10. Keputusan

1.4K 235 31
                                    

Aku dan Yuki seperti sedang disidang. Duduk dengan tampang bersalah dan mendapat berbagai pertanyaan dari ibu kami.

Bunda bertanya apa maksud kejadian yang mereka lihat beberapa jam yang lalu.
Aku bersama Arina, dan Yuki bersama Bambang.
Wajar saja mereka marah, bukankah itu memang hal yang tidak pantas?
Ini semua berkat ide gila Yuki. Aku tahu pasti akan berakhir seperti ini, dan ini memang tujuannya.
Mengikuti usulannya memang selalu merugikan aku.

" Ayo, jangan diam saja. Jelaskan apa yang terjadi. "
Pertanyaan menuntut itu sungguh membuat aku merasa tidak enak terhadap ibu dari Yuki.
Betapapun aku tidak menyukai tingkah anaknya, tapi aku merasa tidak tega akan kekecewaan yang beliau rasakan.

" Maafin kami. "

Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.

Bundaku terduduk di sofa,
" Kenapa Al? Bunda sangat percaya sama kamu. "
Pertanyaan yang sarat akan kekecewaan itu sungguh sangat aku hindari. Jika aku mau, mungkin sudah dari dulu ini terjadi. Menolak mentah-mentah perjodohan kami dan melakukan hal semauku. Tapi tidak.
Satu-satunya alasan terberatku adalah Bunda.

" Yuki. "
Itu suara Ibu Yuki.
Sedari tadi Yuki hanya menunduk dan diam. Tidak menjelaskan apapun seperti apa yang dia rencanakan sebelumnya. Apa dia juga merasakan hal yang sama sepertiku?

" Ibu, aku udah berusaha untuk nerima Ale. Tapi aku suka sama orang lain. Ale juga gitu. "

" Kenapa tidak bilang dari awal? "

" Emang kalo bilang, perjodohan bisa dibatalin?"

" Nggak. Kalian tetap akan dijodohkan"

" Tapi Bu, kami tidak bisa menikah tanpa adanya rasa. "

" Ibu sama Ayah kamu juga dijodohkan Yuki. Tapi lihatlah bagaimana kami sekarang. Bahkan kamu lahir dari pernikahan itu."

Yuki menghela napas,
" Jaman udah berubah Bu, pemikiran kami tidak seperti dulu. Kami menjalin hubungan atas dasar ketertarikan. "

" Itu alasan klasik. Dulu Ibu dan Ayah juga seperti itu. Kalian hanya butuh waktu untuk saling mengenal. "

Yuki mulai gelisah. Gelagatnya membuat aku mengerti jika dirinya kehabisan akal.
Mungkin dalam pikirannya, setelah Ibunya dan Bundaku melihat kejadian itu, mereka akan meminta penjelasan lalu kami akan melancarkan sandiwara kami hingga pada akhirnya kami mengaku bahwa kami sudah memiliki kekasih.
Dan dalam pikiran Yuki, kedua orang tua kami akan membatalkan perjodohan ini. Semua selesai.
Tapi nyatanya tidak. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Apakah Yuki memiliki rencana cadangan?

" Beri kami kesempatan.! "

Ucapnya tak lama.

Aku menatapnya, " Yuki,, " panggilku.
" Iya Ale, aku tau seberapa besar kamu cinta sama Arina. Aku nggak mungkin misahin kalian. Kamu juga tau aku udah punya Bambang. "

Cinta sama Arina?

Dasar DramaQuin.

" Apa-apaan ini Yuki? " Ibunya bertanya dengan kesal. Mungkin di satu sisi merasa tidak enak pada Bundaku.

" Iya Bu. Beri kami kesempatan. Jika kalian tidak menyukai pilihan kami, kami rela menikah walau dalam waktu cepat. "

Apa lagi ini?
Tuhan, apa yang ada dalam pikiran gadis gila ini?
Bagaiman jika nanti Bundaku justru menuntutku untuk segera menikah dengan Arina?

Bahkan hingga sekarang, aku masih belum yakin pada gadis itu . Terlebih melihat sikapnya akhir-akhir ini.
Gadis itu terlihat egois dan sangat agresif. Jika di luar sana banyak lelaki memilih gadis yang agresif, aku justru sangat tidak tertarik.
Alasan yang cukup sederhana saat memikirkan bagaimana sikapnya pada lelaki lain saat memiliki hubungan jika padaku yang baru kenal saja sudah seagresif itu.

" Kesempatan apa yang kamu maksud Yuki? " tanya Ibunya lagi.

" Kalian cukup mengenal mereka, lalu menilai apakah mereka cocok untuk kami. Itu saja. Aku mohon Bu! "

Benar-benar gila bukan?

Bunda dan Ibu Yuki saling berpandangan.

" Baiklah. Bawa Bambang. Jika dia berhasil membuat Ibu terkesan, maka perjodohan kalian dibatalkan! "

Yuki tersenyum senang.

" Bawa juga Arina pada Bunda. Bunda akan setuju kalo dia memang gadis yang pantas untuk kamu dan keluarga kita."

Ucapan Bunda tidak membuat hatiku bahagia. Entahlah, aku justru berharap jika Bunda tidak menyetujui ini.

*******

Malam ini, aku membawa serta Arina ke rumahku untuk aku perkenalkan pada Ayah dan Bunda. Tidak ada semangat dalam diriku, rasanya malam ini ingin cepat berlalu. Tapi kurasa, Yuki merasakan hal sebaliknya di sana.

Aku sungguh tidak yakin dengan apa yang aku lakukan saat ini. Membawa orang lain dalam permaianan yang direncanakan Yuki, lalu tanpa sadar aku sudah memberikan harapan pada orang itu.
Harapan yang menurutku terlalu sulit aku wujudkan.

Arina memang cantik, tapi tidak ada rasa khusus terhadapnya. Dari awal aku bahkan sadar jika Arina bagian dari rencana Yuki dan aku juga memanfaatkannya untuk memberi pelajaran pada Yuki. Tidak sedikitpun terpikirkan olehku untuk bermain hati padanya. Tapi kini, demi rencana itu, aku melakukan semuanya.
Meminta tolong pada gadis itu untuk sedikit berbohong. Lalu meyakini kedua orangtuaku jika dia gadis yang pantas untukku.

Terselip harapan dalam hati, semoga keputusan Bunda malam ini mampu membuat hatiku tenang. Semoga.



Tbc

Jiahhh pendek. Mayan yah, drpd ga sma sekali. Ya kan??

Author nangkep sesuatu deh ttg hrapannya Ale.
Semoga harapan kalian sama kaya' yg Ale mau.



Mission (✔)Where stories live. Discover now