(XXIII)

82.1K 11.7K 534
                                    

Mendapati Langit berada di rumah temannya sungguh membuat Rayaa harus memijat pangkal hidungnya berulang kali, awalnya Rayaa hanya menerima ajakan Desi. Karena teman masa SMP nya ini memang butuh bantuan terkait Tesisnya.

Tepat di depan rumah Desi, Langit tengah sibuk mengutak-atik kap mobil Land Rover. Rayaa tak cukup mengerti tentang otomotif, jadi ia tidak tahu persis dengan apa yang dilakukan Langit.

Saat turun dari Ojek yang mengantarnya tepat di depan rumah Desi, Rayaa tak berhenti mengingat rumah Desi karena takut ia salah rumah. Namun kemunculan Desi dari pintu depan membuat keraguan yang sempat muncul hilang begitu saja.

"Masuk Ray!" Desi menuruni tangga kecil menuju gerbang depan, kaki mungilnya sedikit berlari. "Udah lama?"

"Nggak. Baru aja," jawab Rayaa sambil melirik kedua pria yang tengah bergelut dengan mesin mobil, sepertinya Langit memang belum menyadari keberadaannya. Sampai lelaki yang Rayaa tahu bernama Arif, Om Desi yang sempat Rayaa kenal dulu menyapanya.

"Rayaa, kemana aja?" Om Arif menepuk-nepuk kedua tangganya, membersihkan tangannya yang masih menyisakan oli dengan Lap.

"Ada kok, Om. Ya emang udah jarang main aja ke sini, maklum kan Desi juga sibuk sama suaminya di Thailand." Rayaa memasang senyum terbaiknya demi mengurai kecanggungan yang tercipta, tapi itu tak bertahan lama saat Langit yang mengenakan kaus oblong berwarna coklat berbalik dan melepas earphone yang tengah ia kenakan.

"Kamu kangen banget sama aku sampai bela-belain ke sini?" Langit membiarkan earphonenya tergeletak begitu saja, menyapa Rayaa lebih menyenangkan dibanding mendengarkan musik.

"Kalian saling kenal?" tanya Desi tak percaya, melihat Langit mengangguk mantap dan Rayaa yang menarik napas berat. Desi yakin keduanya memang sudah saling mengenal.

"Jodoh banget yah kita, ketemu dimana-mana." Langit mendekati Rayaa yang memasang wajah jengah, lihat saja peluh pria itu bercucuran dengan rambut yang diikat tapi masih menyisakan sedikit rambut yang terselip dibelakang telinga.

"Jodoh bapakmu." dengusan Rayaa membuat Om Arif menahan tawa dengan interaksi keduanya yang tak biasa.

"Udah ah, gue mau bawa Rayaa masuk. Dia ke sini mau bantuin tesis gue yah, bukan ketemu lo." Desi menunjuk tepat di ujung hidung mancung Langit.

Rayaa mengikuti langkah Desi yang membawanya ke ruang tamu, terakhir Rayaa bertemu Desi empat tahun lalu. Saat ia baru saja menyandang gelar Sarjana Ekonomi dan Desi sudah menyandang gelar istri sekarang.

"Sorry yah Ray gue jadi harus ajak lo ke rumah, soalnya entah kenapa agak males jalan. Bawaan bayi kali ya." Desk tertawa ringan sambil mengusap perutnya yang masih terlihat rata.

"Lo hamil, Des?" wajah Rayaa menegang seketika, sebenarnya tidak ada yang salah kalau Desi hamil, usia pernikahan Desi hampir mennyentuh angka empat.

"Iya, lo kapan dong nyusul?"

"Nyusul hamil maksudnya?" tanya Rayaa, wajahnya bergedik ngeri. Nikah belum udah ditanyain hamil, apa kata dunia nanti.

"Bukan, nyusul ke pelaminan. Biar bisa melakukan pembuahan. Praktekin bab reproduksi yang pernah kita pelajari di biologi." Desi mengedipkan sebelah matanya sebelum gelak tawa Desi mengisi penuh ruang tamu, karena Rayaa hanya melongo tak percaya.

"Nggak usah ke Pelaminan dulu juga sekarang banyak kok orang yang praktekin," sungut Rayaa, mengingat banyak perempuan yang hamil di luar nikah.

"Kalau mau praktekin sama aku aja." Langit berbisik dari belakang Rayaa, membuat Rayaa berjengit kaget merasakan kehadiran pria itu yang tiba-tiba.

Hot Tea with SugarWhere stories live. Discover now