21. Terbongkar

44.7K 3.2K 315
                                    

Inilah kegiatan yang dinantikan bagi para pencinta alam. Jelajah hutan. Para pencinta alam mana yang tidak suka kegiatan ini, pasti semua menyukainya. Karena bagi mereka hutan adalah alam yang menjadi dunianya.

Sepertinya pagi ini semua sudah bersiap untuk mengikuti kegiatan satu ini. Terbukti dengan berkumpulnya semua peserta pada pukul enam lebih lima menit, tidak seperti biasanya yang dimulai pada pukul tujuh.

"Gue masih ngantuk, Ra." Ungkap Dita sambil mengeratkan jaket hijau tuanya. Berulang kali dia menguap karena memang dari pukul setengah lima dia sudah dibangunkan oleh panitia kegiatan.

Dara menguncir rambutnya yang tadi digerai, "Emang lo aja yang ngantuk, gue juga masih ngantuk kali." Dara pun juga masih mengantuk karena semalam, tidur malamnya terganggu gara gara memikirkan sikap Reza yang aneh dan ucapan Reza semalam sangat membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Sial memang.

Dara sedikit terkejut saat pundak kanannya di tepuk oleh seseorang, "Kalau masih ngantuk, tidur dulu sana." Dara menoleh, dan saat itu juga dia dibuat dua kali terkejut.

"Kenapa? Kaget?" cowok yang menepuk Dara itu tersenyum melihat kekagetan Dara.

"Kok lo di sini?" tanya Dara masih agak terkejut.

"Nanti lo juga tahu." Setelahnya, cowok itu pergi bergabung bersama anggota panitia lainnya, ada juga beberapa orang yang belum pernah Dara lihat sebelumnya.

"Siapa cowok itu, Ra?" pertanyaan Dita membuat Dara mengalihkan perhatiannya ke cowok tadi. "Kenalan gue." Singkatnya.

"Ganteng," puji Dita, "namanya siapa?"

"Alvan." Jawab Dara melihat cowok yang barusan menepuk pudaknya. Dia adalah Alvan, cowok yang pernah menantangnya balapan dulu. Satu pertanyaan yang sekarang bersarang di otaknya. Kenapa cowok bar-bar kayak dia bisa ada di sini?

Pertanyaan itu sekarang sudah terjawab oleh Rizal, si ketua Pencinta Alam. Katanya, mereka yaitu Alvan dan beberapa temannya akan membantu kita dalam jelajah hutan kali ini. Kenapa begitu? Karena Alvan dan teman-temannya merupakan salah satu anggota komonitas Pencinta Alam di daerah ini yang tahu betul keadaan hutan dimana mereka nanti akan jelajahi.

Sulit dipercaya bukan, cowok seperti Alvan yang suka balapan mengikuti acara seperti ini.

"Dan gue ingetin ke kalian, kegiatan ini bukan sekedar menjelajahi hutan saja, tapi ini juga merupakan lomba. Bagi kelompok yang mendapatkan tiga bendera hijau duluan, mereka akan mendapatka hadiah dari kita." Jelas lagi Rizal.

"Untuk itu, gue bakal bacain nama anggota kelompok kalian." Rizal mulai membacakan anggota kelompoknya.

"Semoga sama kak Reza." Doa lagi Dita tak henti-hentinya.

"Amin." Dara mengamini doa itu.

Dara mencari keberadaan Reza. Biasanya Reza akan berdiri di depan bersama anggota inti Pencinta Alam, tapi pagi ini dia tidak ada di sana. Kemana lelaki itu? bingung Dara.

"Astaga." Pekikan Dita barusan membuat Dara menatapnya, "lihat, Ra! Itu di sana!" tunjuk Dita ke arah depan samping kanannya.

"Kenapa sama wajah Kak Reza?" tanya Dita tak dijawab Dara.

Reza di sana dengan raut wajah datar seperti biasanya, namun ada satu yang membedakan. Sorot matanya. Sorot mata Reza seperti ingin melenyapkan seseorang. Mengerikan. Dara sepertinya tahu penyebabnya. Pasti Reza melihatnya berbicara bersama Alvan tadi. Oohh...ingatkan Dara yang lupa kalau Reza pernah bertemu sama Alvan sehabis balapan dan pertemuannya dengan Alvan sangat tidak bersahabat.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang