33. Jangan Tinggalkanku!

2.2K 118 1
                                    

[Orang bilang Tuhan tidak akan menguji hambanya keluar dari batasannya, tapi mengapa Tuhan mengujiku melebihi batasanku? Kamu lagi-lagi pergi.]

"Kak Ray? I--ini apa? Aku eng--enggak ngerti." ujar Nabila dengan buliran air mata yang perlahan lembut menyentuh wajahnya.

Rayyan berdiri sambil memegang kedua bahu Nabila, "Maafin gue, Nab. I--ini salah gue enggak seharusnya gue biarin dia."

Nabila mengutatkan rahangnya keras, matanya seakan ingin membunuh Rayyan sekarang juga. "Maksud lo gimana kak? Jelasin!" teriak Nabila melepas tangan Rayyan dengan kasar ia sekarang lepas kontrol.

Rayyan dengan setengah keberaniannya pun mulai menceritakan semuanya dengan Nabila.

Kini, Nabila jatuh luruh menyatu dengan lantai. Air matanya keluar dengan deras. Ia meronta memukul kaki Rayyan. "Lo bodoh kak! Bodoh! Sahabat apa lo yang ngebiarin sahabat lo sendiri meregang nyawa atas persetujuan lo?! Egois lo kak! Lo nggak kasian sama tante Salsa dan om Alex?! Yang setengah mati ngurus kak Zidane? Dan lo?! Dengan bodohnya mau banget sahabat lo mati! Bangsat lo kak!" cercah Nabila setengah berteriak meluapkan semua emosinya pada Rayyan. Sudah cukup Azka, tidak untuk Zidane lagi.

Rayyan menelan salivanya dalam - dalam. Nafasnya seakan tercekat. Matanya tak lagi bisa menahan tangis yang sedari tadi ditutupinya dari Nabila. "Maafin gue, Nab." hanya kalimat itu yang bisa ia ucapkan.

Nabila berdiri kemudian langsung mendorong Rayyan dengan sekuat tenaganya hingga berbentur keras dengan tembok dibelakangnya. "Apa lo bilang? Maaf? Andai kata maaf lo bisa ngehidupin Zidane! Nggak apa kak, tapi sekarang? Bahkan seribu kata maaf nggak bisa ngehidupin Zidane lagi kak! Lo itu udah dewasa, udah bisa ngebedain yang mana benar mana buruk! Tapi? Lo nggak pantas disebut dewasa! Pikiran lo pendek! Bego, bahkan anak TK sekalipun akan menolak permintaan remeh Zidane itu! Bodoh lo kak, bodoh! Ini baru reaksi gue kak, nggak tau gimana reaksi tante Salsa sama om Alex gimana!" ucap Nabila berapi-api.

"Tapi dia lakuin ini juga buat nolongin kakaknya yang kritis Nab!" bantah Rayyan tak mau lagi disalahkan.

"Dan semudah itu lo setuju? Lo kan tau, Zidane itu suka terburu dalam memutuskan sesuatu!" sergah Nabila kasar.

Skakmat! Rayyan stuck lidahnya tidak lagi dapat mengucapkan sepatah kata pun.

Nabila kemudian mengeluarkan ponselnya yang berada dalam tas.

"Mau apa lo, Nab?" tanya Rayyan was - was.

"Gue mau nelpon tante Salsa biar tante, cepet tau!"

"Jangan gila lo Nab, disana Kevin lagi operasi lo jangan gila Nab!"

"Bodoh amat! Yang penting mau sekarang atau nanti, tante Salsa pasti tau!" kata Nabila kemudian mulai mencari kontak Salsa.

"Nab, plis jangan Nab!" cegah Rayyan, namun terlambat Nabila telah menelpon Salsa.

"Halo tan? Iya ini Nabila? Ohiya, tante bisa kesini nggak? Soalnya...." kata Nabila terpotong nafasnya seakan tercekat air matanya mengalir lebih deras bahkan sekarang isak tangisnya tak dapat lagi ia redam membuat Salsa yang berada diseberang sana gemas terhadap Nabila. "Soalnya Zidane udah nggak ada Tan." sambung Nabila susah payah. Membuat Salsa yang berada diseberang sana menjatuhkan ponselnya. Telpon terputus.

"Puas lo?" tanya Rayyan.

"Kok lo salahin gue kak?"

"Karena lo, tante Salsa pasti pingsan."

Again (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang