9. Kemarahan Reza

66K 3.6K 195
                                    

Maaf kalau ada typo, nggak aku edit soalnya...

Kalau ada kata lebih dari keras kepala, Reza akan menggunakan itu untuk mendeskripsikan bagaimana watak kekasihnya, Dara. Marah, mungkin hanya itu yang dia rasakan di samping kekecewaannya pada Dara. Dia hampir saja kuwalahan menghadapi sifat keras kepala gadis itu. Gadis pembuat onar, gadis perusuh, dan gadis pemberontak, itulah sifat Dara yang paling tidak disukainya. Apalagi yang terakhir, pemberontak.

Siang ini, Reza sangat emosi pada Dara, si gadis pemberontak yang sayangnya ia cintai setengah mati itu membuatnya hampir kehilangan kesabaran. Pemberontakan Dara kali ini sungguh membuat Reza teramat kesal, mungkin jika digambarkan kepala Reza sudah mengepul asap kemarahan.

"Kenapa lo nggak ngasih tau gue kemaren Hah?" bentak Reza penuh penekanan pada Rendy, bodyguard-nya. Rendy barusan memberitahu informasi informasi mengenai Dara, informasi yang semakin membuat Reza kesal.

"Lo becus nggak sih kerja?" tanya Reza lagi. Ia kesal kenapa informasi sepenting itu tidak Rendy beritahu dari kemaren. Reza mengambil beberapa lembar dokumen berisi kegiatan ekstra mahasiswa, ia remas dokumen itu dan membuangnya asal.

Sebelum Rendy datang ke ruang pribadinya, ada seorang yang sengaja Reza suruh untuk mencari tahu kegiatan ekstra yang diikuti mahasiswa baru tak terkecuali Dara juga mendaftar di salah satu ekstra di kampus itu.

"Sekarang dia dimana?" Rendy dengan sigap menjawab pertanyaan tuannya.

"Di kafe dekat rumah Raka tuan." Jawabnya membuat Reza mengekerutkan dahinya.

"Bukannya dia ada di kampus." Reza tahu persis tadi Dara berangkat ke kampus bersamanya, tapi kenapa dia berada di kafe. Padahal kelas Dara sampai jam dua siang. Satu kata yang bisa Reza simpulkan yaitu bolos. Dara pasti kabur diam diam dan bolos kuliah. Reza menggeram kesal, setelah itu keluar dari ruangan itu dengan wajah yang mungkin menyeramkan.

**

Dua es krim rasa coklat dan vanilla menemani waktu kebersamaan Raka dan Dara hari ini. Berbincang banyak hal mengenai mereka berdua apalagi waktu masa kecil mereka, membuat Dara tak bosan mengobrol bersama Raka. Dia begitu rindu pada sahabatnya ini dan satu lagi yang tidak akan Dara lupakan, ia pernah mematahkan hati Raka.

Mematahkan hati Raka, mengingat dulu ia pernah menolak pernyataan cinta Raka membuatnya tersenyum tipis. Merasa bersalah? Ya sedikit, ia merasa bersalah pada Raka tapi hanya sedikit. Well, kenapa sedikit? Karena menurutnya yang ia lakukan adalah sesuatu yang benar. Mematahkan hati seseorang untuk kebaikan bersama. Bukankah begitu?

"Oh iya lo kok bisa ke sini? Pacar lo nggak marah?" tanya Raka mengingat kemaren Reza menolak dengan tegas Dara menemui dirinya.

"Ya bisa lah." Jawab Dara dengan bangganya.

"Lo udah ijin sama dia?"

"Enggak." Raka sedikit kaget mendengar jawaban Dara.

"Kalau nggak ijin pasti dia marah sama elo, apalagi nanti pasti gue yang bakal kena semprotannya." Dara tertawa

"Nggak hanya semprotan ocehannya lo bakalan kena bogemannya." Raka mendengus kesal.

"Dia tahu lo ke sini nemuin gue?"

"Ya pastilah tau, nih!" Dara menunjukkan ponselnya membuat Raka mengkerutkan dahinya bingung.

"Reza memasang pelacak di ponsel gue, pastinya dia tahu dan beberapa menit lagi dia bakal nyamperin ke sini."

"Segitu banget Reza sama lo."

"Ikut aku!" dengan tiba tiba tangan Dara langsung ditarik oleh Reza. Membuat Dara dan Raka sama sama terperanjat kaget.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang