Chapter 34

3.3K 522 170
                                    

Sejak tadi aku tidak fokus, bukan karena masalah antara hubungan dengan Oka. Tapi soal bos sesialan benar kagak masuk. Lihat ruangannya saja sudah aku kunci. Soal Oka ? Biarkanlah.

Jessie bahkan tidak kecewa apa yang sudah aku jalani sama Oka. Denis selalu menasehati, dia adalah teman lekong tapi habis lamran.

Tau tuh anak. Homo kok lamaran. Kami berdua juga tidak mau memaksa Denis untuk cerita. Ada kala nanti dia akan terbuka.

Handphone sepi tidak bunyi, biasanya di jam istirahat ini akan ada Oka yang menunggu di kantin. Dan nanti malam dia mengajakku diner alias makan berbeda kalau kata dia mah. Jessie sibuk, tengah Preweed bocah satu itu sama sekali sok sibuk. Jadilah si homo alias Denis yang sibuk menangani anak buah Jessie.

Ayah ? Aku tidak tau keadaannya sekarang. Bahkan sudah berapa kali aku menghubungi bos sesialan, tak ada titik terang. Aku tidak tau maksud dari mereka yang sekarang menyembunyikan Ayah. Cobaan keluarga baru.

"Pulang Mbak, kerja mulu." Sok banget OB satu ini. Aku cuekin saja. Dia mendelik kesal.

"Lo juga nggak pulang-pulang." Balasku tak kalah sewot. Biarin nih satu mahluk kesal.

"Bodo ah." Dia so keren, tapi sambil elap meja para karyawan. Banyak yang lembur, kalau aku sih ogah. "Mbak kalau lagi lapar serem." Habis itu si Mamat kabur.

BADEBAH !!

Kulajukan mobil di keramaikan macet, mampir mall dulu kali. Biar hati senang, tapi mau mghrib takut Oka sudah jemput aku. Soal Oka lagi, dia sosok hangat. Dia masih terjebak dalam masa kenangan.

Cintanya bertepuk sebelah tangan. Fokus menyetir agar sampe tujuan, dengan sisa rasa lelah aku langsung menyenderkan kepala ke bagian jok. Kedaan macet makanya aku bisa santai.

Saat lirikan ke arah kanan, aku menemukan rasa sesak kembali. Di dalam mobil sana yang berwarna putih, ada dua mahluk yang tengah duduk santai dan sedang bercanda. Kupegang bagian yang menyakitkan.

Oka dan Bella di sana tanpa beban.

Sekarang aku paham, kebahagiaan kamu Oka, bukanlah aku.

Matamu tertuju padaku, tapi hatimu menginginkan sosoknya.

Kita hanya dua manusia yang terjebak dalam saling mengobati.

Terimakasih kamu sudah membuat rasa sesaku pada masalalu hilang.

Setengah air mata menetes disaat aku tengah mengendarai mobil menuju pulang.

Di sinilah aku yang sedang menatap Oka tersenyum. Dia tampan dengan pakaian sederhana kayak gini, terlihat senyuman yang akan aku rindukan. Tadi sore, aku melihatmu dengan kebahagiaanmu. Dan sekarang kamu di sini ingin memberi kesan untuku.

Restoran ini begitu romantis, nyaman dan sepertinya untuk anak muda. Hidangannnya juga amat menarik. Kami berdua duduk saling berhadapan.

"Gimana kerjaannya ?" Oka mulai bersuara, sedangkan aku menahan rasa sesak, senyumannya tidak seperti saat kamu dengan Bella.

"Baik" jawabku berusaha tersenyum.

"Bagus nggak ? Rekomendasi Bella. Katanya ini romantis."

Dan nama itu begitu melekat di bibir kamu Oka. Aku memejamkan mata dengan seribu tenaga menahan tangisan.

Tiba-tiba saja handphone Oka bunyi. Oka langsung mengangkat dengan wajah panik dan gelisah. Terlihat wajahnya kini di campuri rasa khawatir. Aku tidak tau itu siapa.

"Aku kerumah sakit ya," Oka memasuki handphone ke dalam saku celana.

"Siapa yang sakit ?" Aku ikut panik. Kami berdua belum memulai makan, bahkan aku belum berbicara apapun.

MOVE ON DAN MAKAN ( KELAR )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang