9. R U L E S

11.3K 707 41
                                    

Pricilla's POV

Setelah mendapat pesan untuk berkumpul aku segera menuju ruangan olahraga, sepertinya Meisya dan Aulia sudah berada disana karena letak kantin sekolahku sangat berdekatan dengan ruangan olahraga yang biasa digunakan untuk latihan Cheerleaders.

Sesampainya aku disana ternyata benar anak-anak lainnya sudah berkumpul mulai dari angkatan baru dan para kakak senior, akupun menghampiri Meisya dan Aulia yang sedang berdiri dipinggir.

"Ada apa nih, Sya, Ul?" Tanyaku kepada mereka.

"Katanya kak Clara mau ngumumin sesuatu yang penting buat kita semua." Jawab Meisya.

"Iya cil, udah kita dengerin aja dulu." Lanjut Aulia.

Aku masih terdiam melihat para senior sedang berbincang dan ternyata . . . Clara sedang menangis dan para senior lainnya sedang menenangkan Clara. Aku dan para junior lainnya hanya menunggu kepastian.

Setelah Clara terlihat mulai baikkan dia akhirnya menghampiri kita dengan wajah kesal memerah.

"Gue mau lo semua dengerin ini penting. Kalian semua disini gak ada yang boleh pacaran sama anak basket dari sekolah kita!" Ucap Clara dengan wajah serius.

"Loh kenapa?" Tanya salah satu anggota cheers.

"Ya pokoknya gue mau kita sportif aja gak usah ada cinta-cintaan apalagi antara basket dan ekskul kita saling berkaitan." Clara kembali menjawab.

Seluruh anggotapun bubar setelah mendengar pemberitahuan dari Clara, sambil aku berjalan menuju kelas bersama Mei dan Aul, kita berbincang mengenai kejadian El memutuskan Clara yang kemungkinan besar berhubungan dengan peraturan Clara mengenai larangan pacaran dengan anak basket.

"Kalau gue pikir lagi sih kayaknya dia sengaja deh bikin peraturan kayak gitu supaya dia gak liat El sama yang lain." Ucap Meisya.

"Bener Sya, tumben lo pahamnya cepet" Ucap Aulia.

"Terus kalau misalkan gue beneran nerima El, gue bakalan dikeluarin dari keanggotaan cheers gitu? Enggak nyambung banget deh dia bawa-bawa masalah personal." Ucapku lagi.

Saat ini kita sedang berada di dekat kelas dan melihat ada seorang cowok yang berdiri di depan IPS 2, namun kita tidak terlalu memperdulikan karena mungkin saja cowok itu datang bukan untuk bertemu dengan salah satu dari kita.

Kita semakin mendekati kelas dan sekarang aku melihat dengan jelas bahwa cowok yang sedang berdiri di depan kelasku adalah Aldo.

"Hi cil" sapa Aldo.

"Iya kak ada apa?" Jalanku terhenti sambil aku menjawab sapaan Aldo, lalu Mei dan Aul bergegas masuk ke kelas dan meninggalkan aku sendirian.

"Gue cuman perlu bilang ini karena gue rasa ini penting buat lo tau cil kalau misalkan El itu bukan cowok yang baik dan dia gak pantes buat dapetin lo." Ucap Aldo seketika membuatku kaget.

"Maksud kakak apa ya?"

"Udah nanti juga lo liat sendiri, untuk saat ini yang pasti gue udah memperingati lo buat hati-hati"

"Hm iya deh kak makasih ya infonya"

"Gue duluan kekelas ya, Cil"

"Iya kaakk"

Aku dan Aldopun berpisah, sebenarnya sebagai tetangga yang rumahnya berdekatan bisa dibilang kita memang kurang akrab terlebih lagi aku merasa canggung jika harus memanggilnya dengan sapaan 'Kak' tapi mau bagaimana lagi maksudku hanya berperilaku sopan jika berada di lingkungan sekolah. Setelahnya, aku kembali memasuki kelas.

Saat aku duduk disebelah Meisya, aku memberitahunya terlebih dahulu mengenai pembicaraanku dengan Aldo tadi di luar kelas karena Aulia terlihat sibuk mengerjakan tugas sehingga aku tidak ingin menggangunya. Respon dari Meisyapun intinya dia ikut bingung sama seperti aku, mengapa Clara harus membuat peraturan itu? mengapa Aldo sampai berani mendatangiku hanya untuk memberi peringatan untuk menjauhi El?

Karena setahuku Aldo adalah sahabat El, walaupun niat dia memang baik untuk memberi peringatan agar aku dapat menjaga hati dan perasaanku. Oh iya, belakangan ini aku memang selalu duduk sebangku dengan Meisya karena kan tidak mungkin kalau kita duduk satu bangku bertiga dengan Aulia, biasanya Aulia selalu duduk berdekatan dengan aku dan Meisya tapi memang belakangan ini aku mulai melihat sifat ambisius dia dalam pelajaran, anehnya aku merasa ada jarak antara aku dan Aulia, tetapi aku menghilangkan pikiran negatif itu dan tetap berteman baik dengan Meisya dan Aulia.

Saat pelajaran di kelas tadi, aku dan Meisya malahan asik berbincang hingga tidak fokus pada pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru di depan. Aku dan Meisya masih seru membahas tentang make up sampai-sampai lupa bahwa Aul sudah keluar terlebih dahulu dari kelas, kami mencarinya  ke kantin namun tidak ada Aul disana.

"Coba lihat di toilet yuk siapa tau dia lagi touch up." ajak Meisya.

"Oh iya! Bener juga lo ayuk deh." Jawabku.

Kami memasuki toilet di lantai dasar namun tidak ada Aul, lalu lanjut ke toilet di lantai dua juga tidak terlihat Aul. Aneh sekali, dia tidak pernah pergi tanpa berpamitan denganku ataupun Meisya.

Kemanakah Aul? Apa dia marah karena aku lebih terlihat dekat dengan Meisya?

Saat aku mulai kebingungan mencari posisi dimana Aul berada, akhirnya aku dan Meisya memutuskan untuk duduk saja di kantin sambil melihat sekitar aku merasa aneh karena banyak sekali murid yang berlari-lari menuju belakang sekolah sambil berbicara "woi rame nih" aku dan Meisyapun menjadi penasaran.

Aku dan Meisya berjalan dengan cepat menuju belakang sekolahku ini karena kami sangat penasaran dengan apa yang terjadi di belakang sekolah sampai seluruh murid banyak yang berkumpul disana seperti sedang menyaksikan sesuatu.

Sesampainya di belakang sekolah Dexter, banyak sekali kerumunan murid dan disitulah kami bertemu dengan Aulia. . . .

"Aul..." ucapku dan Meisya bersamaan.

-------------------------------------------------------

Thank you readers!

Nantikan part selanjutnya ya. Bakalan banyak cerita menarik, mengapa Aulia berada di belakang sekolah dan mengapa Aldo memperingati Cila untuk berhati-hati?

Don't be a silent reader, don't forget to vote & comment.

•silverbuttons

Player In LoveWhere stories live. Discover now