25

710 30 0
                                    

Sulit untuk dipercaya jika sosok yang kini sedang berada di atas panggung adalah Raffa. Cowok yang biasa Evelyn lihat di atas lapangan basket dengan wajah berkeringat, rambut yang juga sedikit basah (oleh keringat juga), dan sinar matahari yang selalu setia membakar kulitnya, kini sedang berada di atas panggung. Tapi, bukan untuk beratraksi dengan bola basketnya. Cowok itu sedang memetik sebuah gitar akustik seraya bersenandung.

Tak ada lagi tatapan dingin dan bersalju di kedua mata Raffa. Sepasang mata itu malah sesekali memejam kala bibirnya bersenandung pada nada-nada tertentu. Bibirnya yang kerap melontarkan kalimat yang sedikit kasar juga menghilang entah ke mana. Yang ada hanyalah lantunan nada-nada merdu yang keluar dari sana. Tangan yang sudah terlatih mendrible bola basket juga istirahat sejenak. Tangan itu sedang sibuk memainkan sebuah gitar akustik pada kunci-kunci nada tertentu. Sebuah perbedaan luar biasa dari seorang Raffa.

Sebuah lagu lawas milik Lifehouse berjudul You And Me mengalir indah dan sanggup menghipnotis para penonton. Salah satu yang paling terhipnotis adalah Evelyn. Bahkan gadis itu nyaris tak mengedipkan kedua matanya selama penampilan Raffa berlangsung. Gadis itu berdiri di belakang kerumunan penonton paling belakang. Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat Raffa pada satu garis lurus. Entah cowok itu melihatnya atau tidak, Evelyn tak pernah tahu.

Sayangnya, Evelyn hanya bisa menjerit histeris di dalam hatinya. Mengagumi penampilan Raffa dari jauh dan mengirim sinyal-sinyal kerinduan lewat tatapan mata. Yang mungkin semua itu tidak pernah tersampaikan pada sebuah hati milik Raffa.

Gadis itu tersadar oleh suara riuh tepuk tangan para penonton yang mengakhiri penampilan terbaik Raffa. Cowok itu membungkukkan badan dan berlalu dari hadapan penonton. Penampilannya telah usai.

"Ya ampun, Lyn. Dicariin ke mana-mana nggak tahunya di sini."

Hana datang lalu mengomel. Gadis itu mendaratkan sebuah tepukan yang agak keras ke bahu Evelyn karena terlalu gemas. Gadis itu menghilang dari tim drama setelah pertunjukan mereka usai. Dan Hana kelimpungan mencari gadis itu mulai dari backstage, kelas, sampai kantin. Nyatanya ia bisa menemukan Evelyn di pintu gedung aula sekolah. Keluyuran sendirian masih dengan kostum Julietta-nya.

"Gue kan juga pingin nonton, Han," cetus Evelyn sewot. Bekas tepukan yang dilayangkan Hana terpaksa dielusnya karena masih sakit. "ada apaan sih?"

Hana tak menjawab. Gadis itu menarik paksa lengan Evelyn ke taman bunga tak jauh dari lapangan upacara. Di sana ada beberapa macam bunga yang sedang mekar-mekarnya.

"Gue mau selfie sama loe. Karena loe cantik banget hari ini," ucap Hana sambil mengeluarkan ponsel pintarnya dari dalam tas. Bersiap untuk mengambil gambar mereka berdua.

"Tumben loe muji gue," celutuk Evelyn iseng.

"Udah jangan dibahas. Ntar gue cabut lagi pujiannya, lho," ucap Hana setengah mengancam.

"Cabut aja, gue nggak takut, kok," sahut Evelyn cepat.

"Udah deh, jangan nyari ribut sama gue. Diem dan senyum aja, ok?"

Evelyn terkikik puas sudah berhasil mengerjai sahabatnya. Gadis itu segera merapatkan tubuhnya pada Hana dan melengkungkan senyum terbaiknya di depan kamera ponsel.

"Say cheese!"

Tak ada yang bisa dilakukan Evelyn kecuali mengimbangi gaya narsis sahabatnya. Jepret sana, jepret sini dalam berbagai pose. Setelah puas berfoto berdua, giliran tim drama yang kebagian mengambil gambar untuk dokumentasi. Sesi foto-foto yang cukup panjang dan melelahkan. Tapi, cukup menyenangkan bagi Evelyn. Hari ini tak akan pernah dilupakan Evelyn seumur hidupnya.

Sunshine In Your Heart# CompleteDonde viven las historias. Descúbrelo ahora