10. Tak Terduga

3.3K 237 6
                                    

[Keajaiban, satu kata manjur yang sangat dinantikan oleh semua orang terlebih yang tengah meperjuangkan cintanya]

Zidane dengan setelan baju berwarna biru, celana oblong hitam pendek selutut, dan sepatu yang berwarna senada tak lupa dengan tas besar yang cukup berat berisi Gitar berada dipunggungnya. Mengambil motor ninja miliknya di garasi rumah dan segera melajukan motornya ke suatu tempat.

Setibanya ditempat itu, ia menaruh motornya di parkiran yang kosong. Setelah itu dengan segera ia memasuki gedung yang bertuliskan Rumah Sakit.

"Assalamualaikum" sapanya pada pemilik ruang yang tengah terbaring lemah diatas ranjang.

Orang itu hanya menjawab salam Zidane dengan posisi masih berbaring karena berbagai selang yang berada pada tubuhnya, tidak memungkinkannya untuk bergerak berlebihan.

Setelah mendengar jawaban salam dari orang itu. Zidane menaruh buket bunga yang baru ia beli dan Gitarnya di atas nakas.

"Kevin?" sapanya pada orang yang sangat mirip dengannya itu. Hanya saja yang membedakan keduanya adalah cowok yang tengah berbaring sakit itu sangat pucat seperti tidak memiliki semangat hidup. Begitulah penyakitnya.

"Hm?" jawabnya lemah.

"Mama kemana?" tanya Zidane sambil menarik kursi penjenguk untuk di duduki.

"Beli obat." sahutnya masih dengan nada yang sama. Lemah.

"Kalau papa?"

"Lagi cari darah di Palang Merah"

"Emangnya lo mau cuci darah lagi?"

"Iya." jawab Kevin singkat tanpa penjelasan mengapa ia harus cuci darah untuk kesekian kalinya. Karena Zidane pasti sudah tahu alasannya.

Zidane hanya mengangguk tanda mengerti. Tidak mau terlalu banyak mengajak Kevin bicara. Karena ia tahu pasti saat ini kembarannya itu sedang merasa kesakitan akibat penyakit yang menggerogoti nya dari tiga tahun yang lalu.

"Kalau gitu aku mau ke sekolah dulu ada latihan Band." ucapnya yang hanya diberi anggukan oleh Kevin.

Zidane mengambil Gitarnya lalu memanggil seorang Suster untuk menemani Kevin. Kemudian berjalan hingga di parkiran dan kembali memacu motornya meninggalkan Rumah Sakit.
***
"Hai bro!" sapa Raka pada Zidane yang sedang duduk sambil memainkan Gitarnya.

Zidane menghentikan permainan Gitarnya. "Yo." jawabnya singkat.

"Vano mana? Kebetulan lo nggak bareng." tanya Raka sambil memukulkan stik pada drum nya.

"Biasa, palingan jalan sama Ghina." sahutnya.

"Rayyan?"

"Katanya lagi ada latihan Basket mendadak. Jadi nggak datang."

"Dimas?"

"Katanya lima menit lagi datang." jawab Zidane untuk kesekian kalinya.

Raka hanya meng- oh kan saja. Karena bicara dengan Zidane sangat membosankan. Akhirnya, untuk mengisi kebosanan menunggu yang lain datang. Keduanya mengatur nada dan memainkan alat musik bersama.
***
Nabila dan ketiga sahabatnya berjalan di koridor. Sekolah sudah usai dari lima menit yang lalu, tetapi mereka memutuskan untuk melihat mading yang berisikan pemberitahuan tentang penerimaan anggota baru di setiap eskul yang berada di sekolah ini.

"Nab, lo mau ikut apa?" tanya Raina sambil melihat - lihat mading.

Nabila memegang dagunya ia bingung harus memilih yang mana. Semua eskul di sekolah ini sangat bagus, tanpa terkecuali. "Nggak tahu. Semua bagus banget." jawabnya.

Again (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang