dia menolak. Jangan katakan dia berubah pikiran.

" Kenapa? "

" Aku nggak mau. Masalah? "

" Iya lah. Ohhh apa kamu udah mulai suka sama aku? "

Biarkan aku percaya diri, itu pasti akan membuatnya tidak suka dan mengatakan alasannya.

Dia hanya menatapku dengan tatapan yang,,, remeh.

Prokkk prokkk

" Sadar Yuki. Pede amat! "

Ucapnya setelah menepuk dua tangannya di depan mukaku.

" Terus alasan apa lagi kalo bukan itu? "

" Kamu jadi wartawan aja deh Ki. Nanya mulu! "

Oh Tuhan, kenapa ada makhluk menyebalkan seperti Ale di dunia ini?

" Ayolah Le, Le,, le..... "
Rengekku

" Eh, lele lele. Desa.! "

" Desa? Maksudnya?"

" Yuki Radesa. Hahahah "

" Deesa you know? Doble e. "

" Serah. "

Tbc

Itu panggilan sayang mereka.

Panggilan sayang kalian apa?
WKwkwkwk 😄😄😄😄

Mission (✔)Where stories live. Discover now