4. Dia, Bukan Pacarku

87.3K 4.7K 115
                                    

Dara sedari tadi mendumel kesal di depan cermin rias kamarnya. Pasalnya yang membuat ia kesal lagi-lagi Reza. Ya Reza yang sekarang sudah nangkring di kamarnya. Pagi pagi buta ia sudah dibangunkan Reza dengan sadisnya. Padahal Reza tahu kalau dirinya tadi tidur malam banget, bukannya memberikan waktu sedikit untuk tidur, eh malah disuruh bangun pagi pagi kayak gitu.

"Makanya jangan keluruyan malam-malam," Dara mendengus kesal akibat omelan lagi dari Reza.

"Daripada kamu bahas yang kemaren, lebih baik kamu keluar sana." Usir Dara kesal.

"Aku tunggu di luar, kalau lebih dari  lima menit kamu nggak keluar, aku bakal,"

"iya iya, sana deh." Dorong Dara pada Reza supaya keluar dari kamarnya.

"Dasar nyebelin,"omel lagi Dara setelah berhasil mengusir Reza dari kamarnya.

Dara kembali duduk di depan cermin. Ia harus memikirkan caranya agar bisa kembali balapan tanpa harus diketahui Reza.

Sekarang dirinya harus benar benar berhati hati. Kejadian semalam adalah suatu kecerobohannya apalagi ditambah ia berbohong pada Reza. Semalam Reza juga bener bener marah dan melarangnya naik motor lagi, dan itu berhasil  menambah kekeselannya.

"Cepetan Ra." Suara itu berhasil membuat Dara mendelik tajam pada pintu kamarnya. Dengan langkah malas dirinya membuka pintu dan disambut senyuman manis Reza.

"Udah selesai?" Dara mengangguk lemah, "Ayo." Reza menggandeng tangan Dara turun ke lantai bawah untuk sarapan.

***

Sedari tadi pandangan Dara hanya tertuju pada jalanan di luar jendela mobil sampingnya. Menikmati alunan musik dari earphone nya, sengaja ingin menulikan telinganya untuk mendengar ucapan Reza yang terus saja menasehatinya ini itu. Reza menghela napasnya melihat kelakuan Dara. Lama lama menurutnya Dara akan kembali melakukan  kebiasaannya seperti dulu.

"Berhenti di sini aja Za," ucap Dara tanpa menoleh pada lawan bicaranya.

"Kenapa di sini? kampusnya masih ada di belokan sana," jawab Reza bingung. Ia sekarang sudah menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kalau aku turun di kampus, nanti semua orang curiga sama kita. Aku nggak mau semua orang di kampus tahu hubungan kita." Balas Dara lalu mengeluarkan permen karet dari tasnya.

"Kenapa sih kamu nggak mau hubungan kita diketahui orang?" tanya Reza dengan mencegah tangan Dara yang hendak keluar dari mobilnya. Ia  dari kemaren ingin sekali tahu kenapa Dara tak ingin orang di kampusnya tahu hubungan mereka.  Apa ia begitu memalukan sampai sampai Dara ingin menutupi hubungan mereka berdua.

"Apa aku membuatmu malu Ra?" Dara tertawa mendengar ucapan Reza.

"Yakali Za, aku malu punya tunangan kayak kamu. Ya nggak lah," ujar Dara membuat lega Reza, "Terus alasan kamu apa?"

"Kamu itu terlalu ganteng, keren, cool dan sempurna." Dara menulusuri alis Reza yang tebal itu,

"Aku nggak mau aja pamer ke orang-orang kalau aku punya tunangan kayak kamu, nanti aku dikira sombong," ujar Dara dan itu sukses membuat Reza tertawa.

Alasan yang nggak masuk akal dan konyol menurut Reza. Mungkin perempuan satu satunya selain bundanya yang berhasil membuatnya tertawa lepas kayak gini hanyalah Dara.

"Udah ah, nih makan permen karet biar wajah kamu nggak kaku kayak gini." Dara memberikan permen karet pada Reza.

"Emang wajahku kaku ya?"

"Hm, banyak orang kampus yang bilang gitu. Kamu harus perbaiki wajah kamu. Sayang kalau ganteng ganteng kayak gini nggak pernah senyum ke orang orang," ujar Dara dan lagi lagi Reza tersenyum mendengar ujaran Dara yang seperti nasehat itu.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang