Chapter 26

3.6K 503 143
                                    

Hari minggu enak kali nyantai tanpa ada si pipi cireng. Jangan di tanya sikap pak Danu dan Direktur kala kejadian itu. Karena faktanya mereka selalu mencoba mengajak aku berbicara, namun aku selalu menghindar. Jurus bikin orang merasa salah adalah, frontal. Habis itu hindari dan -- ya berhasil.

Tiap malam bahkan pak Radit selalu menelpon, bukan aku kekanakan ya. Tapi membuat mereka jera aja.

"Kak." Itu si kutu pasti, memang siapa lagi kalau bukan tu bocah. "Ada mas Oka"

Sialan !! Oka ? Mau ngapain itu babang arab ?. Bukannya kemarin sudah ketemu. Ya salam masih rindu mungkin.

"Iyah nanti gue keluar."

"Nggak ikut gue kak, mau joging nih gue." Ketahuan dia jomblonya.

"Jomblo sih, miris." Cibirku yang langsung bikin mulut si Arka ngoceh tak tentu. Aku keluar kamar, ternyata Oka malah sedang ngobrol sama pak Teguh. Kuhampiri mereka berdua dengan senyuman. Sebentar cek pakaian dulu. Biar lebih tidak bisa di nilai. Kadang kan banyak yang menilai karena style.

Padahal ganggu hidupnya kagak !.

Semisal karena pakaian langsung di nilai jelek, pakaian apapun bukan gambaran sifat. Kecuali aing hijab tapi pakaian malah terlihat lekuk tubuh. Kalau mau nasehati yang membangun, bukan menjatuhkan. Yang bisa menilai manusia, hanya Allah. Lihat gaya gini di nilai gini, lihat gitu di nilai gitu. Emang aing ulangan sampe di nilai ?.

"Udah lama ?" Keduanya menoleh, Ayah langsung berdiri dari sofa. Oka ? Kayak biasa senyum terossssssss.

"Lumayan," jawabnya.

"Emang mau di aja kemana Ka ? Biasanya minggu, dia ke lapangan kampung sebelah." Ayah so tau banget. Padahal tiap minggu nemenin si Arka ke Monas. Katanya mau olahraga, taunya tebar pesona.

"Yang dekat aja om. Mungkin sekitar komplek rumah saya atau lapangan juga boleh." Aku hanya menatap pakaian Oka, terlihat rapi dan ganteng sist.

"Oh ya udah hati-hati. Mumpung masih pagi pada jalan sekarang." Suruhan dari Bapak Teguh akan di laksanakan.

"Adell jalan Yah," Ayah mengangguk. Kami berdua salaman dan langsung menuju tujuan. Oka membawa mobil, enak juga ini dalam mobil Oka.

"Kita emang mau ke mana ?" Dia melihat ke arahku.

"Lapangan," jawabnya dengan lembut. Duh ke lapangan pake mobil segala. Berasa anak pejabat ini, eh Bapak Teguh kan pejabat. Ya meski penghulu.

Oka ternyata tidak sediam yang aku lihat. Dia banyak bertanya soal kerjaan atau sampe kebiasan aku. Dengan begonya malah aku ceritakan.

Nyesel nggak nih aing !?.

"Pulang joging mampir ke rumah Mas Danu ya." Tawaran Oka kalau saja antara aku dan pak Danu baik, akan langsung dengan lantang menjawab. Tapi sayang keadaan kayak gini.

"Kamu aja."

"Ada masalah sama mas Danu ?" Aku mengangguk, dan aku yakin Oka juga pasti sudah tau. Lihat dia tersenyum, Oka membelokkan mobil ke sebuah parkiran. Aku tidak tau ini di mana. Ku pikir mau ke lapangan yang dekat rumah, tau nya lapangan jauh. "Kalau ada masalah segera selesaikan, biar kerja kalian juga enak." Nasihat babang arab suka bikin aing kepengen meluk deh.

Aku hanya mengangguk tanpa menjawab, kami berdua turun dari mobil. Oka menyuruh aku ada di belakang untuk mengikuti dia. Sambil main handphone ikuti saja dulu. Kayaknya sih taman, kayaknya ya.

"Wohooo komandan bawa Mbak Adellia !!!" Suara teriakan dari arah seberang sana membuat aku mendongak dan ---- ini lapangan isinya teman babang arab deh.

MOVE ON DAN MAKAN ( KELAR )Where stories live. Discover now