9. Rencana Terakhir

1.5K 233 56
                                    

Apa dia pikir aku akan diam saja dengan apa yang sudah dia lakukan padaku?
Aku sudah sering melakukan hal yang mungkin kelewatan, tapi ternyata dia tidak pernah merasa kapok.

Apa maksudnya kemarin dia sok-sok an bicara di telepon dengan gaya berlebihan seperti itu?
Ingin membuat aku iri?
Ya, aku akui dia berhasil. Karena hubunganku sendiri dengan Bambang,  Si Makhluk aneh itu tidak berjalan baik.
Sedangkan dengan Arina, mereka terdengar seperti pasangan yang sedang dimabuk asmara.
Wajar saja jika aku membuat ponselnya mandi dengan sirup.
Itu pelajaran kecil kan?

Aku masih berpikir mencari jalan keluar dari masalahku. Mengendalikan hati untuk menyukai sesuatu yang tidak disukai itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Tapi mungkin jalanku hanya satu, menerima Bambang.
Lagipula hanya sementara, tidak akan berlangsung lama.
Setelah kami mengumumkan kami sama-sama memiliki kekasih, perjodohan itu akan dibatalkan. Setelah batal, aku tidak akan berhubungan dengan mereka lagi. Baik dengan Ale, maupun Bambang.
Semoga saja.

*****

Dua hari tidak ada kabar, aku mulai merindukan Ale. Merindukan untuk ribut atau adu mulut. Itu kan menyenangkan?
Rasanya, hal itu sudah menjadi hobby baruku saat ini.
Apalagi, aku sudah memiliki rencana untuk kami.

Aku menimang ponselku, ingin menghubungi Ale tapi mengingat kejadian dua hari kemarin, aku menjadi ragu. Apakah ponselnya rusak?
Tapi bukankah hanya terkena air? Ponsel itu tidak direndam dengan waktu yang lama kan? 

Ah ayolah Yuki, jika memang rusak, tinggal beli saja yang baru.

Dengan berpikir sejenak, akhirnya aku mencari kontaknya.
Panggilanku tersambung.
Tak lama, suara lemas menyapu indra pendengaranku.

" Hallooo,, "

" Gimana kabar Hp kamu? "

Hanya helaan napas yang terdengar.

" Mati,, "

" Hah?  Mati? "

" Iya, batrenya abis, "

Kirain karena kesiram kemaren.

" Terus, ini pake' hp siapa?"

" Tetangga "

Ampuuunn,,,

" Le, kita double date yuk! "

" Males,, "

Duuuhhh ni anak.

" Kamu mau batalin perjodohan apa nggak? Aku udah punya rencana. Kemungkinan besar berhasil Le, "

Dia masih terdiam di telepon, " Aleee,,, " aku memanggil dengan paksaan.

" Ini yang terakhir. Mau Ya? "

" Oke, ini yang terakhir. Kalo masih gagal, aku nggak akan ngelakuin hal konyol lagi. Mau nikah secepetnya juga bodo' amat. "

Yes,, dia mau.

Aku mulai menceritakan rencanaku padanya. Dia hanya berdehem setiap menjawab pertanyaanku. Mungkin dia kesal atau malas bicara padaku karena kejadian dua hari lalu, tapi siapa peduli?
Itu kan cuma Hp?

*******

Dari semalam, aku tidak sabar menunggu siang ini.
Siang yang akan menentukan nasibku bersama siapa.
Harapan untuk tidak menikah muda bersama Ale akan segera terwujud jika rencana ini berjalan sesuai keinginanku.

Aku sudah duduk bersama Bambang. Lelaki yang aku nilai membosankan ini berubah menjadi lelaki yang membuatku ilfeel. Bagaimana tidak?
Kemarin dia sangat pendiam, tapi sekarang dia sangat cerewet seperti perempuan.
Banyak tanya ini itu sampai aku malas untuk menjawab. Terlebih Ale belum datang juga bersama Arina.

" Bambang, gue kira lo tuh pendiem. Kok lo cerewet gini ya?! "
Tanpa basa basi aku mengungkapkan kekesalanku.

" Gue emang aslinya gini kok. Orang cerewet kan ngangenin? "

Ya Tuhan, pede banget ni orang.

" Ya ya ya,,, sebagian bener sih!

" Jadi kita mau double date nih? "

Aku mengangguk tanpa menatapnya.
Mataku kini sedang menatap sekeliling tempat kami kencan sekarang. Ale belum juga menunjukkan batang hidungnya. Baunya saja belum tercium.
Apa dia terkena macet?
Aku harap tidak. Karena jika iya, rencana yang sudah aku persiapkan hanya sia-sia, dan pada akhirnya aku akan menikah dengan Ale dalam waktu dekat.

Tapi itu sepertinya Ale.
Wow, mereka mesra sekali.
Jalan berdua dengan tangan Arina bergelayut manja pada lengan Ale. Apa mereka tidak tahu ini tempat umum?
Memalukan.

Aku melihat tangan Bambang di atas meja, lalu menggenggamnya. Dia terkejut, tapi setelahnya dia tersenyum bahagia.

Oh,, Bambang, andai saja kau tahu alasanku menggenggam tanganmu. Kau tidak akan sesenang ini.

" Lo tuh sweet ya? Padahal tadi jutek! "

Komentarnya, aku cuma tersenyum sambil tertunduk. Tidak tahukah kau Bambang, aku sangat tidak nyaman seperti ini.

" Hai Yuki, "

Sapaan itu membuat aku mendongak ke atas. Arina tersenyum manis padaku. Aku membalas senyumnya dan menyuruh mereka untuk duduk.

Wajah Ale terlihat malas, entahlah kenapa. Mungkin karena rencana ini yang menurutnya terlalu cepat.
Sungguh aku tidak peduli, bukankah lebih cepat, lebih baik?
Atau dia punya alasan lain?


Ale duduk tepat di depanku, sedang Arina duduk di depan Bambang. Kakiku menendang Ale karena sedari tadi dia tidak juga mau menoleh ke arahku.

Apa dia masih menyimpan kekesalan?
Dasar pedendam.

Dia sedikit terkejut lalu meringis.
Tendanganku tidak sekeras itu hingga bisa membuat dirinya kesakitan. Tapi reaksi berlebihannya membuat Arina khawatir.

Lihatlah mereka. Pasti setiap orang sudah menebak hubungan mereka seperti apa.

Ale menatapku dengan kesal, kubalas dengan pelototan mata yang membuatnya menyerah untuk tetap menunjukkan kekesalannya itu.

" Hai, kita belum kenalan. Aku Bambang "

Bambang menjulurkan tangan pada Arina dan dibalas Arina sambil menyebutkan namanya juga.

Aku bertanya pada Ale tanpa suara, dia seolah mengerti dan mulai melakukan aksinya walau dengan tampang terpaksa.

Tuhan, semoga ini berhasil.

Permainan dimulai dengan Ale yang menggenggan tangan Arina. Sama seperti yang aku lakukan.
Matanya menatap Arina dengan lembut seolah menghantarkan perasaan dari dalam hatinya. Aku tidak tahu itu jujur dari hatinya atau hanya kepura-purannya saja.

Perbincangan yang mereka lakukan pun sangat manis sampai aku ingin muntah.
Terdengar kasar, tapi itulah kenyataannya.
Aku memang tidak suka hal seperti ini. Pura-pura berlaku manis, padahal dalam hati sangat enggan.

Dan sekarang giliran aku bersandiwara demi rencana ini.

Tangan kami-Aku dan Bambang- masih bertautan satu sama lain, lalu mulai menikmati obrolan ringan yang didominasi pertanyaan dari Bambang. Dia begitu banyak bertanya hingga mau tidak mau aku menjawab dengan sabar.
Suasana seperti ini sungguh tidak nyaman.

Oh,,,, cepatlah lihat kamiii,,


" Al, Yuki. Apa yang kalian lakukan? "

Suara, ah tidak itu terdengar seperti teriakan.

Kami menoleh ke belakang bersamaan.

" Ibu,,, "

" Bunda,,, "

Tbc

Cieee,,, rencananya gitu amat.

Udah mau konflik nih.
Bentar lagi End, mungkin.
Heheheh,,,

See U yahhh 😅😅😅😅

Mission (✔)Where stories live. Discover now