[7]

2.8K 349 20
                                    

++++


Kau membuka mata ketika sinar matahari menyeruak masuk kedalam retina matamu, mengganggu dirimu yang masih bergelung dibalik selimut. Kau melirik kesamping dan tak menemukan siapapun disana. 'Pasti dia sudah pergi bekerja' Pikirmu. Namun dugaanmu 100% salah, karna kini kau melihat orang yang sedang kau cari tengah berdiri diambang pintu kamar mandi.

Kau membeku bak es dikutub begitu menyadari keadaan orang yang kau cari itu sekarang— Akashi tengah berdiri diambang pintu kamar mandi hanya dengan dibalutkan handuk yang menutupi bagian pinggangnya hingga lututnya. Itu artinya kini kau melihat dengan jelas otot-otot pria itu, dada bidangnya, dan tak lupa ABS yang terbentuk sempurna. Rambutnya yang masih basah menutupi sebagian keningnya. Kau meneguk ludahmu sendiri gugup, tak mampu berbicara sepatah katapun.

"Kau tidak pergi bekerja?" Tanya Akashi padamu yang kini tengah mengeringkan rambutnya yang basah.

Seperti tersambar petir disiang bolong, dirimu langsung berdiri lalu berjalan cepat menuju kamar mandi.


.

.

.


"Kalian akan kembali bekerja?" Tanya ibumu, memecah keheningan pada meja makan yang dihuni tiga orang tersebut.

"Hai Okaa-san." Balas pria itu.

"Kalian itu benar-benar dibutakan oleh pekerjaan, kalian bahkan belum sempat untuk berbulan madu."

"Kaa-san tidak usah berlebihan, kalau kita tidak bekerja siapa yang akan mengurus perusahaan." Kesalmu pada ibumu yang terlalu mencampuri urusan rumah tanggamu.

"Okaa-san kami tidak apa tidak berbulan madu, kami kan bisa menghabiskan waktu dirumah ini." Ucap Akashi berusaha bersikap lembut.

"Kalian berdua ini memang keras kepala."


.

.

.


Kau merutuki ibumu yang menyuruhmu untuk berangkat kerja bersama Akashi. Duduk berdampingan dalam satu mobil dengan pria itu sangat tidak kau inginkan sekarang, tapi ibumu malah menyuruhmu untuk diantar pria itu.

Mobil mewah itu berhenti pada sebuah gedung bertingkat, lalu kau membuka pintu mobil pria itu.

"Kau harus menjemputku nanti." Katamu setelah keluar dari dalam mobil.

"Aku banyak pekerjaan, kau bisa pulang naik taksi." Balas pria itu.

"Oh baiklah, kalau begitu aku akan laporkan pada ayahmu karena kau menyuruhku pulang sendirian pada malam hari." Ancammu pada pria yang kini sudah secara resmi menjadi suamimu itu.

Akashi menghela napas lalu menatapmu. "Baiklah aku akan menjemputmu setelah pekerjaanku selesai." Ucap pemuda itu.

Kau tersenyum lalu mengganggukan kepala, merasa puas akan jawaban Akashi. "Akan aku hubungi kau setelah pekerjaanku selesai." Ucap pemuda itu lagi.

"Hai." Balasmu lalu berjalan masuk kedalam gedung bertingkat yang notabenenya adalah perusahaan keluargamu.


.

.

.


Kau merutuki Akashi yang belum menampakkan batang hidungnya. Padahal sudah sejam yang lalu pria itu menelponmu dan ia bilang akan menjemputmu. Tapi apa, kau sudah menunggunya selama sejam tapi belum ada tanda-tanda kedatangan pria crimson itu.

"Aishh kemana dia. Kenapa lama sekali." Gerutumu sembari melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan. Kau kini tengah berada pada caffe yang terletak tepat disamping perusahaanmu. Kau menopang dagu seraya menyeruput jus yang tadi kau pesan. Kau terus menghubungi pria itu namun tidak ada satupun panggilan yang dijawab olehnya. Kau yang kesal pun memutuskan untuk menghubungi Reo— yang merupakan manager diperusahaan Akashi.

"Moshi-moshi Reo-nii."

"Ahh [Your name]-chan nande?"

"Reo-nii apa Seijuro masih berada diperusahaan?"

"Tidak, Sei-chan sudah pulang sejam yang lalu [Your name]-chan." Perkataan Reo barusan membuatmu mengerutkan kening.

"Apa Reo-nii tahu Seijuro pergi kemana dan dengan siapa?"

"Aku tidak tahu Sei-chan pergi kemana, tapi tadi aku melihat Sei-chan pergi dengan seorang perempuan yang aku tidah tahu itu siapa." Kau yang mendengar penjelasan Reo seketika wajahmu menjadi memerah menahan amarah. Entahlah mengetahui Akashi telat menjemputmu karna pergi dengan seorang wanita membuatmu kesal.

"[Your name]-chan jangan cemburu ya siapa tahu perempuan tadi cuma rekan bisnis Sei-chan."

"Tidak Reo-nii aku tidak cemburu, yasudah aku tutup teleponnya, arigatou." Ucapmu sebelum memutus sambungan telepon itu.

Kau berdiri dari dudukmu begitu melihat sebuah mobil yang kau kenali berhenti tepat didepan perusahaanmu. Kau segera keluar dari caffe lalu menuju mobil tersebut dan benar saja mobil tersebut merupakan mobil Akashi, kau segera membuka pintu mobil lalu mendudukkan dirimu pada kursi disamping Akashi.

"Kenapa kau lama menjemputku?" Tanyamu berusaha tidak meluapkan semua kekesalanmu pada pria disampingmu ini.

"Aku masih ada urusan tadi." Balas Akashi tanpa melihat kearahmu.

"Urusan dengan seorang perempuan?" Perkataanmu barusan membuat Akashi yang tadinya serius menyetir menjadi melirik kearahmu.

"Nande? Kenapa kau berekspresi seperti itu. Apa kau bertanya-tanya kenapa aku bisa tahu bahwa kau telat menjemputku karena pergi dengan seorang perempuan."

Akashi berusaha tidak menghiraukan pertanyaanmu. 'Pasti Reo yang memberitahunya.' Pikir Akashi seraya menyumpah serapahi Reo yang memberitahumu tentang Akashi pergi dengan seorang perempuan. Ya, Akashi memang pergi dengan seorang perempuan dan perempuan itu adalah Yui— ia meminta Akashi untuk mengantarnya menuju stasiun kereta untuk kembali ke Tokyo. Yui yang memang beberapa tahun tinggal di L.A membuatnya lupa akan jalan menuju stasiun.

"Siapa perempuan itu? Rekan bisnismu? Atau jangan-jangan dia selingkuhanmu." Ucapmu asal yang membuat Akashi menginjak pedal rem mobilnya secara mendadak menimbulkan bunyi berdecit.

"Diam!! Atau kau akan aku turunkan disini. Kau tidak tahu apa-apa tentang alasanku telat menjemputmu, dan perempuan itu bukan rekan bisnis ataupun selingkuhanku dia hanya temanku."

Kau yang merasakan kemarahan pria crimson itu menjadi membeku seketika. Kau berdeham lalu mengalihkan pandanganmu kearah kaca mobil. Sedangkan Akashi kembali menjalankan mobilnya.


++++

-To be continued-

Marriage and Obsession [Akashi Seijuro x Reader]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora