(XXII)

81.6K 12.7K 980
                                    

A/N :
Ciyeeee yang panas karena part-part kemaren. Ku suka baca komen kalian yang totalitas kemaren =)
Makasihh yahh, sudah mau baca, komen sama kasih vote.
Maaf belum bisa bales-balesan komen, soalnya lagi sibuk jadi tukang cuci piring di nikahan Raisa
Hahahahah
Buaaat Adek/Kakak yang galau karena Mubank, semoga bisa nonton Mubank berikutnya yahh. Bisa nonton konser Biasnya langsung nanti, nggak di Indonesia langsung ke Korea deh. Semoga ada Rejekinya yah =))
*Fighting*

******

Rayaa mengulum senyum melihat Gamar yang tengah kikuk menatapnya, salahkan saja pria itu yang sejak tadi sengaja mendekati Rayaa. Dipikir Rayaa tidak tahu kesepakatannya bersama Ajeng, maka dengan sengaja Rayaa menantang Gamar.

"Bapak beneran suka sama saya 'kan?" Rayaa menaikan sebelah alisnya, setelah tadi ia mengajak Gamar bertemu orang tuanya. Sebut saja Rayaa gila atau terlalu nekat, ketika Gamar mendekatinya Rayaa langsung berucap jika pria itu benar-benar serius datang langsung saja ke rumahnya bertemu kedua orang tua Rayaa. Tapi ia sengaja melakukannya, karena Rayaa tahu Gamar tak benar-benar menyukainya. Dan Gamar bukan tipe pria yang akan menerima begitu saja tantangan Rayaa, pria itu penuh perhitungan.

"Ray...," Gamar menelan ludahnya, menatap serbet di atas meja yang belum tersentuh. Rencananya mengajak Rayaa makan malam adalah untuk lebih dekat dengan Rayaa, "Saya nggak maksud, saya cuman...."

"Cuman mau deketin saya buat ketemu Prita atau apapun itu," potong Rayaa sebelum Gamar benar-benar menyelesaikan ucapannya, "Saya nggak tau masalah Bapak, Ajeng dan Prita itu apa. Tapi Bapak kok tega sih ngelibatin saya, memang saya pernah buat salah sama Bapak?"

"Ray...."

"Dari tadi Bapak cuman Ray, Ray, iya saya denger kok." Rayaa menarik napas pelan, menenggak air putih yang memang tinggal setengah.

"Saya minta maaf." Gamar menelan habis egonya, ia tahu di sini sejak awal ia yang salah. "Saya cuman mau ketemu Prita, dan Ajeng yang tau dimana Prita tinggal."

"Dengan mengganggu kehidupan saya?" tanya Rayaa, bola matanya memutar seakan jengah dengan segalanya. "Bapak tau Ajeng bilang apa? dia bilang bahwa Langit yang merusak hubungan Bapak sama Prita."

"Enggak, Langit sama sekali nggak ada hubunganya sama saya dan Prita. Ajeng berkata seperti itu mungkin ada maksud lain."

Rayaa mendengus untuk kesekian kalinya, "Terus sebelum saya tau soal bapak dan Prita, bapak mepet saya terus. Bukan saya kepedean yah Pak, tapi sikap Bapak memang aneh sejak tau Langit mendekati saya."

"Saya tau track record Langit sebagai lelaki, dia punya mantan banyak. Saya cuman mau kamu berpikir dua kali kalau ingin bersama Langit, mengingat Ajeng juga mantan pacarnya. Saya cuman nggak mau kamu dan Ajeng berseteru, terus salah satu dari kalian keluar kantor. Rugi saya kehilangan karyawan yang kompeten."

Mulut Rayaa terbuka dengan sempurna mendengar penjelasan Gamar yang menurutnya egois, "Bapak kok jahat jadi orang."

"Tapi benerkan Langit memang punya track record yang jelek, buktinya kalian udah putus," sindir Gamar, sebelum melanjutkan ucapan yang tertahan di bibirnya. "Kamu jadi mantan yang ke berapa?"

Cakar muka Gamar dosa nggak sih?

"Bapak kok kepo, yang tau Langit baik atau tidak buat saya yah cuman saya.Nggak usah sok jadi orang yang menjudge orang lain, karena Bapak juga belum tentu lebih baik." Rayaa melirik jam di pergelangan tangannya, sudah pukul tujuh malam.

"Maaf."

"Bapak pikir maaf Bapak bisa buat saya baik-baik saja?"

"Setidaknya saya sudah minta maaf," ucap Gamar. Matanya mengamati gerak-gerik Rayaa yang terlihat sudah tak nyaman.

Hot Tea with SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang