Penyesalan

2.8K 351 19
                                    

Viny berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan panik disampingnya ada Sinka yang ikut menemani Viny. Viny benar-benar khawatir saat om Edwin memberitahu bahwa Shani kecelakaan. Mengapa ini bisa terjadi?

Saat melihat Nadse, Gracia, Om Edwin dan ketiga teman-teman adiknya ia semakin mempercepat langkahnya mendekati mereka semua.

"Om, Shani mana? Gimana keadaannya? Kenapa ini bisa terjadi?" Tanya Viny dengan nafas yang terengah-engah. Mereka semua langsung menatap Viny dan Sinka yang baru saja datang.

"Masih di dalem Vin. Dokter belum keluar. Kamu tenang ya. Tarik nafas dulu" ucap Om Edwin menenangkan Viny yang terlihat sangat khawatir

Nadse yang sedaritadi diam bangkit dari duduknya lalu menghampiri Viny dengan tatapan tajam. Viny terdiam saat melihat mata Nadse.

Plak!!

Semua membulatkan matanya kaget saat melihat Nadse menampar keras Viny. Viny memejamkan matanya sambil menyentuh sudut bibirnya yang berdarah.

"Ini semua salah Kaka!!" Ucap Nadse keras. Matanya menyiratkan kesedihan, kekecewaan dan juga kekhawatiran.

"Nadse apa-apaan ini? Dia kaka kamu." Ucap Om Edwin menarik lengan Nadse menjauhi Viny. Sementara Sinka langsung memegang lengan Viny.

"Dia bukan Kaka aku!! Kaka aku ga pernah ngingkarin janji! Kaka aku ga pernah nyakitin adiknya! Dia bukan ka Viny yang aku kenal!" Ucap Nadse hampir berteriak. Viny mengangkat kepalanya lalu menatap Nadse dengan sedih.

"Nads.. Kaka minta maaf.." lirih Viny.

"Maaf? Maaf Kaka ga berguna! Liat Ci Shani! Ci Shani kecelakaan! Dan semua itu karna Kaka!" Ucap Nadse bergetar. Air matanya mulai mengalir dipipinya.

"Nadse udah cukup! Ini bukan salah Viny. Ini kecelakaan!" Ucap Om Edwin masih berusaha menenangkan Nadse. Nadse memejamkan matanya lalu menghapus air matanya dengan kasar. Dan saat membuka matanya, pandangannya terkunci pada Sinka yang berada disebelah Viny.

"Lo ngapain disini?! Pergi!!" Bentak Nadse kepada Sinka dan membuat Sinka tersentak kaget begitupula yang lain.

"Nadse!"

"Apa?! Kaka mau belain pacar Kaka?! Silahkan belain sepuasnya! Tapi inget, jangan harap Kaka bisa ngeliat kita bertiga lagi!" Bentak Nadse membuat Viny menatapnya tak percaya.

"Nadse cukup!!" Bentak Om Edwin menarik lengan Nadse untuk kembali duduk disamping Gracia yang terpaku mendengar kenyataan yang baru saja terungkap.

"Kamu ga boleh ngomong begitu sama Kaka kamu. Semua ini murni karna kecelakaan lalu lintas. Bukan karna Viny." Ucap Om Edwin.

"Tapi--"

"Nadse.." ucap Gracia lemah. Tangan kanannya memegang kuat lengan Nadse dan tangan kirinya memegangi dadanya. Ia merasakan jantungnya berdetak sangat lambat.

"Ci Shani.." bisik Gracia sebelum akhirnya ia jatuh pingsan.

"Gre!" Ucap Viny panik dan langsung menahan tubuh Gracia. Nadse yang tadinya ingin menahan Viny terdiam saat merasakan tubuhnya melemas. Ia mengerjapkan kedua matanya saat pandangannya memburam. Sebelum pandangannya benar-benar tertutup, senyuman Shani terlintas dipikirannya dan setelah itu ia pun jatuh pingsan.

~

Viny terduduk dengan kepalanya menunduk. Nafasnya tak beraturan. Air mata terus mengalir dari kedua sudut matanya. Disampingnya Sinka nampak menenangkannya sambil mengusap-usap punggung Viny yang bergetar.

Dihadapan keduanya, Anin menatap Viny kecewa. Pupus sudah harapannya pada Viny. Disampingnya Nabilo nampak terpesona pada gadis yang bersama Viny.

"Kak Viny pake pelet apa sih? Ceweknya lucu banget."

Twins Love StoryUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum