21. Intan

1.6K 306 62
                                    

Dua minggu telah berlalu dan sudah dua minggu ini aku sudah menjadi calon istri seorang Irshad Maulana Adi. Mas Irshad tetaplah seorang lelaki dingin walaupun kami sudah lamaran, namun ketika kami bertemu saat itu juga ia selalu berhasil membuatku leleh. Aku tidak tau ini antara aku yang memang sudah menjadi budak cinta atau memang Mas Irshad yang kepalang hebat membuatku meleleh ketika kami bertemu.

Hari ini aku hanya mengajar dua jam di jam ke 3 dan ke 4, sebenarnya untuk tenaga honorer sepertiku apabila jam mengajar sudah habis bisa langsung pulang. Namun berhubung hari ini aku piket aku harus bertahan sampai jam pulang sekolah. Sekarang di sinilah aku di ruang piket bersama Arini rekanku piket hari ini. Aku beruntung bisa satu jadwal dengan guru yang paling dekat denganku.

"Bu Atsna nggak kasih kabar ke orang sekolah kalau kemarin udah lamaran?" tanya Bu Arini sembari menulis nama-nama siswa yang hari ini absen.

"Enggak lah Bu ngapain? Ini juga cuma lamaran," balasku.

"Ya paling nggak buat story WhatsApp lah Bu pas lamaran kemarin."

"Hehe nggak ada fotonya, Bu."

"Hah? Kok bisa?" heran Bu Arini.

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Waktu itu dari pihak keluargaku memang tidak sempat mengambil foto karena saking repotnya. Bahkan aku sama sekali tidak kepikiran soal foto.

"Bu Erlin kayaknya nggak tau deh Bu kalau Bu Atsna sudah punya calon, soalnya denger-denger mau ngenalin putranya yang kerja di Malang sama Bu Atsna."

"Tapi sekarang beliau udah tau kok Bu, tadi udah tanya langsung ke aku," jawabku sembari tersenyum simpul.

Bu Erlin adalah guru sekaligus bendahara di sekolah jadi kami para tenaga honorer kerapkali berurusan masalah gaji dengan beliau. Tadi pagi beliau memang sempat menanyakan apakah aku sudah ada calon, tentu saja aku menjawab sudah karena nyatanya aku sudah melangsungkan lamaran dua Minggu lalu.

"Kasian beliau gagal dapat mantu lagi. Dulu pernah ngincer Bu Fitri, eh Bu Fitrinya udah nikah duluan."

"Masih banyak ibu guru yang singel kan Bu. itu yang guru-guru baru."

"Enggak lah Bu. Bu Erlin pilih-pilih banget loh kalau mau cari mantu. Kayak Bu Fitri sama Bu Atsna misalnya.."

"Kalau Bu Arini belum menikah mungkin Bu Arini juga ditanyain," timpalku sembari tersenyum.

"Mana ada?!"

Ruang piket memang tempat yang paling asik untuk bergosip karena tempatnya yang sepi dan jauh dari guru-guru senior. Ah dasar wanita!

'Drrt drrt drrt..'

Getaran di ponselku membuatku meletakkan kembali buku piket yang tadinya akan aku bawa ke ruang BK. Mengambil ponsel, dan membukanya. Membuatku mengerutkan kening ketika melihat nama Mas Irshad. Kami jarang chat di jam seperti ini. Literlally kami memang jarang chat kalau tidak ada hal yang penting. Aku sudah terbiasa.

Mas Irshad
Dek, budheku yang samping rumah tadi pagi meninggal.

"Innalilahi wa innailaihi raji'un," gumamku pelan.

"Kenapa Bu?" tanya Bu Arini.

"Ini budhenya calon suamiku meninggal."

"Innalilahi wa innailaihi raji'un.. ya udah Bu Atsna izin pulang sekarang aja."

"Lhoh kenapa?" tanyaku bingung.

"Kok kenapa sih Bu? Itu calon suami Bu Atsna ngabarin ya pasti berharap Bu Atsna ke sana dong," ujar Bu Arini geregetan.

M A R R I E D ?  ?  ? Where stories live. Discover now