L U N A

172K 9.8K 841
                                    

Kaki seseorang melangkah riang di koridor sekolah. Ini kali pertama Luna Dealova yang akrab disapa dengan Luna, menginjak sekolah SMA. Banyak yang suka berteman dengannya. Karena wajahnya yang manis, tidak menutup kemungkinan bahwa banyak juga cowok yang menyukai gadis kelas X itu.

"Luna!"

Panggilan dari teman-temannya membuat Luna semakin cepat melangkah. Dengan senyuman lebar, gadis itu menghampiri keempat temannya.

"Seneng banget, ada apa, sih, Lun?" tanya Keisha.

"Nggak pa-pa, aku memang seneng tiap hari, kan?"

"Iya deh, iya. Oh, ya, tadi gue liat ada rame-rame tuh di belakang sekolah. Padahal masih pagi." Lauren menyambung.

"Terus, lo ngajak kita ke sana?" tanya Andien.

"Iya. Yuk, penasaran gue," ujar Sonya.

Kelima cewek itu akhirnya melangkah menuju belakang sekolah. Sesampainya di sana, tampak seorang cowok bersama beberapa kawannya sedang menyandera satu cowok. Tampak sang pemimpin kelompok itu sedang memegang tongkat kasti yang terbuat dari kayu. Ia tampak tak peduli dengan sekitar meskipun banyak siswa yang tengah menonton aksi mereka.

"Lo bilang kemarin lo lihat gua curi emas di toko terus dijual buat beli barang branded? Iya, hm?" tanya cowok itu dengan nada meninggi.

"Ma-maksud gue bukan gitu ..."

"BUKAN GITU GIMANA, TOLOL!"

"Gu-gue一"

"Lo sebarin ke anak-anak lainnya berita busuk lo itu seakan-akan gua maksa banget buat terlihat kaya. Asal lo tahu, semua barang mahal yang gua beli berasal dari kerja keras gua sendiri. Nggak kayak lo yang cuma modal minta uang sama bokap! Lo tuh anak baru di sini, nggak usah bertingkah sama gua."

Dari arah sedikit jauh, Luna bertanya pada teman-temannya karena baru kali pertama ia melihat hal seperti itu di sekolah ini.

"Siapa, sih, dia? Kok, gitu banget? Kasar."

"Lo nggak tahu dia, Lun? Ya, ampun, gue yang masih kelas sepuluh aja tahu dia itu siapa. Dia Bara Elang Nugroho. Cowok nakalnya SMA ini setelah Tommy yang pernah dikeluarin dari sekolah ini juga."

"Dia tukang bully di sini?"

"Gue denger-denger, sih, dia jarang bully orang kalau nggak ada yang cari perkara sama dia. Guru-guru, sih, udah kewalahan ngadepin dia, Lun. Sering terkena kasus tawuran antar sekolah tuh dia."

Luna melihat ke arah Bara lagi. Raut wajahnya menajam seketika. Ia tidak suka mereka main keroyokan seperti itu. Langkah kaki gadis mungil itu maju memasuki kerumunan dan berhasil mendekati kelompok Bara.

Sadar akan kehadiran cewek itu, Bara menoleh dengan wajah datarnya. Menunggu apa yang akan dilakukan oleh cewek pendek dengan tatapan tegasnya, tetapi Luna malah tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Mendadak ia menjadi pelupa. Itu tandanya jiwa siputnya telah muncul.

Duh, aku mau ngapain ya tadi? Pekik Luna dalam hati. Dengan rasa malu, Luna kembali dari kerumunan itu, menjauhi Bara dan yang lainnya.

BARA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang