Audisi JKT48? (2)

2.5K 332 33
                                    

Viny tengah terduduk di sebuah kursi berputar, ia menyandarkan tubuh lelahnya di kursi hitam itu. Dipandanginya foto sang ayah yang masih terpajang di ruangan direktur perusahaannya. Kalau diingat-ingat sudah lama Viny tak menginjakkan kakinya di ruangan tersebut. Selama ini ia selalu memilih mengerjakan tugas ayahnya di rumah. Suara ketukan pintu membuat Viny kembali memutar kursinya.

"Masuk,"

Seorang Office Boy masuk nampak membawakan nampan berisi sepiring nasi serta teh hangat untuk Viny.

Setelah meletakkan sarapan untuk Viny, OB itu kembali keluar.

Viny menghela nafasnya kasar, seandainya bukan karena perkelahian adik-adiknya, ia tak akan pergi sepagi ini meninggalkan mereka dan harus sarapan dikantornya.

Bila mengingat ketiga adiknya, pikiran Viny membawanya ke penyebab pertengkaran mereka, JKT48.

Viny menghela nafasnya seusai sarapan, ia menyalakan komputernya dan mencoba mencari sesuatu di web browser.

'Naomi JKT48'

Itulah yang ditulis Viny di kolom pencari, "pantes aja suka susah diajak ngumpul kalau ada acara. Jadi artis gini."

Viny terus men-scroll sampai matanya menangkap sebuat foto. Foto Naomi bersama seseorang yang tak asing untuknya. Viny menyipitkan matanya.

"Naomi sama Kak Ve? Kak Ve mantan anggota grup itu?" Monolognya.

Viny menimbang-nimbang sesuatu dan akhirnya memutuskan menelpon Ve.

"Halo, Kak..."

"Hola Viny, ada apa nih telpon pagi-pagi?"

"Emm, sibuk gak? Aku mau ngobrol."

"Tumben. Emm, gak sibuk, sih. Dateng aja nanti ke butik."

"No, no. Jangan di butik. Gak enak, gak ada hubungannya sama butik."

"Emm, yaudah. Di kafe deket butik gimana?"

"Boleh, nanti makan siang aku kesana, ya?"

"Oke, berkabar ya. Dah Viny."

Viny mematikan sambungan teleponnya dan kembali menatap layar komputernya.

Semoga keputusannya untuk berbicara pada Ve adalah pilihan yang tepat.

~

Shani mendengus sebal mendengar kedua adiknya yang selalu saling sindir sejak terbangun dari tidur mereka. Saat di meja makan pun mereka salin sindir karna Viny yang ternyata sudah pergi pagi-pagi sekali. Ancaman Viny memang benar adanya. Ia tak mau berbicara kepada mereka bertiga selama Nadse dan Gracia masih bertengkar.

"Andai ga ada model pasti ga akan kaya gini." Sindir Gracia yang sedang mengotak-atik kameranya. Nadse yang awalnya sudah tak berniat untuk menyindir akhirnya kembali tersulut emosinya.

"Lo bisa ga sih ga usah bawa-bawa model?!" Ucap Nadse mendelik tajam.

"Karna memang awalnya dari model! Dari kaka yang mulai gampang emosi, bully dan sekarang kaka yang ga mau ngomong sama kita!" Ucap Gracia menatap tajam.

"Jadi lo nyalahin gue tentang semua ini hah?!"

"Gue ga nyalahin. Lo sendiri aja yang ngerasa salah!"

"Lo jelas-jelas nyalahin gue!"

"Gue--"

"STOPP!!" teriak Shani menutup telinganya. Nadse dan Gracia langsung mengalihkan pandangannya tak mau saling tatap.

"Kalau kalian berdua terus kaya gini, Kaka ga akan pernah mau ngomong lagi sama kita! Bisa ga sih ngalah satu sama lain? Hilangin ego masing-masing! Kalian itu kembaran, ga pantesnya berantem kaya gini cuman karna hal sepele!" Ucap Shani menatap tajam kedua adiknya. Ia benar-benar sudah sangat pusing mendengar pertengkaran Nadse dan Gracia.

Twins Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang