30. Kembali?

2.4K 108 3
                                    

[Ya, iyalah kita tuh nggak bisa lama - lama tanpa lo. Cuma lo sahabat yang bikin kita greget pengin cium.]

Setelah Nabila keluar dari ruangan, Zidane cuma bisa tersenyum. Tak ada yang bisa dia lakukan dengan kondisi mata seperti ini. Bahkan melihat gadis yang berlalu tadi pun tidak bisa. Tapi, ia yakin pasti Nabila itu cantiknya nambah sekarang. Namun, masih ada satu kendala yang menyeruak di hatinya, ia sungguh merindukan sahabat De'Kodoknya. Merindukan kegilaan, keonaran, kebodohan yang sering mereka lakukan, ya walaupun pada faktanya dia terkadang lelah dengan sikap sahabat konyolnya itu, tapi jujur dia merindukan keempat manusia tolol itu bahkan melebihi Nabila.

"Zidane!!!!!" panggil seseorang sambil menggedor - gedor pintu ruangan. Tak tahu malu sekali.

Zidane menajamkan telinganya, suara itu sangat ia kenali.

"Woy, Zidane!" panggil orang kedua dengan suara bass baritonnya.

Zidane membulatkan matanya. Senyumnya merekah indah menghiasi wajah pucatnya. Mereka, mereka yang tadi ia pikirkan sekarang datang. Bagai mimpi, tapi nyata.

Terdengar pintu berdecit membuka menampakkan keempat wajah manusia tolol yang tadi sedang dipikirkannya.

"Kalian?" tanya Zidane tidak percaya dengan keadaan masih berbaring.

"Ya iya lah kita masa setan!" tukas Dimas kesal.

"Lo sakit nggak bilang - bilang, bego!" seloroh Vano.

"Iya! Sakit nggak mau ngomong. Minta di bawain apa kek." tambah Raka.

"Untung aja si Lala ngasih tahu gue kalo lo sakit, kalo nggak kita nggak bakalan tau kali, Lo sakit apa dan dimana lo dirawat!" kata Rayyan dengan kekejamannya.

Zidane terkekeh dengan reaksi yang diberikan keempat sahabatnya itu, "Kan nggak mungkin gue nelpon kalian."

"Maksud lo?" tanya Vano.

"Gue kan buta, ayamm." kata Zidane sambil tertawa pedih.

"Eh iya kita baru ingat, kalo sekarang lo nggak bisa ngelihat." sahut Dimas sambil menepuk dahinya pelan.

"Sabar aja, lo pasti bisa ngelihat lagi. Gua yakin kok, lo kan sahabat kita yang paling strong kan?" Rayyan mencoba mencairkan suasana yang sempat hening sesaat.

"Strong apa?" Zidane tertawa pikirannya mulai ngeres.

"Kan-- disalah artiin." Rayyan memukul pelan kepala Zidane.

"Kak Zidane tuh susternya udah dateng. Yuk kita ke taman, gue udah bawa kursi roda nihhh." tiba - tiba suara cewek menginterupsi keempatnya yang sontak berbalik.

Nabila yang tidak tahu akan kehadiran makhluk - makhluk itu, tentu saja begitu malu. Bahkan sekarang pipinya telah bersemu merah seperti tomat.

"Oh Nabila." kata Rayyan.

"Masuk." ucap Vano.

Nabila masuk dengan kepala tertunduk sambil mendorong sebuah kursi roda berwarna hitam menuju tempat tidur Zidane, diikuti dengan suster berseragam merah jambu.

"Emang mau ke Taman?" tanya Dimas.

Nabila mengangguk.

"Kita boleh ikut nggak?" tanya Raka.

"Ya boleh lah kak, masa nggak." jawab Nabila.

"Yeayyyyy!!!" Raka berselebrasi ria, langsung saja suster memelototinya. Dia membeku.

Again (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang