10. Apa mungkin aku cemburu?

59.2K 3.7K 287
                                    

Dara POV

'Besok kamu bakal tau gimana rasanya cemburu.'

Ucapan Reza kemarin terus saja berputar di otak ku. Entah apa maksudnya aku tak tahu. Apa Reza berencana membuat ku cemburu hari ini? aku menggeleng, nggak, Reza nggak mungkin melakukan itu. Kalau benar dia bakal membuatku cemburu, gimana caranya coba? Dekat cewek lain selain aku dia nggak pernah. Dia anti cewek, jadi nggak mungkin kan dia bakalan bermesraan sama cewek lain.

"Aduh sorry, gue nggak sengaja." Pekikku ketika aku menabrak seseorang yang tengah membawa dua kardus berisi perlengkapan OSPEK kemarin.

"Nggak papa, gue juga nggak liat tadi." Balasnya. Aku membantunya memungut perlengkapan itu dan menaruhnya di dalam kardus.

"Elo?" ucapku yang ternyata mengenal siapa yang aku tabrak barusan. Dia cowok yang nemuin aku di lapangan basket waktu di hukum sama cewek songong. Siapa namanya ya, aku lupa.

"Ooh elo." Balasnya sambil membawa kembali dua kardus itu.

"Biar gue bantu." Tawarku, dia tersenyum lalu memberikan kardus satunya ke tanganku.

"Gue Marchel." Dia menyebutkan namanya sendiri, mengajakku berkenalan.

"Gue.."

"Adara, nama lo kan?" ucap Marchel tepat sekali. Bagaimana dia tahu namaku?

"Siapa yang nggak kenal lo sih Ra, semua anak kampus pasti tau lo." Ucapnya seperti tau apa yang ada dipikiranku tadi.

"Cewek yang nekat nyium pangeran kampus ini. Lo udah famous tauk." Ucapnya lagi membuatku malu.

Kami berdua menuju salah satu ruangan yang ku yakini ruangan panitia OSPEK kemarin. Marchel membuka pintu itu dan dari ambang pintu, bisa kulihat Reza ada di sana, sedang duduk memegang sebuah dokumen. Ia tampak serius. Entah dia lagi marah, khawatir, sedih atau pun serius seperti itu, aku akui dia tetap ganteng. Aku terkikik pelan.

"Lo kenapa?" tanya Marchel, aku menggeleng dan pandanganku kembali teralih ke Reza yang ternyata dia juga melihatku. Dia menatapku datar tanpa senyuman, tidak seperti biasanya. Apa dia beneran marah?

Aku mengikuti langkah Marchel menuju rak panjang untuk menaruh kardus itu.

"Makasih Ra." Ucapnya, aku membalas dengan anggukan.

"Eh Za, lihat! Ini Adara yang nyium lo kemaren." Ucapan Marchel barusan membuat Reza menatapku.

"Bilang sama cewek ini, jangan cium gue sembarangan." Aku ternganga mendengar balasan dari Reza. Fix, dia beneran marah kayaknya.

"Maafin gue Kak." Ucapku minta maaf padanya, dia memandangku dengan tatapan sulit dimengerti. Aku tak peduli tatapan itu, sekarang aku hanya ingin keluar dari ruangan ini. Aku pamit pada Marchel untuk keluar dari ruangan ini. Tapi intruksi dari Reza membuat langkahku terhenti, aku menatapnya penuh tanda tanya.

"Aku belum maafin kamu soal kemarin. Jadi, cepet sini, bantuin kerjaan aku!" suruhnya seenak jidatnya. Tapi tunggu dulu, dia masih menggunakan aku-kamu saat berbicara denganku, aku hanya bisa tertawa kecil karena aku yakin marahnya itu dipaksakan.

"Biar gue aja yang bantu lo, Dara biar ke kelas." Cegah Marchel supaya aku tidak membantu Reza.

"Mata kuliah dia jam 10, jadi lo nggak usah ikut campur." Sewot Reza sedikit marah.

"Kayaknya lo tahu banget ya tentang Adara." Ucap Marchel lalu mengambil tasnya. Dia mendekatiku dan berbisik di telingaku.

"Sabar ya lo ngadepin tuh ice boy, dan gue pesen sama lo, jangan sampai jatuh cinta sama tuh anak, soalnya gue jatuh cinta ke elo." Bisiknya membuatku terbatuk. Sumpah lelaki di depanku ini sungguh frontal dalam mengungkapkan perasaannya. Aku lihat Reza di sana dengan tatapan membunuh, aku meneguk saliva dan cepat menjauhkan kepalaku dari Marchel. Aku langsung duduk di samping Reza supaya dia tidak tambah marah.

BackstreetDonde viven las historias. Descúbrelo ahora