[ 二十四 ]──bonchap (1)

2.5K 327 42
                                    

"mbak airnya udah mateng tuh," kata seonho sambil berusaha membuka bungkus jajanan kripik.

"he?? cepet banget matengnya," gue berjalan masuk ke rumah ninggalin guanlin di teras.

"loh mbak aku ditinggal?" tanya guanlin mendongakkan kepala. jarinya membenarkan posisi kacamata yang turun.

"iyaaa kamu disitu aja selesain pe-ernya. mau matiin kompor doang kok," gue lanjut jalan.

seonho duduk di depan guanlin. masih berusaha membuka keripik kesukaannya. hari ini dia beli tiga keripik. lagi ada promo beli dua gratis satu. udah pasti semuanya dia habisin. gue minta aja seonho masih mikir. nggak baiknya seonho tuh disini. suka perhitungan mau ngasih jajanannya atau nggak.

ya ujungnya gua paksa buat ngasih, hehehe.

setelah mematikan kompor, hp gue bergetar. gue cek notif di layar hp-ada chat dari ara. gue tau ra, lo kangen sama gue.

sialan setelah gue buka chat-nya, dia ngirim gue gambar sosok makhluk yang nggak mau gue liat sekarang ini.
















langsung aja gue nge-call ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

langsung aja gue nge-call ara.










"WOIIII LO NGAPAIN NGIRIM FOTONYA KAK MAMAT SIH?!" pekik gue ngebuat bunda kaget.

"hehehe," ara terkekeh. "siapa tau aja lo kangen."

"yee ngapain kangen. lagian juga kalo kangen apa kak mamat bakal peka. nggak kan?" kata gue masa bodoh.

gue meminta tolong bunda mengupas mangga untuk guanlin. sekarang gue lagi duduk di depan bunda, memperhatikan beliau mengiris mangga menjadi potongan kecil-kecil.

"lagian ya su, lo lupa ya gimana lo sama kak mamat dulu?"

"HIIHHH APAAN SIH BAWA-BAWA MASA LALU MULU!" tangkas gue nggak terima.

"mbak, jangan galak-galak gitu ah," bunda memperingatkan karena nggak nyaman dengar suara gue.

"atau malah kangen sama bang sekop?"

"iya ra, btw gue kangen sama bang sekop." gue berubah lesu. mengingat gimana gue berusaha ngedeketin kakak osis yang satu itu.

kami saling diam diujung telepon. ara juga keingat kak mingyu di seberang sana.

"mbak suka sama kak sekop itu ya?" tanya bunda udah selesai ngiris mangga.

"ha?" tanya gue dengan muka watados.

ebusyetttttt bunda dengar pembicaraan gue sama ara daritadi.

"eee mangganya udah kan bunda? sua bawa ke depan ya," gue ngacir ke teras dengan telepon gue kempit pakai bahu.

seonho asyik makan keripik bukannya ikutan bikin pe-er bareng guanlin. guanlin serius banget kalau bikin pe-er di rumah gue. katanya ada yang bakal ngomelin dia. karena kakaknya pulang kerja malam, jadi dia di rumah sendirian.

"ra?" panggil gue.

"iya?" tanya ara. kayaknya ini anak habis ngelamun.

"ngelamunin apa lo? ngelamunin jihoon ya?" tebak gue sedikit mancing ara.

"apa? jihoon-hyung?!" malah guanlin yang nyaut. gue mengelus kepala guanlin dan perlahan menurunkan kepalanya supaya kembali fokus menghadap buku.

"lagi pacaran ya lo?"

"nggak kok. guanlin yang pacaran sama buku," jawab gue cengengesan liatin guanlin.

seonho asyik makan tanpa mempedulikan gue yang ada disini. tumben.

"gue nggak ada kerjaan, su."

"bikin pe-er sana!"

"nggak ah, mau main sama bang hoshi aja. mumpung temen-temen sma-nya ada disini." nada bicara ara berubah ceria. mungkin ada kak mingyu disana.

"mau nitip salam buat kak mamat nggak? mumpung orangnya ada nih. biasanya kan dia absen. ntar gue──"

"nggak usah, ra. udah ya baybay."

gue menutup telepon sebelum ara membalas salam. habisnya udah nggak tahan ara ngoceh soal kak mamat mulu. kalau nggak godain gue soal guanlin atau jinyoung, pasti kak mamat dan kak sekop dibawa-bawa juga.

seketika gue merasa malu.

gue kalau didekat guanlin bisa keliatan agak dewasa. bertingkah sesuai umur.

heleh boong ──seonho

tapi kalau didekat kak mamat atau kak sekop gue bersikap manis layaknya adik. yaelah kok jadi merinding ngetiknya.

gue menggelengkan kepala menyingkirkan pikiran itu. mata gue fokus ke guanlin yang dari tadi tangannya menggerakkan pensil. hari ini dia kedapetan banyak pe-er.

kasian juga denger dia ngerengek di telpon.

"MBAKKK HARI INI LINLIN MAIN KE RUMAH MBAK YA. MAU BIKIN PE-ER."

kalau ada maunya pasti dia nyebut 'linlin' bukan 'aku' atau yang lain.

gue memangku dagu di kedua telapak tangan. mumpung hari ini nggak ada pe-er jadi sedikit free malam ini. liatin guanlin dalam keadaan serius begini, rasanya pengen ngacak-ngacakin rambutnya.

biar dia marah, hahahaha.

"jangan diliatin dong, mbak." katanya tanpa memandang gue.

"eh, kenapa nggak boleh?" tanya gue heran.

guanlin nggak menjawab. dia malah makin nundukin kepala.

"malu dia mbak," sahut seonho mengemut jemarinya satu persatu bekas bumbu.

"bikin pr sana kamu!" omel gue dengan tatapan sini ke seonho.

seonho malah melet dan membuka bungkus keripik yang lain. yaelah adek gue kapan berubahnya. kapan makanan jadi hal yang nggak penting buat dia?

"pe-ernya masih banyak kah?" tanya gue lagi ke guanlin.

"iya sayang masih banyak."

HEARTSHOT!!

APAAAN SIH? NGOMONG APASIH? HA APA SAYANG?

tumben banget bilang sayang.





"hmmm jijik," timpal seonho melahap lima keripik sekaligus.

"MAKAN NTUH YANG BENER NGGAK USAH RAKUS!" gue ngegebuk paha seonho dengan kertas milik guanlin-yang gue gulung.

seonho malah makin menjadi. dia terus-terusan ngegodain gue. mungkin dia ngasih gue kerjaan karena disini gue cuma duduk liatin guanlin memainkan rumus fisika.




















degan balik hehehe
aku kangen ngetik ini:')

degan ─ guanlin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang