Bara | 11

95.7K 6.4K 82
                                    

Jam istirahat, Luna dan teman-temannya tidak melihat adanya kelompok Bara ada di meja pojok kantin. Biasanya ketujuh cowok yang terkenal nakal itu akan duduk di sana sambil membuat keributan. Kali ini tidak, meja itu jelas-jelas kosong一tidak ada yang berani duduk di sana juga.

"Tumben, Bara sama anak buahnya nggak ke kantin," celetuk Andien.

Keisha mengangguk setuju. "Iya, nih. Nggak biasanya. Setahu gue tiap hari mereka bakal duduk di sana buat ngumpul bareng meskipun cuma mesen sepiring bakwan sama minum es kosong." (es kosong = air mineral dingin)

Luna hanya melihat sekitarnya dengan tatapan biasa. Tidak begitu tertarik dengan percakapan teman-temannya. Meskipun sebenarnya Luna juga merasa aneh, ia tidak melihat Bara ada di koridor, di lapangan untuk bermain basket, juga di kantin. Luna juga merasa aneh sejak pagi saat Bara menjemputnya untuk ke sekolah, tidak ada omelan dari cowok yang terkenal galak itu. Hanya ada raut wajah Bara yang tegas, terlihat seperti sedang kesal.

"Udah mau balik ke kelas? Panas loh di kantin. Keringetan mulu gue kalau ke kantin." Sonya bersuara.

"Ya, udah. Gue juga udah siap makan, udah kenyang gue." Lauren menimpali.

Kelimanya beranjak dari kantin menuju kelas mereka. Belum juga sampai di kelas, mereka sudah dibingungkan dengan keramaian di depan kelas mereka.

"Itu kenapa, sih? Kok rame banget?"

"Nggak tahu, tuh. Rame gitu gimana mau masuk kelas coba."

Luna berdehem sebentar kemudian melangkah ke depan. Ia bertanya pada salah satu siswi di sana yang tengah sedikit takut melihat apa yang ada di depannya.

"Vira, di kelas ada apaan? Kok rame banget, Vir?" tanya Luna pada teman sekelasnya.

"Itu ada kakak kelas yang dateng ke kelas kita, mojokin si Fero, Rian, sama Steven. Katanya kakak kelas ini terkenal dengan kesangaran mereka di sini."

Luna merasa tidak asing dengan julukan seperti itu. Luna mencoba untuk melihat ke dalam kelas, teman-temannya ikut melihat. Luna kenal punggung belakang itu, punggung lebar yang diidamkan oleh banyak kaum hawa.

"Itu, Bara, Lun?" tanya Keisha pelan dan Luna mengangguk tanpa melepaskan pandangannya.

"LO NGOMONG SEKALI LAGI!" Suara keras Bara hampir memenuhi kelas dan bisa terdengar jelas hingga ke luar kelas.

Di dalam kelas ada tujuh anak geng Fatal dengan tiga cowok yang tengah tertunduk ketakutan di hadapan mereka. Ada juga beberapa siswa yang duduk di bangkunya sendiri sambil menulis tugas dan membaca buku, mereka adalah murid yang bersikap bodo amat dengan apa yang sedang terjadi di kelas.

"NGOMONG, BANGSAT! BISU LO?" Bara menyentaknya lagi. "NGOMONG!"

Adik kelas yang ada di hadapan Bara kini membuka suaranya pelan dengan ragu. "Fatal cuma perkumpulan sampah."

Bara mendorong kasar tubuh cowok itu hingga tersentak pada dinding. Ucapan adik kelas itu benar-benar membuat Bara berang. Siapapun tidak boleh menghina teman-temannya, ataupun menghina Fatal. Jika itu terjadi, maka Bara tidak akan tinggal diam.

Fatal dicela, mereka akan kibar bendera perang.

"Perkumpulan sampah lo bilang? Lo tahu apa soal Fatal? Lo cuma adik kelas nggak usah belagu, bangsat!"

Teman-teman Bara lebih memilih diam dibanding mengusik emosi Bara yang tengah membara. Memang jelas adik kelas tersebut yang salah karena kedapatan menghina geng mereka. Rendi yang memberi tahu geng Fatal bahwa mereka mengolok-olok geng mereka di salah satu grup chat yang di mana salah satu anggota grup tersebut adalah teman Rendi.

"Mana ketua lo?! Kabur dia? Udah seenaknya ngehina geng gua terus nggak berani kemari! Itu pemimpin apa pecundang?" Bara benar-benar muak dengan pemimpin yang seperti itu.

"Bilangi ke ketua lo, gak berani dateng di depan gua sekarang, gua obrak-abrik kelasnya. Gua bonyokin lu semua!"

Luna yang melihat Bara marah, hampir tidak percaya bahwa cowok itu lebih ganas daripada saat awal mereka bertemu. Luna ingin menarik Bara keluar dari kelas untuk menghentikan aksinya, namun ia kurungkan niatnya karena ia tahu itu bukanlah urusannya.

"Kita masuk aja, kalau kelas masih sepi kayak gitu, mereka nggak akan keluar-keluar." Luna mengajak teman-temannya untuk masuk ke kelas.

"Yakin, Lun? Gue takut, ah. Nggak berani. Entar kita kena imbasnya pula," ucap Sonya sedikit ragu.

"Tenang, di dalem sana, kan, ada Rendi sama Ghani. Mereka nggak bakal biarin siapapun macem-macem sama kalian, kan?" Lauren menimpali.

"Ya, udah. Supaya cepet kelar nih masalah mereka."

Kelima cewek itu masuk ke kelas dengan sedikit rasa takut. Ketujuh cowok itu langsung menoleh ke arah lima cewek tersebut, namun mereka tetap berjalan ke bangku mereka masing-masing. Luna membuka buku pelajarannya, berpura-pura membaca untuk mengusir rasa takutnya.

Tampaknya Bara tidak peduli dengan kehadiran murid-murid yang baru saja memasuki kelas. "Kelas berapa ketua lo? Biar gua yang samperin kalo memang dia nggak punya nyali!"

Ketiga cowok di hadapan Bara hanya diam saja dan itu benar-benar memuakkan Bara. "KASIH TAHU ATAU GUA BONYOKIN MUKA LU BERTIGA!"

"Kelas sebelas IPS empat, kak."

"Siapa namanya?"

"Ke-Kev一"

"JANGAN GAGAP! YANG JELAS LO KALO NGO一"

"BARA BISA DIEM NGGAK, SIH?!" Luna memotong ucapan Bara. Ia benar-benar tidak tahan dengan amarah Bara.

Bara menoleh ke belakang, menatap Luna dengan tajam, tatapan yang sama seperti awal mereka bertemu. "Lo mau sok jadi pahlawan kesiangan lagi? Lo mau ngebela dia? Udah jago lo, hah?"

Luna menelan salivanya kasar. Padahal ia hanya berniat agar Bara menghentikkan aksinya namun tidak ia sangka Bara malah memarahinya.

"Kalo lo dah jago, bilang. Nggak usah sok-sokan ngebela orang kalo lo takut."

Bara menoleh ke depan lagi dan menyentak cowok itu. "SIAPA NAMANYA?"

"UDAH, BARA!"

"LO DIEM, LUNA!"

Bara menyentaknya, Luna begitu kaget. Sentakan itu mampu membuat Luna terdiam.

"Na-namanya, Kevin Tandio," cicit cowok itu pelan yang membuat Bara menyentak bahunya.

"Makanya, punya mulut dijaga, punya jempol juga dijaga. Jangan jempol sama lidah sama jahatnya." Yuko bersuara sambil menyindir.

"Kita obrak-abrik kelasnya." Bara memerintah, kemudian melangkah keluar dari kelas tanpa menoleh ke arah Luna sedikitpun. Gadis itu hanya diam melihat punggung belakang Bara yang kian menjauh dari kerumunan. Luna mencengkeram bukunya erat lalu beralih menatap bukunya lagi tanpa fokus pada materi yang ada di buku.

Jika sudah seperti ini, ia tidak tahu lagi bagaimana ia akan bertatap muka dengan Bara saat di parkiran nanti.


-B A R A -

Pendek, sih, tapi nggak pa-pa ya. Yang penting double update kan? Wkwkwkwk

Nggak perlu nagih-nagih aku update Bara, tanpa kalian tagihpun aku bakal tetap update kok.
Jadwal aku juga padat, pagi aku kerja sampe sore, malam aku kuliah, ngetik naskah aja udah tengah malem kalo pr kuliah udah kelar.
Kadang aku mau update bisa ada halangan, mau ngetik naskah juga kadang udah capek plus ngantuk. Asik bergadang terus juga udah dilarang sama dokter. Jadi tolong mengerti kegiatan aku juga. Kalo bisa aku update cepat aku usahakan, kadang aku kasih double update juga biar kalian gak kecewa.

Oke. Jangan lupa tinggalin jejak tercinta kalian 💕💕💕

See you di bab selanjutnya!

Ig: nataliatans
OA LINE: @ncw9757a (pakai @)

BARA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang