(XXIV)

85K 12.7K 538
                                    

Loving can hurt
Loving can hurt sometimes
But it's the only thing that I know.

-Photograph by Ed Sheeran.

...
...
...
...

Gamar menatap Rayaa dengan pandangan yang sulit diartikan, marah dan kesal sudah jelas. Sebut saja Rayaa terlalu kekanakan, tapi siapa yang lebih kekanakan mengadukan tindakan Rayaa dan Kai tempo hari.

"Kamu memangnya nggak bisa bicara baik-baik sampai harus menyuruh Kaila mengurung kamu dan Ajeng?" tanya Gamar dengan tangan yang tak diam, mengetuk-ngetukan ujung pulpen ke atas meja yang berlapis kaca.

"Ajengnya nggak bisa diajak bicara baik-baik, Pak." Raya memutar matanya jengah, tidak sopan memang tapi sejak tadi Gamar memojokannya. Seolah yang dilakukan Rayaa dan Kai adalah tindakan kriminal yang tak terampuni.

"Lalu kamu juga harus berbuat tak baik? api dilawan api yah makin besar Ray. Api itu dilawannya pake air."

"Bapak kayak Avatar," celetuk Rayaa sudut bibirnya hampir saja tertarik membentuk sebuah senyuman. "Bentar lagi pasti bawa-bawa udara, bumi namun semuanya berubah setelah negara api menyerang."

"Serius Rayaa."

"Yang bilang becanda siapa Pak." Rayaa menatap Gamar tak mau kalah, "Kan memang semuanya berubah setelah negara api menyerang. Nonton Avatar makanya."

"Saya nggak bahas Avatar, saya bahas kamu dan Ajeng." Gamar hampir menggeram kesal, bicara dengan Rayaa memang butuh lebih banyak stok kesabaran.

"Tadi bapak yang mulai bawa-bawa api dan air, yah saya pikir kita lagi bahas Avatar." Rayaa dengan santainya menggendikan kedua bahunya seolah ia sama sekali tak salah. "Lagian Ajeng kayak anak kecil pake ngadu segala, saya juga nggak apa-apain dia. Cuman talk to talk dan Face to Face, Pak."

"Tapi saya nggak suka."

"Nggak suka Ajeng disudutkan?" Rayaa mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa semua orang suka banget bela Ajeng, pake susuk apa sih dia."

"Saya nggak suka kamu bersikap bar-bar." Gamar berdehem pelan.

"Terserah Bapak deh, jadi intinya Bapak keberatan dengan sikap saya sama Ajeng tempo hari. Dan Bapak mau saya tidak mengulanginya lagi 'kan?" Tanya Rayaa dengan ucapan yang menggebu-gebu, sebelum Gamar menjawab Rayaa sudah kembali melontarkan rentetan kata. "Saya nggak akan ganggu Ajeng lagi, kalaupun Ajeng juga nggak usik saya."

"Udah?" Gamar melipat kedua tangannya di depan dada.

Rayaa menarik napas pelan sebelum mengangguk kehabisan kata-kata, sudahlah mau Gamar marah juga tidak apa-apa terlanjur basah jika seperti ini namanya.

"Saya bukan mau membela Ajeng, saya cuman nggak mau staf saya saling cakar hanya karena permasalahan sepele." Gamar mengambil tempat minumnya, lalu memberikannya pada Rayaa. "Minum dulu nih, kayaknya kamu capek habis bicara panjang lebar."

Kening Rayaa mengerut bingung, "Bapak nggak campurin air itu dengan pestisida kan?"

"Motif baru yah? saya sih lebih suka pake sianida." kekeh Gamar melihat Rayaa berjengit tak percaya.

"Jadi beneran ini ada Sianidanya?"

"Untung apa saya kalau kasih Sianida? kebanyakan baca berita hoax nih."

Rayaa menerima minum milik Gamar sebelum meneguk dengan serakah air putih yang membasahi tenggorokannya. "Saya mau tanya lagi deh, Pak. Tapi kan ini di luar urusan kantor, jadi nggak apa-apa?"

Hot Tea with SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang