6. Kesialan Dara

77.6K 3.9K 77
                                    

Sinar mentari sudah masuk ke celah jendela kamar Dara, namun sang empunya tak kunjung bangun. Berulang kali jam yang ada di atas meja samping tempat tidurnya berdering, bukan membangunkannya tapi jam itu seolah hanyalah musik pengantar tidurnya.

"Ra, bangun Nak. Ini udah pagi." Intan mengedor-ngedor pintu kamar anaknya. Sepertinya Dara sudah berniat untuk bangun siang, karena pintu saja ia kunci.

"DARA!" Teriak mamanya lagi, masih berusaha membangunkannya.

Dara mulai mengerjab-ngerjabkan matanya, namun mata itu lagi-lagi terpejam. Ia kembali tidur nyenyak, tak memperdulikan mamanya yang sedari tadi berteriak membangunkannya. Ia menutupi wajahnya dengan selimut yang membungkus tubuhnya. Entah mengapa pagi ini udaranya dingin tidak seperti pagi pagi sebelumnya. Mungkin musim akan berganti.

"Biar Reza aja yang bangunin Dara, Ma." Suara yang sudah sangat hafal di luar kepala Dara itu pun langsung membuatnya menyingkirkan selimut yang menutupi wajahnya.

"Pintunya udah gue kunci kan?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Yaudah kamu bangunin Dara aja, Mama mau lanjut masak ke dapur," ucap Intan yang masih terdengar di telinga Dara.

"Sayang, bangun ini udah pagi. Aku tahu kalau kamu udah bangun." Ucapan Reza membuat Dara mengamati kamarnya. Apa Reza memasang CCTV di kamarnya. Bagaimana lelaki itu bisa tahu kalau dirinya sudah bangun.

Dara kembali tidur, ia sudah mengunci kamarnya. Ia tak peduli Reza yang terus memanggilnya untuk bangun. Hari ini dia benaran masih mengantuk karena kemarin malam dia seperti biasanya, balapan. Sudah ia katakan sebelumnya, bahwa ia tak akan takut dengan larangan larangan dari Reza. Dan seperti kata kata Dara, larangan Reza itu untuk dilanggar. Mengapa coba Reza membuat larangan kalau bukan untuk dilanggar, Dara tersenyum senang, kembali ia tidur.

Suara pintu kamar yang terbuka terdengar di telinga Dara. Ia ingat kalau semua kunci cadangan sudah ia sembunyikan di lemari nya. Tapi siapa yang membuka itu? Dara masih terus berpura-pura memejamkan matanya seperti orang tidur. Dari aroma tubuhnya saja ia tahu betul itu adalah Reza. Ia merasakan seseorang menaiki kasurnya.

Kyaaa...

Jerit Dara kaget karena Reza tiba-tiba menggendongnya. Spontan Dara mengalunkan kedua tangannya di leher Reza.

"Turunin aku Za," keluhnya, namun tak digubris Reza. Reza malah membawanya ke kamar mandi. Dia menaruh Dara di bathup.

"Ya ya ya ya, kamu mau ngapain Za?" Curiga Dara, setelah itu Reza menyalakan shower dan menyiramkannya ke tubuh Dara.

"REZA!! DINGIN TAU!" Kesal Dara. Bagaimana dia tidak kesal bahkan orang lain pun akan sama kesalnya jika di pagi hari sudah disiram air dingin seperti itu.

"Cepat mandi, aku tunggu di bawah," ucap Reza tanpa dosa, lalu berlalu begitu saja meninggalkan Dara yang sedang kesal setengah mati.

"DASAR NYEBELIN, COWOK NGGAK BERPERASAAN,"Teriak lagi Dara sekencang kencangnya, di luar, Reza tersenyum puas bisa menjahili Dara pagi ini. memang sesuatu yang sangat mengasyikan bisa menjahili Dara seperti itu.

Setelah mandi dengan penuh kekesalan, Dara keluar dari kamarnya. Masih seperti dua hari sebelumnya, ia masih memakai kemeja hitam putih dan tentunya celana jeans hitam. Ia keluar dengan menenteng tas ransel dan jaket levisnya.

Saat turun, ia melihat Reza yang malah asik asikan bercakap ria dengan Papanya di ruang keluarga yang memang berada di lantai satu, pasti mereka membicarakan bisnis, pikirnya. Dara menghiraukannya, ia lebih memilih menuju dapur menemui Mamanya.

"Pagi Ma," sapanya lesu.

"Pagi sayang, kenapa cemberut gitu mukanya?" tanya Mamanya.

"Udahlah Dara lagi badmood  tingkat dewa," jawabnya. Intan menggeleng geleng kepalanya melihat tingkah Dara. Lalu ia memberikan susu coklat yang sudah dibuatnya untuk Dara. Dara langsung saja minum susu itu sampai habis tak tersisa.

BackstreetWhere stories live. Discover now