7. Lelaki Membosankan

1.6K 228 21
                                    

Arina, gadis yang aku kenal dari situs cari jodoh itu membuat peluang untukku membatalkan perjodohan dengan Ale.
Rencana tiba-tiba yang terlintas dalam otak ternyata membuahkan hasil.

Aku tidak bisa berharap banyak, hanya saja, mudah-mudahan mereka memang ditakdirkan untuk berjodoh. Lagipula, Ale mengatakan bahwa Arina gadis yang menarik.
Dan satu lagi hal yang paling penting, Ale ingin lanjut untuk lebih kenal dengan Arina.

Misiku cukup memusingkan kali ini. Apalagi jika bukan memikirkan rencanaku selanjutnya.

Merencanakan pertemuan mereka lagi, dan bila perlu harus sampai pernikahan.
Ah, ya. Tidak seperti itu. Maksudku, mengingat ucapan Ale kemarin, dia juga tidak ingin menikah muda.

Baiklah Yuki, fokusmu hanya pada pembatalan perjodohan. Itu saja.

******

Di sini, aku mondar-mandir sambil sesekali melihat jam pada pergelangan tanganku. Menunggu Ale yang katanya sudah di jalan tiga puluh menit yang lalu.
Di jalan mana dia hingga bisa selama ini?
Apa jalan di kamarnya?
Lama sekali.

Aku melakukan pertemuan ini karena sebuah alasan. Ale yang memintaku.

Dia mengatakan aku juga harus mau menuruti apa keinginannya karena kemarin dia sudah mau melakukan keinginanku. Apa Ale sedang berencana kembali membalasku?

Tak lama, Ale tiba dengan sebuah motor besar jenis Ninja. Untuk pertama kali, aku melihat dia menggunakan motor. Ya, biasanya dia menggunakan mobil merah kesayangannya itu.

Tapi dia tidak sendiri, ada seseorang yang mengisi jok kosong di belakangnya.

Siapa lelaki itu?
Penampilannya tidak semenarik Ale. Rambut panjang tidak beraturan, serta pakaian yang kusut.

Apa itu terdengar aku memuji Ale secara tidak langsung?
Tak apa, karena memang kenyataannya demikian.

feelingku tiba-tiba buruk.

Ale tersenyum ke arahku, lalu turun dari motor.  Senyumnya yang menurutku sangat menjengkelkan.
Bagaimana bisa dia melakukan hal itu setelah membuat aku menunggu begitu lama?
Menunggu di ruang terbuka dan aku hanya berteduh di bawah pohon yang daunnya rindang ini.

" Hai Yuki, " sapanya. Tidak terlihat bersalah sama sekali.

Aku menunjukkan jam di pergelangan tanganku tanpa suara. Dia hanya membalas dengan senyum menjengkelkannya itu lagi.

" Maaf Yuki Radesa. "

Radesa? Ingin rasanya berdebat, tapi mood ku tiba-tiba buruk. Aku hanya menatapnya malas.

" Nih kenalin temen aku. Bambang. "
Dia memperkenalkan aku pada lelaki yang dia bawa.

Lelaki itu menjulurkan tangannya di depanku, mau tidak mau aku menjabat tangannya.

" Bambang, "

" Yuki, "

Setelah kami berkenalan, aku meminta izin untuk bicara secara pribadi dengan Ale.
Aku menarik tangannya menjauh dari orang yang barusan dia kenalkan.

" Ale, kenapa kamu bawa orang lain? Pake' kenalin aku sama temen kamu itu pula ? " tanyaku langsung.

Dia kembali tersenyum.

Sungguh, Ale ini sangat menyebalkan. Aku pikir, dia itu masih mempunyai sisi baik. Ternyata tidak.

" Yuki, kamu mau batalin perjodohan kan?"

Aku mengangguk.

" Ini caranya! "

Aku masih tidak mengerti.

" Aku sama Arina, kamu sama Bambang. Yakin deh orangtua kita akan batalin pernikahan kita. "

" Aku sama Bambang?, " tanyaku tak percaya.

Dia mengangguk.

" Oke, aku tau. Penampilannya emang nggak seganteng aku. Kita bisa ubah. Uang kamu kan banyak! "

Enteng sekali dia bicara.
Dengan sangat percaya diri pula dia mengatakan bahwa dia tampan. Astaga.

" Nggak ada cara lain? "

Dia menggeleng,

" Ini cuma sampe kita denger pembatalan perjodohan aja Yuki. Setelah itu kita lakukan hal sesuai keinginan kita.! "

Ucapannya sangat meyakinkan, tapi aku masih tidak yakin akan menjalani hari-hariku bersama orang baru. Dan itu Bambang.

" Tapi nggak perlu jadian kan? " tanyaku memastikan.
Ale mengangguk, lalu
menjulurkan tangan,

" Deal! "

*******

Bambang.
Sangat pendiam. Hanya bicara saat ditanya. Aku bahkan bisa menghitung berapa kali dia bertanya padaku. Justru akulah yang mendeskripsikan diriku sendiri padanya.

Suasana seperti ini sangat membosankan. Ingin rasanya aku cepat pulang, atau pergi sendirian saja, jauh dari lelaki  ini.

Penampilannya memang sedikit berubah sekarang, tidak seperti kemarin saat pertama kali kami bertemu. Jangan berpikir bahwa aku yang merubah dia. Ale. Dia yang aku suruh merubah penampilan Bambang agar orang yang melihat kami nanti merasa bahwa kami sepasang kekasih yang serasi.

Tapi jujur saja, aku tidak merasakan hal apapun pada Bambang. Ibarat sayur yang rasanya hambar.
Jika aku bersama Ale, setidaknya kami akan ribut sepanjang kami bertemu. Entah itu hal kecil sekalipun. Tapi bersama Bambang?

Ohh demi lovato, eh maksudku, demi apapun aku tidak merasakan hal yang menarik. Dan untuk ke sekian kalinya, dia memang membosankan.

Sungguh aku tidak tahan untuk berlama-lama bersamanya.

" Bambang,, "
Panggilku, dia menoleh, " Ya, " jawabnya.

" Lo tu sakit gigi ya? Kok diem aja? " tanyaku. Terdengar tidak ramah karena keadaan yang memaksaku.
Biarlah dia katakan aku jutek, tapi aku memang seperti ini.

" Iya,,, "

Aku menatapnya tidak percaya.
Tebakan asal-asalanku ternyata tepat. Dia sedang sakit gigi. Kenapa tidak mengatakan dari tadi?
Jika begitu, aku tidak akan memaksanya bertemu untuk lebih kenal secara pribadi.
Sungguh, aku tidak berniat melakukan hal konyol ini. Tapi aku bisa apa saat aku dan Ale sudah sepakat kemarin.
Sebagai orang yang punya prinsip, menepati janji itu hal yang wajib bukan?

" Kenapa nggak bilang daritadi Bambanggg,,,, " ucapku.

Aku menggelengkan kepala, " Ayo pulang! "
Ajakku.

Dia mengangguk dan mengekor di belakang dengan langkah yang lamban.

Untuk di tahap ini, Bambang cukup tahu namaku, kegiatan dan sedikit kebiasaanku. Biarlah, bukankah ini hanya alibi dari kami untuk membatalkan perjodohan saja. Maksudku, kami tidak akan benar-benar menjalin hubungan. Jadi untuk apa dia tahu banyak tentangku.

Aku meminta Bambang untuk mengantarku di persimpangan dekat dari komplek perumahan Ale. Sekalian aku akan ke sana. Ada yang tahu aku akan melakukan apa?
Komplain tentu saja.

Aku mengenalkan Arina, gadis cantik, baik, dan menarik. Tapi Ale?

Jangan panggil aku Yuki Radeesa jika aku tidak bisa meluapkan kekesalan yang tertahan sejak kemarin pada lelaki yang digadang-gadangkan akan menjadi calon suamiku itu.
Aku tidak takut bahkan jika aku mengerjainya di rumahnya sendiri.

Siap-siap kau Ale.


Tbc

Ini kurang greget ya???

Mungkin selanjutnya.
Do'akan saja.

Oh ya, Makasih buat kalian yang ketawa bahkan sampe ngakak setelah baca beberapa part dalam cerita ini. Berarti saya sebagai penulis sedikit berhasil menyampaikan apa yang saya maksud.

Yang mau kasih ide silakan coret2 di komen atau pesan pribadi. Kan keren tuh, bisa ikut andil jg.

Oke,, see U on next part yah.
👋👋👋👋

Mission (✔)Where stories live. Discover now