11. Pertemuan

1.4K 163 70
                                    

♧♧♧

"Sayang, kenapa kamu terlihat berbeda hari ini? Seperti--" belum apa apa Jimin sudah menarik Irene duluan dan melumat bibirnya mesra.

Irene juga tidak melawan dan membalas lumatannya tsb, tapi tak lama Jimin pun melepaskan ciumannya itu. 

Irene terlihat membereskan baju dan rambutnya yg sedikit berantakan, Jimin memang sedikit memaksa tadi. Biasanya, dia tidak akan seperti itu.

"Kamu kenapa sih sayang? Lagi ada masalah ya? Kamu bisa cerita padaku"

"Tidak kenapa" jawab Jimin mengelengkan kepalanya pelan, sambil beberapa kali ia menatap lurus ke arah bibirnya Irene.

Bibir yg begitu mengoda, tapi kenapa ia tidak merasakan apapun ketika menciumnya tadi ya?

Malah mengingat ciuman  Seulgi bersama pria itu semalam membuatnya kembali marah!

Irene pun mencubiti kedua pipi Jimin yg memang tembem itu "kata umma seorang gadis rada sensi bila sudah mendekati hari pernikahannya, tidak ku sangka pria juga. Kamu sungguh mengemaskan Jim hehe" Irene pun memeluknya hangat, begitu juga dengan Jimin yg membalas pelukannya itu.

Iya Jim, lihatlah gadis yg berada di sampingmu ini. Bukankah ia sangat sangat baik padamu? Janganlah memikirkan gadis itu lagi, ingatlah sebentar lagi kalian akan segera menikah!

Jimin pun melepaskan pelukan mereka, lalu mengecupnya pelan. Kali ini kecupannya terasa lebih hangat, lembut dan tulus.

"Maafkan aku sayang" ucapnya juga.

Irene tidak tau kenapa Jimin minta maaf padanya, memangnya kesalahan apa yg telah ia lakukan?

"Ya sudahlah, kamu lupa sebentar lagi kita akan menjadi suami istri. Kamu tidak perlu sesegan itu padaku Jim. Ohya, apakah pekerjaanmu sudah selesai? Bagaimana kalau makan malam bersama?" Ajaknya.

"Sudah, ayo! Sekalian aku ingin menebus kesalahanku karna tidak jadi mengajakmu berkencan semalam hehe. Kamu mau makan apa sayang?" Keduanya pun keluar dari ruangan tsb.

.

Setelah menikmati makan malam mereka, keduanya nampak berjalan bersama seperti biasanya dimana sang supir yg akan mengikutinya dari belakang.

"Ohya, bagaimana dengan makanan penutup? Seperti ice cream gitu?" Tanya Irene kemudian.

"Ice cream?" ntah kenapa Jimin jadi teringat Seulgi lagi, padahal ia sudah memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi.

"Temanku mengatakan ada sebuah toko ice cream yg baru di buka di sekitar sini, aku baru ingat tokonya dekat dengan kantormu. Kebetulan kita sudah berada disini, ya udah yuk!" Irene pun langsung menariknya, membuat Jimin terpaksa ikut. Awalnya Jimin tidak peduli toko ice cream mana yg ia maksudkan, lagian toko ice cream kan banyak! Tidak mungkin kan sekebetulan itu?! Tapi kenyataannya memanglah sekebetulan itu!

Irene kini telah membawanya tepat di depan toko dimana ia bertemu dengan Seulgi semalam.

"Ohya ini dia! Lihatlah gambar stobelinya, woah i luv it!" Irene ini memang pecinta berat stobeli, pokoknya yg merah merah mengemaskan gitu, apalagi yg bisa di emut.. uhlala..

Irene pun kembali menarik Jimin untuk masuk ke toko ice cream tsb.

Tokonya belum tutup, jadi masih kelihatan rame.

"Rene, bagaimana kalau kita ke tempat lain sa--" baru saja Jimin hendak membawanya pergi, ia baru sadar kalau ia tidak bisa menemukan sosok Seulgi disana.

My Wife's A Liar [Seulmin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang