1. Mau ya, nduk?

9.1K 1.3K 88
                                    

"Na, belum tidur kamu?" tanya ibuku yang kini berada di ambang pintu kamarku. Membuatku yang sebelumnya tengah berbaring sembari menikmati rekaman suara teman-temanku dari aplikasi smule menjadi beralih menatap ibuku.

Aku lepaskan headsetku, "kenapa Bu?".

Ibuku melangkah mendekat ke arah tempat tidurku kemudian ikut berbaring di sampingku. Beliau menatapku sekilas seolah ingin menanyakanku sesuatu. Aku tentunya sudah paham betul dengan gerak-gerik ibuku.

"Kenapa sih Bu?" tanyaku lagi.

Ibuku tersenyum simpul lalu menjawab, "kamu udah punya pacar belum, nduk?".

"Heh? Kenapa tiba-tiba Ibu nanya gitu?" tanyaku keheranan.

Sebenarnya bukan hal yang aneh ketika seorang ibu datang ke kamar putrinya dan menanyakan hal itu. Hanya saja ibuku bukanlah orang yang seperti itu. Ibuku sebelumnya tak pernah menanyakan hal-hal seperti ini.

"Tadi waktu arisan, Tante Qori deketin Ibu. Dia tanya ke Ibu gini, Mbak Atsna udah punya pacar apa belum ya Bu," ujar Ibu menirukan bagaimana Tante Qori berbicara.

"Terus Ibu jawab apa?"

"Ya Ibu jawab kalo kayaknya kamu lagi nggak punya pacar. Lagian kamu terakhir bilang ke Ibu kalau kamu udah putus sama kakak kelas kamu SMA itu."

Sebelumnya aku memang mempunyai seorang kekasih. Kami sudah menjalin hubung hampir dua tahun, namun tepat satu minggu sebelum aku wisuda hubungan kami kandas. Orang ke tiga menjadi penyebab berakhirnya hubungan kami. Ardha Purnawan Putra lebih memilih Elfasha Nur Adzana yang merupakan sahabatnya dibanding aku, kekasihnya. Waktu itu aku memang sulit mencari waktu untuk Mas Ardha karena aku disibukkan dengan tugas akhir, berbeda dengan Fasha yang memang satu kampus dan satu organisasi dengan Mas Ardha. Ya, pada akhirnya yang disayang pun kalah dengan yang selalu ada.

Melihatku yang masih terdiam Ibu pun melanjutkan, "kemarin tuh Tante Qori mau nanya kamu langsung waktu di nikahannya Yunita, tapi dia takut katanya."

"Lagian kenapa sih Tante Qori kepo banget?" tanyaku keheranan.

"Itu Na, ada temen Tante Qori yang lagi nyari calon istri buat anaknya. Terus Tante Qori rasa kalau kamu bakal cocok sama dia."

Aku hanya memutar bola mataku lelah mendengar ucapan Ibu.

"Dia agamanya bagus loh Na, udah mapan juga, dia kelahiran 1990 dan soal tampang kamu nggak usah khawatir," Ibu tersenyum simpul lalu melanjutkan, "kata Tante Qori soal tampang dia gini.." Ibu mengangkat jempolnya sembari tersenyum penuh arti.

Aku heran denga Ibu. Bisa-bisanya beliau seyakin itu. Padahal aku yakin Ibu belum pernah bertemu dengan laki-laki yang dimaksud Tante Qori.

"Gimana? Mau ya, nduk? Lagian kamu kan lagi nggak deket sama siapa-siapa?"

Oh, apakah ini artinya aku sedang ditawari untuk dijodohkan?

"Bu, tapi aku masih terlalu belia buat menikah.."

"Kata siapa masih terlalu belia? Yunita yang umurnya di bawah kamu aja udah nikah. Usia kamu itu udah pas banget buat nikah," sanggah Ibu yang membuatku langsung mencebikkan bibir.

Di lingkungan rumahku anak perempuan seusiaku memang sudah banyak yang menikah bahkan memiliki anak. Tapi ayolah, bahkan aku belum genap satu tahun lulus kuliah. Berbeda dengan temanku yang sudah menikah itu, mereka langsung bekerja setelah lulus SMA.

"Atsna, Ibu sama Ayah udah nggak muda lagi. Sekarang itu mumpung Ibu sama Ayah masih kuat. Kamu kan tau sendiri sekarang usia Ayah kamu sama kayak usia Indonesia merdeka."

Aku memilih diam dan menunggu apa lagi yang akan dikatakan oleh Ibu.

"Ayah sama Ibu juga takut, kamu kan juga Ibu lihat nggak lagi deket sama siapa-siapa. Kamu lihat sodara kita yang sekarang jadi perawan tua. Anaknya pakdhe yang usianya sepantaran sama Mas Tomi aja belum nikah. Padahal Mas Tomi anaknya udah dua, mana yang sulung udah SD kelas 4."

Aku memiliki dua orang kakak laki-laki, Mas Kemal si sulung kemudian ada Mas Tomi. Keduanya sudah menikah dan memiliki anak. Jadi bisa dikatakan kini hanya akulah yang masih menjadi tanggungan orangtuaku.

"Ibu kenapa bisa sebegitu yakinnya sama anak temen Tante Qori itu?"

"Yang paling Ibu suka dari dia itu agamanya, Na. Dia sama orangtuanya ikut majelis ta'lim yang diikuti Tante Qori sama suaminya. Asal kamu tahu, Tante Qori nggak mungkin sembarangan milih orang," jelas Ibuku sembari tersenyum seolah tengah mati-matian meyakinkanku.

Aku terdiam, mata dan jariku sibuk dengan ponselku walaupun sebenarnya pikiranku sepenuhnya tertuju pada apa yang dilontarkan ibuku. Ayah dan Ibu sudah tua, takut menjadi perawan tua, dia yang agamanya bagus, semuanya benar-benar membuat kepalaku pening saat ini.

"Ibu setiap habis sholat dan tahajud selalu berdoa semoga kamu dapat jodoh yang bagus akhlake, bagus agamane, bagus rupane, sama yang bagus pegaweane. Ibu rasa Allah udah mulai jawab doa Ibu," ujar Ibu lembut.

Aku memiringkan tubuhku yang masih rebahan sehingga kini aku menghadap ke arah Ibu yang juga sedang rebahan menghadapku. Aku menatap Ibu lekat, "Ibu bener-bener srek sama dia ya?"

Ibu langsung mengangguk mantap sebagai jawaban.

"Yaudah Atsna mau dikenalin. Dikenalin doang kan?"

Seketika Ibu langsung mengembangkan senyumnya setelah mendengarkan jawabanku.

Setelah aku pikir-pikir, apa salahnya mencoba? Lagipula ini hanya perkenalan. Belum tentu laki-laki itu tertarik denganku. Belum tentu juga Ibu akan benar-benar tertarik dengan laki-laki itu setelah bertemu langsung. Aku hanya ingin membuat Ibu merasa lega. Tidak kupungkiri melihat senyuman mengembang penuh kelegaan Ibu saat ini benar-benar membuat hatiku menghangat.

"Bu, masnya itu namanya siapa?"

"Nah itu, Ibu tadi lupa nggak tanyain ke Tante Qori. Besok aja pas Ibu ketemu sama Tante Qori Ibu tanyain. Sekalian Ibu bilang kalau kamu udah setuju."

Hah... Aku hanya bisa menghela napas lelah.

"Udah malem, jangan begadang. Cepet tidur gih, besok pagi kamu kan harus ngajar," Ibu menepuk-nepuk bahuku kemudian bangkit dan pergi meninggalkan kamarku.

Sunshine 🌞 (4)

atsna.ys :
Rek, kalau aku nikah gimana?

rifka_er :
HAH? KAMU MAU NIKAH?

audycarissa :
Kamu dijodohin Na? Kok tiba-tiba banget???

vionavio :
Anjay marijay aku kirain yang begituan cuma ada di cerita novel doang 😂

Aku hanya tersenyum kecil melihat respon teman-temanku. Sengaja tak kubalas pesan mereka sampai-sampai mereka bertiga spam chat di group karena aku tak kunjung muncul.

rifka_er :
WOY ATSNAITA YASHINTA! KELUAR NGANA!!!

vionavio :
Si Atsna masih boker kali Rif

audycarissa :
Na, becandaan kamu nggak lucu sumpah!

atsna.ys :
Hehehe aku becanda doang kok


🌷🌷🌷

M A R R I E D ?  ?  ? Where stories live. Discover now