31. Jefri Nichol!

2.4K 104 2
                                    

[Tidak ada yang namanya penyesalan diawal pasti selalu diakhir.]

"Eh kalian?" tanya Salsa begitu melihat Dimas, Vano, Raka, dan Rayyan. "Nabila nya mana?"

"Udah pulang duluan tante." jawab Dimas.

Salsa mengangguk paham, "Emm, Zidane udah lama tidur?"

"Udah lama banget tante, sekitar 2 jam yang lalu." jawab Rayyan bergiliran.

"Syukurlah." kata Salsa kemudian menaruh sebuah paper bag bertuliskan 'Cookie mama'.

"Itu apa, Tan?" tanya Vano kepo.

"Oh ini ceritanya mau tante kasih ke Nabila, tapi ternyata dia udah pulang jadi mendingan kalian aja yang makan. Kasian, kalian pasti dari tadi belum makan." jawab Salsa lalu duduk pada sofa didekat televisi. Yap, begini lah ruangan VIP semuanya tersedia, apapun yang diinginkan semuanya ada. Tapi, ya itu pengeluarannya juga selaras dengan kemewahan yang diberikan.

"Wah makasih ya, Tan." kata Vano kemudian dengan cepat dia mengambil paper bag itu.

"Wih kayaknya enak nih." sahut Rayyan lalu mencomot salah satu donat coklat dengan rakus. "Emm...emm nyam nyam. Enakkkk".

Karena telah dikuasai rasa lapar, keempatnya memakan donat dengan khidmat. Tanpa mengetahui bahwa sedari tadi Salsa tengah melihat keempat manusia rakus tersebut. Setelah makan, mereka membereskan mulut mereka dari toping donat yang meleleh disekitar pipi mereka.

"Emm, Tan. Kayaknya kita mesti pamit, udah jam dua belas. Soalnya nggak baik anak perjaka pulang jauh malam, hehe." celetuk Raka yang sudah stand by di depan pintu bersama Rayyan, Dimas, dan Vano.

Salsa tersenyum geli mendengar celetukan Raka, "Hahaha, hati - hati ya nak." kata Salsa kemudian menutup pintu setelah keempatnya berlalu.
***
Pukul satu malam tiba. Namun, sedar tadi Nabila hanya memutar balikkan tubuhnya, dia sama sekali tidak bisa tidur dengan nyaman. Apalagi mengingat kejadian - kejadian tadi tentang celetukan Rayyan mengenai 'malam pertama'. Gila, memang tapi entah kenapa perasaannya bukan hanya sampai pada celetukan Rayyan, tapi ada sesuatu yang mengganjal hatinya.

"Gue kenapa sih?" katanya frustasi, dia kembali mencoba menutup matanya berharap pagi menjelang dengan cepat.
***
"Lo mau ikut kita buat acara syukuran Raina, nggak?" tanya Fida pada Nabila, sambil menulis tugas Prakarya nya yang belum terselesaikan.

"Iya lah, masa enggak." jawab Nabila.

"Gue kira lo udah lebih sering ke kak Zidane." singgung Lala.

"Apaan sih, gue nemenin dia karena ortunya itu sibuk terus minta tolongnya sama gue mulu. Masa iya, gue nolak." ujar Nabila malas.

"Eh iya deh, jangan baper loh. Kita cuma bercanda kali nggak usah masukin dalam hati, kan dalam hati lo udah ada kak Zidane." sahut Lala tersenyum remeh.

Nabila mentautkan keningnya kemudian matanya memutar malas. "Serah!"
***
Zidane membuka matanya, lagi - lagi situasi gelap, berharap bahwa keajaiban akan datang. Tapi, sebuah suara membuat keningnya menyatu ia menajamkan telinganya untuk mengenali si pemilik suara. Dan ternyata dia adalah Salsa, mamanya.

"Kenapa mah?" tanya Zidane dengan suara serak.

"Nak, kakak kamu sekarang kritis dan perlu mendapat ginjal baru. Tapi sampai sekarang belum ada ginjal yang cocok dengan Kevin." kata Salsa sesegukan.

Meskipun tidak melihat dimana sekarang Salsa berada, Zidane tetap mengangguk tanda mengerti, "Mah?"

"Hm?"

"Bisa telponin Rayyan dateng kesini, enggak?" tanya Zidane.

Salsa mengangguk lalu mengambil ponselnya yang berada didalam tas ungu miliknya. Kemudian ia segera menelpon Rayyan.

"Iya nak, iya. Cepet yah, Zidane katanya lagi butuh banget. Iya nak, makasih. Wa'alaikumsalam." kata Salsa, telpon terputus.

20 menit kemudian, muncul lah Rayyan sendiri dengan setelan baju santai berwarna biru navy dan celana oblong selutut miliknya.

"Zidane, Rayyan udah datang mama tinggal dulu ya." kata Salsa lalu meninggalkan Zidane dan Rayyan berdua didalam kamar.
***
"Amin." ucap seluruh tamu yang hadir, ketika pak Joko selaku imam syukuran mengakhiri doanya.

"Cieeeee, emang kapan lo balik di sekolah? Udah sebulan loh lo nggak ada, kangen nihhh." ujar Nabila sambil mencubit kedua pipi Raina dengan manja.

"Cih, bacot banget sih lo Nab. Bilang aja kalo lo itu kangen bertengkar dengan Raina." kata Fida judes.

"Napa sih lo, Fid. Sok asik banget deh, hush! Hushh!" jawab Nabila sengit seperti sedang mengusir Ayam.

"Eh selow Nab. Lo akhir - akhir ini baperan amat sih," kilah Fida.

"Mungkin efek kak Zidane kali, ya?" singgung Lala.

Nabila menyipitkan matanya terhadap dua manusia gila ini, kenapa selalu berakhir degan topik Zidane?

"Udah ah, kalian bikin malu aja. Nggak malu apa, tuh sepupu cowok gue yang cakep - cakep lagi ngelihat jijik ke kalian."

Fida menatap Raina ganas, "Eh Talenan basi! Asal lo tau ya, gue Fida Natasya yang cantiknya bikin seorang Fiqran terkagum - kagum mana ada bakal di jijikin sama sepupu cowok lo, yang ada gue kali yang jijik."

Raina memasang wajah remeh minta bonyok miliknya, "Emang yakin lo bakalan jijikin sepupu gue? Coba lo balik 180 derajat ke kanan dan lo bakalan lihat sepupu gue." sahut Raina yakin.

Fida membalikkan tubuhnya diikuti dengan Lala yang kepo secara bersamaan, betapa terkejutnya mereka berdua saat mengetahui sepupu Raina.

"Dia? Dia bukannya Jefri Nichol?" tanya Fida histeris. "Kok lo tega sih Ran, nggak pernah cerita kalo lo masih sepupuan sama Jefri ma baby honey!!!!"

"Iya! Egois ya lo Ran, gila! Cowok cakep lo sembunyiin dari sahabat! Sahabat macam apa sih lo, nggak bilang - bilang dari awal. Kalo lo bilang kan kita bakalan lebih sering ke rumah lo!" tambah Lala.

"Emang penting?" tanya Nabila santai.

"Iya, emang penting mesti gue cerita?" tambah Raina.

"Ya penting lah curut! Masa iya lo sembunyiin cowok ganteng hits kayak dia!" kata Lala.

"Udah ah, dia udah punya pacar kali."

"What?!" kata Fida dan Lala bersamaan.

"Iya, Shenina temennya dulu sekarang udah jadian sama Nichol." jawab Raina malas.

Dan dengan kealay-an yang hakiki, Fida dan Lala menangis sambil meronta gila.

"Mendingan kalian cepet minta tanda tangan!" perintah Nabila.

"Iya - iya, selagi janur kuning belum melengkung Lala akan tetap tunggu kamu bang!" kata Lala sambil membuka tas nya mengambil pulpen dan buku terindah miliknya lalu segera melesat pada sang objek.

"Emang Dandi mau di kemanain, neng?" tanya Nabila.

"Buang." jawab Lala yang masih mendengarnya.

"Eh tapis, tunggu gue ikut!" ujar Fida segera menyusul Lala.

Setelah meminta tanda tangan dan ber- selfie ria. Fida dan Lala datang dengan senyum mengembang.

"Udah puas?" tanya Raina.

"Iya dong puas, entar lagi bakalan gue unggah ke instagram gue. Tunggu aja." jawab Fida.

"Alay." tukas Raina.

"Biarin." sahut Fida acuh.

"Kalo gue bakalan ngeunggah disemua sosmed gue. Mau di IG, LINE, FB, TWITTER, BBM, WA, PATH dan lain - lain." kata Lala bangga tanpa ada yang menanyainya.

"Sekalian kenapa nggak lo museum-in aja?" singgung Raina.

"Ceritanya sih emang bakalan gue museum-in dikamar gue. Bahkan gue bakalan bikin sampe ukuran 100 R!" jawab Lala tak merasa tersinggung dengan ucapan Raina.

"Gila." kata Raina.
***

Again (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang