Bara | 23

101K 6.7K 357
                                    

Jangan lupa ninggalin jejak tercinta 💕

***

BARA memasuki ruangan Kepala Sekolah dengan amarah yang masih tampak jelas pada dirinya. Tatapan cowok itu garang, ia hanya diam menunggu Kepala Sekolah berbicara.

"Tawuran lagi?" tanya Bapak Kepala Sekolah dengan nada tidak senang. Bara sendiri hanya diam, tidak berniat menjawab pertanyaan itu.

"Mau sampai kapan kamu sama geng kamu tawuran mulu? Mau jadi penerusnya Tommy, ya, di sekolah ini?"

"Kalau iya emang kenapa?" Bara akhirnya bersuara.

"Saya nggak tahu lagi gimana caranya ngubah sifat kamu yang keras itu jadi sedikit melunak. Selama kamu bersekolah di sini, saya lihat sepertinya jiwa kamu bukan jiwa seorang manusia, melainkan jiwa seekor singa. Sukanya mengaum.

"Kalau memang kamu maunya seperti Tommy yang akhirnya dikeluarkan dari sekolah ini, mau jadi apa kamu nantinya? Saya nggak habis pikir aja masa depan kamu bagaimana kalau kamu seperti ini terus."

"Nggak usah repot-repot mikirin masa depan saya, Pak. Masa depan Bapak aja belum tentu cerah." Bara terus membalik ucapan Kepala Sekolah.

Pak Kepala Sekolah tampak duduk bersandar pada kursinya sambil mengelus dada pelan. Sabar.

"Sekarang ngapain saya disuruh kemari? Saya masih ada urusan."

"Saya mau kamu secepatnya bubarkan geng Fatal dari sekolah ini."

Raut wajah Bara tampak terkejut saat ini. Tidak menyangka dengan ucapan Bapak Kepala Sekolah kepadanya. Bara bahkan tidak tahu apakah itu sebuah perintah atau sebuah ancaman.

"Maaf, Pak. Yang berhak membubarkan Fatal adalah saya, bukan Anda."

"Jadi kamu membantah?!"

"Iya! Saya membantah!"

Kepala Sekolah beranjak dari kursinya dan mendekati Bara. "Dengar, ya, Bara Elang Nugroho. Kalau kamu sama geng kamu terus-terusan seperti ini, sekolah kita pelan-pelan akan hancur. Sudah cukup tawuran setengah tahun yang lalu yang kalian ciptakan di sekolah ini. Sampai masuk koran, benar-benar buruk. Ini sekolah favorit, sekolah ternama, langganan juara Olimpiade seprovinsi. Tolong jangan kamu ubah jadi sekolah langganan tawuran!"

Rahang Bara menegas, tatapannya menajam. "Sudah cukup saya tahan selama setengah tahun saat Anda mengeluarkan Tommy yang tidak bersalah dari sekolah ini. Untuk kali ini saya nggak akan takut dengan apapun ancaman Bapak, karena jika Bapak mencela Fatal itu tandanya Bapak menantang kami."

"Saya peringatkan, jangan sampai ketidakpedulian kamu akan ucapan saya menjadi hal yang berbahaya untuk temen-temen kamu. Kamu sudah boleh keluar."

Bara benar-benar kesal dengan pria paruh baya itu hingga ia menendang salah satu kursi yang ada di dekatnya lalu bergegas keluar dari ruangan tersebut tanpa berkata apapun.

Kakinya melangkah cepat ke arah pinggir lapangan. Banyak pasang mata yang tengah melihatnya saat ini, tak terkecuali dengan Luna Dealova.

"Apa kata Kepsek, Bar?" tanya Ghani panik.

"Lo nggak dikeluarin dari sekolah, kan, Bar?" tanya Rendi ikutan panik.

"Semuanya langsung pulang, istirahat." Bara hanya mengatakan sesuatu yang bukan diharapkan oleh teman-temannya. Cowok itu mengenakan helmnya dengan cepat lalu menaiki motornya dan melajukannya melewati gerbang dengan deruman keras.

***

Di markas Fatal, Bara terus meninju samsak yang sudah setengah jam ia tatap dengan tajam. Kesal, marah, bingung. Semua itu Bara rasakan dalam dirinya sekarang. Entah mengapa perkataan Kepala Sekolah kepadanya menjadi sesuatu yang terus menganggu pikirannya.

BARA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang